CSR Perusahaan Pada Masa Kini
Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan secara singkat semua hal yang berhubungan dengan pribadi William Soerjadjaja sebagai Bapak CSR Indonesia yang legendaris. Kali ini, dengan menggunakan legenda tersebut sebagai titik acuan, kita akan mengamati perilaku dan kiprah beberapa perusahaan yang terkenal pada saat ini berkaitan dengan CSR yang mereka lakukan. Untuk itu saya mengambil dua contoh perusahaan yaitu Aqua Golden Mississipi dan Sugar Group Company, yang merepresentasikan dua karakter CSR yang saling bertolak belakang. Bagaimana mereka berjanji melaksanakan dan apa saja fakta yang terjadi terkait di dalam prosesnya?
I.Aqua Golden Mississipi (AGM)
Siapa sih yang tidak kenal nama AQUA? Mungkin tanpa kita sadari, hidup kita telah menjadi tidak lengkap jika kita belum mengkonsumsi produk dari merek mendunia ini. Aqua merupakan pelopor bisnis air minum dalam kemasan (AMDK), dan saat ini menjadi produsen terbesar di Indonesia. Pangsa pasarnya di luar negeri juga meliputi Singapura, Malaysia, Fiji, Australia, Timur Tengah, dan Afrika. Untuk bentuk galon, mereka menguasai 80% pangsa pasar Indonesia. Untuk keseluruhan bisnisnya, Aqua memiliki 50% marketshare. (Batubara, 2010)
Produsen AMDK merek Aqua, yang dulu hanya bernama PT. Golden Mississipi, dulunya didirikan oleh Tirto Utomo pada 23 Februari 1974, dan bernaung di bawah PT. Tirta Investama. Pabrik pertamanya didirikan di Bekasi. Awalnya, banyak yang meragukan bahkan menganggap aksi Tirto Utomo sebagai langkah ‘guyonan’. Zaman dulu sudah menjadi kebiasaan di Jawa, kalau mau minum air tinggal ambil saja di sumur atau dari kendi-kendi air yang sering diletakkan di depan rumah masyarakat. Namun beberapa tahun setelahnya, orang Indonesia justru mulai mengkonsumsi air minum dengan membeli merek Aqua. Sampai saat ini, bahkan segala jenis merek AMDK justru sering dipukul sama rata dengan nama Aqua.
Kemudian sebuah perusahaan multinasional dari Prancis bernama Danone, tertarik untuk membeli saham PT. Aqua Goldem Mississipi. Alasannya untuk merealisasikan kampanye ‘penaklukan dunia’ nya lewat tiga bisnisnya: daily product, AMDK, dan biskuit. Akhirnya Danone berhasil membeli saham Aqua pada tanggal 4 September 1998 dan muncullah produk penyatuan berlabel Aqua-Danone dua tahun kemudian. Tahun 2001, Danone menaikkan porsi kepemilikannya dari 40% menjadi 74%. Maka resmilah Danone menjadi pemilik dominan dari PT. Aqua Golden Mississipi.
CSR yang digadangkan oleh perusahaan ini sejak dipegang oleh Danone juga tidak sedikit. Salah satunya yang sering diiklankan di beberapa stasiun televisi beberapa waktu belakangan ini, adalah Program Satu untuk Semua (SuS). Program ini maksudnya adalah inisiatif sosial Aqua-Danone yang ditujukan terutama untuk membantu kesejahteraan anak-anak melalui pengadaan air bersih dan penyuluhan hidup sehat. Untuk setiap 1 liter botol Aqua ukuran 600 ml dan 1500 ml berlabel khusus yang terjual pada bulan Juli hingga September 2007, Aqua akan menyediakan 10 liter air bersih kepada komunitas di daerah Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai tahap awal. Semua media promosi, baik elektronik maupun cetak digunakan. Kemasan pun dirubah gambar dan isi labelnya. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga menggandeng PWC Indonesia untuk mengaudit jumlah kemasan khusus yang terjual.
Namun ada yang ganjil dari program yang diiklankan berulang kali di stasiun-stasiun televisi tersebut. Mengapa sampai sekarang program SuS itu yang hanya dipublikasikan cuma di daerah NTT, yang notabene rendah tingkat jangkauan komunikasinya? Bagaimana dengan daerah lain seperti Papua atau tak usah jauh-jauh, daerah pelosok-pelosok di pulau jawa yang juga belum mendapat fasilitas air bersih yang layak?
Secara nalar yang sedikit negatif, mungkin saja mereka hanya berjanji-janji saja. Mereka hanya menunjukkan bukti bahwa memang benar disana telah dibangun fasilitas itu dan mampu menyejahterakan penduduk disana. Selebihnya, mereka ‘lupa’ untuk membangun CSR mereka secara berkelanjutan. Kalau diumpamakan, sama seperti sebuah perusahaan besar yang mengumumkan pemberian bantuan dana kepada banyak yayasan di wilayah-wilayah yang membutuhkan, tanpa menyebutkan jumlahnya yang siapa tahu jumlahnya cuma 10 juta rupiah per kecamatan. Apa itu cukup?
Dalam praktik bisnisnya, AGM juga banyak melanggar etika bisnis, bahkan cenderung mendeskritkan signifikansi dari semua program CSR yang mereka gembar-gemborkan. Salah satu contoh adalah eksploitasi air di daerah Kubang jaya, Babakan Pari, Kabupaten Sukabumi sejak tahun 1992. Pada awalnya, eksploitasi hanya pada air di permukaan saja. Namun, perlahan-lahan mereka mulai memilih pengeboran untuk menyedot saluran air di bawah tanah juga. Akibatnya, kualitas dan kuantitas sumber air di sana menurun drastis. Tinggi sumur-sumur rumah menjadi hanya sejengkal kaki (kira-kira 15 cm), bahkan kering kerontang.
Selain keterpaksaan warga untuk menggali sumur lebih dalam lagi atau menggunakan pompa untuk mendapatkan air, irigasi pertanian juga kena getahnya. Beberapa kasus telah terjadi dan biasanya seputar perebutan air untuk kepentingan pengairan ladang mereka. Banyak sawah kekeringan dan daya ekonomi petani semakin menurun. Sedangkan AGM? Semakin makmur di bawah penderitaan orang lain yang tidak tahu menahu tentang hal ini.
Sesudah dimiliki oleh Danone pun, rezim AMDK oleh AGM malah semakin menjadi-jadi dan makin merambah ranah politik. Kasus eksploitasi besar-besaran tahun 2002 di Klaten, Jawa Tengah justru dilakukan dengan terang-terangan. Sama juga dengan penduduk sekitar yang mayoritas juga bergantung pada pertanian, debit air terus menurun dan mereka juga terpaksa menyewa pompa untuk irigasi. Untuk kebutuhan harian pun warga harus membeli dengan harga yang mahal. Hal ini karena pihak PDAM daerah sendiri juga harus membeli air dari AGM sendiri, karena tidak adanya lagi sumber mata air yang tersedia untuk diolah negara. Padahal Kabupaten Klaten memiliki 150 lebih sumber mata air. Pemda Klaten sempat mengancam akan mencabut izin usaha AGM jika terus melakukannya, tapi sampai saat ini tidak ada kelanjutan berita tentang hal itu lagi.
Sudah begitu pun eksploitasi yang dilakukan ditindak lanjuti dengan proses produksi yang tidak efisien dan boros. Hampir 30% air yang menjadi bahan baku AMDK menyusut atau hilang karena proses produksi. Misalnya saja volume air yang dipakai produksi adalah 14 miliar liter, maka yang terbuang kurang lebih 7 miliar liter, itu sudah masuk juga tahapan proses pencucian dan pemurnian air. (Ipung, 2005)
Bayangkan betapa bermanfaatnya air yang terbuang percuma itu jika digunakan untuk kepentingan irigasi. Mengapa AGM tidak memikirkan hal itu? Padahal air untuk irigasi standarnya tak setinggi AMDK, dan itu bisa jadi CSR yang sepadan untuk menghapus semua dosanya. Tapi bahkan sampai sekarang mengapa mereka bungkam dan membutakan diri atas solusi yang sudah jelas bisa dilakukan ini?
Dan seperti biasa, yang selalu diungkap dan dijawab oleh para pejabat perusahaan AGM adalah pernyataan ala politikus yang tidak mendetail dan over-promising but under-delivered. Mungkin inilah yang disebut sebagai politik greenwashing ala Aqua. Kondisi tersebut menjadi semakin memburuk, dan entah kenapa hanya sebagian lapisan masyarakat saja yang mengetahui beberapa kasus buruk yang melibatkan AGM. Bahkan sudah ada beberapa kelompok masyarakat yang merasa dirugikan yang mengkampanyekan gerakan anti-Aqua.
II. Sugar Group Company (SGC)
Sugar… Oh, sugar, sugar…
Apakah kata-kata di atas terdengar familiar? Yap, itulah sepenggal lirik dari jingle iklan produk Gulaku yang mulai menyeruak dunia bisnis sejak beberapa tahun yang lalu itu. Yang menarik perhatian di iklan tersebut adalah butiran-butiran gula yang berjatuhan seperti kristal, bahkan masih tumpah ruah dari kemasannya yang berkesan mewah. Apalagi kalau kita ingat iklan yang lebih baru lagi, bahwa seolah-olah hidup kita tak lengkap tanpa membubuhkan gula di setiap makanan maupun minuman kita.
Sama halnya dengan AGM, Sugar Group juga telah sukses mengangkat harkat dan derajat barang komoditas yaitu gula dari bahan rakyat yang hanya boleh ada di pasar becek maupun toko kelontong pinggir jalan, menjadi komoditas yang keberadaannya dimewahkan oleh penempatannya di berbagai supermarket yang super bersih dan berpendingin mewah. Dengan tagline, promosi, kemasan yang praktis serta butiran gula yang begitu bersih, membuat produk Gulaku menjadi primadona di mata ibu-ibu rumah tangga dan para pengusaha kuliner yang mengandalkan rasa manis sebagai faktor penyedot pelanggannya.
Lalu kita pasti berpikir, dalam menyediakan kualitas gula yang begitu mewah seperti itu, juga dengan kemasan pouch yang menarik dan terkesan mewah tentunya butuh kerja keras dari para karyawan dan pekerja di pabrik utamanya. Lalu bagaimana perusahaan akan mengkompensasi kinerja para pekerjanya?
Dalam hal ini, SGC melakukan CSR internal dengan merekrut pekerja-pekerja lokal di area sekitar pabrik utama mereka di Lampung, agar penduduk sekitar juga dapat merasakan manfaat dari kehadiran mereka di daerah hunian mereka. Selain itu, perlakuan dan fasilitas yang diberikan benar-benar memanjakan mereka semua. Selain gaji yang cukup, masih diberi tunjangan yang memadai, serta tingkat keselamatan kerja di sana benar-benar diawasi ketat. Tidak hanya itu, bahkan dalam kesehariannya perusahaan menyediakan juga transportasi yang mengangkut para karyawannya pulang balik dari dan ke kantor serta rumahnya. Pokoknya apa yang dilakukan perusahaan semata-mata agar mereka semua bisa berkonsentrasi dengan tenang pada pekerjaan mereka saja.
Selain itu, ada juga pendirian Sekolah Menengah Atas Sugar Group Companies (SMA SGC) yang merupakan program balas jasa bagi para pekerja yang telah berjuang keras memajukan perusahaan sejak puluhan tahun yang lalu. Berarti bisa dijelaskan pula mengapa anak-anak didik di sana merupakan anak kandung dari keluarga para pekerja mereka. Hingga tahun 2009 lalu, SMA SGC telah dua kali meluluskan siswanya dan hampir semuanya diterima di perguruan tinggi negeri yang berkualitas, misalnya: ITB, Unpad, UI, dan IPB. (Radar Lampung, 2009)
Para siswa yang bersekolah di sana bukan hanya dari karyawan yang punya jabatan, tapi juga pekerja kasar seperti sopir, tukang las atau bahkan mekanik biasa, serta tukang bersih-bersih yang biasanya kita anggap lalu begitu saja dimanapun kita berada.
Tujuan dari pembangunan SMA tersebut ada dua: membalas jasa para orang tua siswa dan langkah SGC sendiri untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan tetap sustain. Kalau kita pikir, perusahaan bisa saja ambil tenaga kerja yang lebih andal dari luar lingkungannya. Bisa lulusan dari dalam negeri maupun luar negeri, toh SGC sendiri adalah perusahaan yang terkenal bonafitnya. Tapi kalau melakukan hal tersebut, para pekerja yang setia itu dapat value tambahan apa? Inilah hasil dari proses pemikiran niat CSR yang mulai SGC kepada lingkungan internalnya, terfokus pada karyawan-karyawannya.
Jika mengandalkan gaji seorang pekerja kasar dengan kebutuhan keluarga yang banyak, hampir tidak ada harapan bagi mereka untuk bisa membuat anak-anaknya mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sehingga perusahaan berpikir bagaimana caranya membalas jasa para karyawan mereka agar mereka dapat hidup layak meski sesudah pensiun. Maka perusahaan melakukan investasi dengan cara mendirikan sekolah sebagai tempat anak-anak karyawan menggayung ilmu. Bebagai kebutuhan, termasuk juga biaya makan tiap siswa, ditanggung perusahaan hingga lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kemudian dari pihak si anak sendiri, agar tidak lupa atas jasa orang tuanya alias kualat, para calon mahasiswa terlebih dahulu menandatangani kontrak bahwa sepertiga gaji dari mereka kelak akan dimasukkan ke rekening orang tuanya. Ini wajib dilakukan berdasarkan pertimbangan, tanpa ada orang tuanya maka para siswa itu juga tidak akan ada dan kelak akan menjalani hidup yang lebih baik.
Yang mereka lakukan, memang sudah jelas juga untuk investasi masa depan perusahaan dan karyawan. Perusahaan berharap agar para anak-anak karyawan yang telah dididik sedemikian rupa dapa menggantikan orang tuanya dalam beberapa tahun mendatang.
Senin, 20 Desember 2010
Imanuel : Dijanjikan, Digenapi, dan Diwartakan
Imanuel, yang telah dijanjikan dan dinantikan umat telah digenapi, dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus kurang lebih dua ribu tahun yang lalu, yang sebentar lagi kita peringati dan kita rayakan di hari Natal. Kita sebagai orang percaya yang telah dikuduskan dan diselamatkan, diingatkan akan panggilan kita: menjadi hamba Kristus, untuk memberitakan Injil Allah, menunutun supaya semua bangsa percaya dan taat kepada Tuhan Yesus.
Dengan cara yang bagaimana kita melakukannya dalam keadaan sekarang ini? Sebagai haamba Kristus, kita harus taat pada Tuhan Yesus Kristus, seperti juga ketaatan Yusuf akan rencana Tuhan. Dalam masa adven ini kita diingatkan untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Tuhan Yesus, walaupun itu banyak resiko, banyak tantangan dan jalannya berliku tetapi kita percaya, Tuhan Yesus, Imanuel menyertai kita.
Kita diingatkan bahwa janji Imanuel, diberikan Tuhan di tengah-tengah umat baru mengalami ketakutan karena ancaman musuh. hal ini juga mengingatkan kita saat ini, sekarang ini di sekitar kita banyak saudara kita yang mengalami ketakutan. Takut akan masa depan (jodoh, pekerjaan, anak, dll). Fenomena alam yang sering kita dengar dan lihat akhir-akhir ini dan masih banyak lagi masalah yang dijadikan manusia mengalami ketakutan. Di tengah situasi seperti ini kita dipanggil, untuk membawa kabar sukacita, Sang Imanuel. Untuk tidak ikut-ikutan menjadi takut dan gentar, akan tetapi bisa menjadi teladan yang baik, bisa menghibur, menguatkan, dan membantu sehingga saudara kita tersebut bisa keluar dari masalah yang ditakutkannya.
Imanuel, yang dijanjikan oleh Allah, dan dinantikan oleh umat manusia, telah digenapi. Ia menganugerahkan pemulihan dan keselamatan. Mari kita wartakan dengan terus membangun hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Dengan cara yang bagaimana kita melakukannya dalam keadaan sekarang ini? Sebagai haamba Kristus, kita harus taat pada Tuhan Yesus Kristus, seperti juga ketaatan Yusuf akan rencana Tuhan. Dalam masa adven ini kita diingatkan untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Tuhan Yesus, walaupun itu banyak resiko, banyak tantangan dan jalannya berliku tetapi kita percaya, Tuhan Yesus, Imanuel menyertai kita.
Kita diingatkan bahwa janji Imanuel, diberikan Tuhan di tengah-tengah umat baru mengalami ketakutan karena ancaman musuh. hal ini juga mengingatkan kita saat ini, sekarang ini di sekitar kita banyak saudara kita yang mengalami ketakutan. Takut akan masa depan (jodoh, pekerjaan, anak, dll). Fenomena alam yang sering kita dengar dan lihat akhir-akhir ini dan masih banyak lagi masalah yang dijadikan manusia mengalami ketakutan. Di tengah situasi seperti ini kita dipanggil, untuk membawa kabar sukacita, Sang Imanuel. Untuk tidak ikut-ikutan menjadi takut dan gentar, akan tetapi bisa menjadi teladan yang baik, bisa menghibur, menguatkan, dan membantu sehingga saudara kita tersebut bisa keluar dari masalah yang ditakutkannya.
Imanuel, yang dijanjikan oleh Allah, dan dinantikan oleh umat manusia, telah digenapi. Ia menganugerahkan pemulihan dan keselamatan. Mari kita wartakan dengan terus membangun hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Label:
kontemplasi,
motivasi,
rohani
Senin, 13 Desember 2010
CSR : Siapa Penerus William Soerjadjaja? (Bagian 2)
Sejarah Sang Maestro CSR Indonesia
William Soerjadjaja adalah kelahiran Majalengka pada 20 Desember 1923. Bersama dengan saudara kandungnya, ia membangun perusahaan bernama Astra pada tahun 1957. Jangan cepat ambil kesimpulan dulu, kalau sejak awal Astra adalah perusahaan otomotif. Pada awalnya Astra hanya bergerak di bidang minuman ringan dan ekspor hasil bumi dan tidak tertarik memperluas diversifikasi bisnisnya. Sampai pada tahun 1968, pemerintah orde baru pada kala itu meminta bantuannya untuk mendatangkan 800 unit truk chevrolet dari Amerika. Ketika sudah mulai dipergunakan aktif untuk program repelita yang mulai dilaksanakan besar-besaran kala itu, William mulai melirik sebuah kesempatan bisnis dalam bidang otomotif dan berusaha untuk mendapatkan hak ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) chevrolet Amerika. Namun, permintaannya ditolak mentah-mentah. Kemungkinan besar alasannya adalah, pihak chevrolet Amerika sendiri menilai bahwa sangat susah untuk merintis bisnis otomotif secara komersil kepada khalayak ramai di Indonesia yang daya belinya masih terbatas. Karenanya, mereka berasumsi bahwa itu adalah permintaan yang nekat dan bisa dikatakan William tak berpikir matang.
Tapi beliau tak mau menyerah begitu saja. Ia benar-benar melihat peluang masa depan yang benar-benar cerah dihadapannya. Karenanya ia beralih kiblat untuk mengambil hati Toyota yang bermarkas besar di Jepang. Dengan bermodalkan sejarah kesuksesan mendatangkan 800 unit chevrolet sekaligus, dan juga dibantu oleh mindset pebisnis Jepang yang disiplin dan stubborn dalam mengurus kesempatan bisnis apapun, beliau akhirnya berhasil menjadi ATPM Toyota di Indonesia. Dan pada tahun 1971, Astra berubah nama menjadi PT. Toyota Astra Motor (TAM) sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia.
Bersama-sama dengan perusahaan saingannya yang pada waktu itu sudah membersihkan jalan pionir industri otomotif di Indonesia, PT. Indomobil Sukses Internasional, PT. Toyota Astra Motor mulai tumbuh menjadi raksasa otomotif di negeri ini. Salah satu produk khasnya yang menjadi trade mark perusahaan pada saat itu adalah jenis kijang yang proses produksi dan penelitian serta pengembangannya memang khusus ditujukan hanya pada karakter penduduk Indonesia yang senang kemana-mana bersama dengan sekeluarga. Maka dari itu, kita semua pasti masih ingat positioning mobil kijang sebagai mobil keluarga. Selain itu, Toyota Kijang yang dipromosikan oleh William memang sudah berkonsep mobil murah dengan harga terjangkau sesuai selera konsumen Indonesia kebanyakan.
Pertumbuhan yang sangat pesat ini tak pelak membuat keluarga cendana alias Pak Harto dan sanak familinya, tergiur ingin memiliki bagian hak kepemilikan saham Astra yang sudah berganti nama menjadi Astra Internasional ini. Tapi tentu saja, William menolak keinginan mantan presiden orde baru itu dan membuat mereka sekeluarga merasa geram. Kesuksesan perusahaan Astra juga tak bisa lepas dari campur tangan pemerintah otoriter pada saat itu yang kadang-kadang masih sensi dengan penolakan tersebut, sehingga justru kalau bisa bertahan sampai sejauh ini, berarti itu memang menunjukkan kualitas William Soejadjaja yang memang sangat berdedikasi dan visioner.
Namun, ia bukan tipe orang yang menyamakan keberhasilan Astra sebagai keberhasilan pribadinya. Beliau pernah berujar bahwa keberhasilan Astra adalah berkat kerja keras semua karyawan dan rahmat Tuhan, bukan semata-mata karena dirinya pribadi.
Beliau memiliki empat anak dari pernikahan beliau dengan ibu Lily Anwar. Edward dan Edwin yang lahir di Belanda serta Joyce dan Judith yang lahir di Indonesia. Kisah spektakuler kepahlawanan beliau dimulai dari salah satu kegagalan yang dialami anak pertamanya, Edwin Soerjadjaja. Semasa Astra masih menjadi milik keluarga Soerjadjaja, Edward adalah juga salah satu pemegang saham dan komisaris di PT Astra Internasional. Ia dipercaya juga untuk mengelola Summa Group, yang merupakan anak usaha dari Grup Astra.
Pada masa kejayaannya, Summa Group bergerak di bidang perbankan, keuangan, dan berbagai jenis jasa keuangan lainnya. Agaknya sang putra sulung ini terlalu ambisius sehingga banyak sekali mengumbar kredit dan ekspansi bisnis yang tak terkontrol. Bisa ditebak selanjutnya, Summa pun menanggung kredit macet dalam jumlah besar. Inilah titik awal petaka bagi keluarga Soejadjaja. Karena mendapatkan kerugian yang teramat besar, maka Bank Summa pun bangkrut dan dana-dana para nasabah pun juga dipastikan 100% tak bisa kembali ke tangan pemilik aslinya. Membuat kita teringat akan pahitnya kasus Bank Century yang kinerja manajemen dan kecurangan pemiliknya amat mengecewakan para nasabah hingga waktu yang berkepanjangan.
Langkah apakah yang akan William Soerjadjaja ambil? Sejak Bank Summa dinyatakan untuk dilikuidasi pemerintah pada Desember 1992, beliau maju dan menyatakan dirinya sendiri sebagai jaminan pribadi untuk menyelesaikan seluruh kewajiban terakhir bank itu. Tak tanggung-tanggung, ia melepas seluruh kepemilikan mayoritas pribadinya di Astra pada pemerintah dan harus merelakan satu-satunya usaha terbesar dan terlama miliknya. Tak terbayangkan, betapa sedih juga hatinya ketika secara sadar harus melepas salah satu nama yang telah ia besarkan sejak dulu dengan semua pahit dan getir dunia yang telah ia jalani bersama Astra.
Padahal secara common sense dan secara hukum perdata pada saat itu, tidak ada kewajiban mutlak bagi William untuk menanggung semua beban pengembalian uang nasabah itu seorang diri. Karena meskipun sebagai salah satu anak usaha Astra, pemilik Bank Summa adalah anaknya dan justru bukan dirinya. Tak ada korelasi kewajiban hukum secara langsung yang membuatnya harus ikut bertanggung jawab. Bahasa gampangnya, “Kalau sudah bangkrut, ya mau bagaimana lagi? Uang sepeser pun mereka tak punya”.
Namun beliau tidak pernah mencari pembelaan semacam itu. Ia menjadikan hasil penjualan saham Astra yang notabene adalah kekayaan pribadinya sebagai sumber dana pengembalian untuk seluruh nasabah, satu persatu sampai semuanya benar-benar tergantikan. Mana ada orang yang rela menggunakan kekayaan pribadinya di satu perusahaan untuk bertanggung jawab atas kebangkrutan usaha yang tak ada hubungannya dengan bidang bisnis utama yang dijalani, apalagi untuk mengembalikan kekayaan para pelanggan yang dikecewakan? Bukankah perbuatan seperti itu adalah sesuatu yang sejatinya gampang diumbar-umbar namun sangat sulit untuk dilakukan, bahkan untuk direncanakan?
Meskipun telah terdepak keluar dari perusahaan kesayangannya, hubungan bisnis dengan para koleganya di luar negeri tetap baik. Bahkan mereka menaruh rasa respek yang besar terhadap sikap gentleman William yang bersedia mengambil alih tanggung jawab Bank Summa. Tak heran banyak pihak justru antusias menawarkan sejumlah uang agar William bisa memperoleh kepemilikan kembali di Astra. Salah satunya adalah Peregrine Sewu Securities yang tahun 1995 bersedia menyediakan dana bagi keluarga Soerjadjaja untuk mengambil alih Astra kembali. Tapi sayangnya keluarga cendana tidak berkenan untuk mengizinkan proposal tersebut.
Memang sepanjang hidupnya, oleh banyak rekan pengusaha maupun karyawan atau presdir yang dulu pernah menjadi bawahannya, beliau dikenal sebagai pemimpin yang sangat kuat dan baik, tidak otoriter, sangat kekeluargaan, dan humanis. Beliau juga sering sekali memberi kesempatan bagi bawahannya untuk berkembang sehingga mampu mencetak para profesional dan pengusaha handal. Bahkan banyak sekali konglomerat baru yang muncul dari hasil asuhannya.
Kini beliau telah berpulang, meninggalkan kita semua. Namun, seperti pepatah mati satu tumbuh seribu, semoga saja segera muncul sosok seperti William Soerjadjaja lainnya di tanah air ini yang mampu mengimplementasikan CSR yang menyeimbangkan kehidupan berbisnis dengan prinsip dasar sosial dan religius, sehingga bisa menjadi teladan dan kebanggaan bangsa ini.
William Soerjadjaja adalah kelahiran Majalengka pada 20 Desember 1923. Bersama dengan saudara kandungnya, ia membangun perusahaan bernama Astra pada tahun 1957. Jangan cepat ambil kesimpulan dulu, kalau sejak awal Astra adalah perusahaan otomotif. Pada awalnya Astra hanya bergerak di bidang minuman ringan dan ekspor hasil bumi dan tidak tertarik memperluas diversifikasi bisnisnya. Sampai pada tahun 1968, pemerintah orde baru pada kala itu meminta bantuannya untuk mendatangkan 800 unit truk chevrolet dari Amerika. Ketika sudah mulai dipergunakan aktif untuk program repelita yang mulai dilaksanakan besar-besaran kala itu, William mulai melirik sebuah kesempatan bisnis dalam bidang otomotif dan berusaha untuk mendapatkan hak ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) chevrolet Amerika. Namun, permintaannya ditolak mentah-mentah. Kemungkinan besar alasannya adalah, pihak chevrolet Amerika sendiri menilai bahwa sangat susah untuk merintis bisnis otomotif secara komersil kepada khalayak ramai di Indonesia yang daya belinya masih terbatas. Karenanya, mereka berasumsi bahwa itu adalah permintaan yang nekat dan bisa dikatakan William tak berpikir matang.
Tapi beliau tak mau menyerah begitu saja. Ia benar-benar melihat peluang masa depan yang benar-benar cerah dihadapannya. Karenanya ia beralih kiblat untuk mengambil hati Toyota yang bermarkas besar di Jepang. Dengan bermodalkan sejarah kesuksesan mendatangkan 800 unit chevrolet sekaligus, dan juga dibantu oleh mindset pebisnis Jepang yang disiplin dan stubborn dalam mengurus kesempatan bisnis apapun, beliau akhirnya berhasil menjadi ATPM Toyota di Indonesia. Dan pada tahun 1971, Astra berubah nama menjadi PT. Toyota Astra Motor (TAM) sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia.
Bersama-sama dengan perusahaan saingannya yang pada waktu itu sudah membersihkan jalan pionir industri otomotif di Indonesia, PT. Indomobil Sukses Internasional, PT. Toyota Astra Motor mulai tumbuh menjadi raksasa otomotif di negeri ini. Salah satu produk khasnya yang menjadi trade mark perusahaan pada saat itu adalah jenis kijang yang proses produksi dan penelitian serta pengembangannya memang khusus ditujukan hanya pada karakter penduduk Indonesia yang senang kemana-mana bersama dengan sekeluarga. Maka dari itu, kita semua pasti masih ingat positioning mobil kijang sebagai mobil keluarga. Selain itu, Toyota Kijang yang dipromosikan oleh William memang sudah berkonsep mobil murah dengan harga terjangkau sesuai selera konsumen Indonesia kebanyakan.
Pertumbuhan yang sangat pesat ini tak pelak membuat keluarga cendana alias Pak Harto dan sanak familinya, tergiur ingin memiliki bagian hak kepemilikan saham Astra yang sudah berganti nama menjadi Astra Internasional ini. Tapi tentu saja, William menolak keinginan mantan presiden orde baru itu dan membuat mereka sekeluarga merasa geram. Kesuksesan perusahaan Astra juga tak bisa lepas dari campur tangan pemerintah otoriter pada saat itu yang kadang-kadang masih sensi dengan penolakan tersebut, sehingga justru kalau bisa bertahan sampai sejauh ini, berarti itu memang menunjukkan kualitas William Soejadjaja yang memang sangat berdedikasi dan visioner.
Namun, ia bukan tipe orang yang menyamakan keberhasilan Astra sebagai keberhasilan pribadinya. Beliau pernah berujar bahwa keberhasilan Astra adalah berkat kerja keras semua karyawan dan rahmat Tuhan, bukan semata-mata karena dirinya pribadi.
Beliau memiliki empat anak dari pernikahan beliau dengan ibu Lily Anwar. Edward dan Edwin yang lahir di Belanda serta Joyce dan Judith yang lahir di Indonesia. Kisah spektakuler kepahlawanan beliau dimulai dari salah satu kegagalan yang dialami anak pertamanya, Edwin Soerjadjaja. Semasa Astra masih menjadi milik keluarga Soerjadjaja, Edward adalah juga salah satu pemegang saham dan komisaris di PT Astra Internasional. Ia dipercaya juga untuk mengelola Summa Group, yang merupakan anak usaha dari Grup Astra.
Pada masa kejayaannya, Summa Group bergerak di bidang perbankan, keuangan, dan berbagai jenis jasa keuangan lainnya. Agaknya sang putra sulung ini terlalu ambisius sehingga banyak sekali mengumbar kredit dan ekspansi bisnis yang tak terkontrol. Bisa ditebak selanjutnya, Summa pun menanggung kredit macet dalam jumlah besar. Inilah titik awal petaka bagi keluarga Soejadjaja. Karena mendapatkan kerugian yang teramat besar, maka Bank Summa pun bangkrut dan dana-dana para nasabah pun juga dipastikan 100% tak bisa kembali ke tangan pemilik aslinya. Membuat kita teringat akan pahitnya kasus Bank Century yang kinerja manajemen dan kecurangan pemiliknya amat mengecewakan para nasabah hingga waktu yang berkepanjangan.
Langkah apakah yang akan William Soerjadjaja ambil? Sejak Bank Summa dinyatakan untuk dilikuidasi pemerintah pada Desember 1992, beliau maju dan menyatakan dirinya sendiri sebagai jaminan pribadi untuk menyelesaikan seluruh kewajiban terakhir bank itu. Tak tanggung-tanggung, ia melepas seluruh kepemilikan mayoritas pribadinya di Astra pada pemerintah dan harus merelakan satu-satunya usaha terbesar dan terlama miliknya. Tak terbayangkan, betapa sedih juga hatinya ketika secara sadar harus melepas salah satu nama yang telah ia besarkan sejak dulu dengan semua pahit dan getir dunia yang telah ia jalani bersama Astra.
Padahal secara common sense dan secara hukum perdata pada saat itu, tidak ada kewajiban mutlak bagi William untuk menanggung semua beban pengembalian uang nasabah itu seorang diri. Karena meskipun sebagai salah satu anak usaha Astra, pemilik Bank Summa adalah anaknya dan justru bukan dirinya. Tak ada korelasi kewajiban hukum secara langsung yang membuatnya harus ikut bertanggung jawab. Bahasa gampangnya, “Kalau sudah bangkrut, ya mau bagaimana lagi? Uang sepeser pun mereka tak punya”.
Namun beliau tidak pernah mencari pembelaan semacam itu. Ia menjadikan hasil penjualan saham Astra yang notabene adalah kekayaan pribadinya sebagai sumber dana pengembalian untuk seluruh nasabah, satu persatu sampai semuanya benar-benar tergantikan. Mana ada orang yang rela menggunakan kekayaan pribadinya di satu perusahaan untuk bertanggung jawab atas kebangkrutan usaha yang tak ada hubungannya dengan bidang bisnis utama yang dijalani, apalagi untuk mengembalikan kekayaan para pelanggan yang dikecewakan? Bukankah perbuatan seperti itu adalah sesuatu yang sejatinya gampang diumbar-umbar namun sangat sulit untuk dilakukan, bahkan untuk direncanakan?
Meskipun telah terdepak keluar dari perusahaan kesayangannya, hubungan bisnis dengan para koleganya di luar negeri tetap baik. Bahkan mereka menaruh rasa respek yang besar terhadap sikap gentleman William yang bersedia mengambil alih tanggung jawab Bank Summa. Tak heran banyak pihak justru antusias menawarkan sejumlah uang agar William bisa memperoleh kepemilikan kembali di Astra. Salah satunya adalah Peregrine Sewu Securities yang tahun 1995 bersedia menyediakan dana bagi keluarga Soerjadjaja untuk mengambil alih Astra kembali. Tapi sayangnya keluarga cendana tidak berkenan untuk mengizinkan proposal tersebut.
Memang sepanjang hidupnya, oleh banyak rekan pengusaha maupun karyawan atau presdir yang dulu pernah menjadi bawahannya, beliau dikenal sebagai pemimpin yang sangat kuat dan baik, tidak otoriter, sangat kekeluargaan, dan humanis. Beliau juga sering sekali memberi kesempatan bagi bawahannya untuk berkembang sehingga mampu mencetak para profesional dan pengusaha handal. Bahkan banyak sekali konglomerat baru yang muncul dari hasil asuhannya.
Kini beliau telah berpulang, meninggalkan kita semua. Namun, seperti pepatah mati satu tumbuh seribu, semoga saja segera muncul sosok seperti William Soerjadjaja lainnya di tanah air ini yang mampu mengimplementasikan CSR yang menyeimbangkan kehidupan berbisnis dengan prinsip dasar sosial dan religius, sehingga bisa menjadi teladan dan kebanggaan bangsa ini.
Label:
bisnis,
ekonomi,
industri,
management,
sosok
Minggu, 05 Desember 2010
CSR : Siapa Penerus William Soerjadjaja? (Bagian 1)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan istilah populer di masa kini yang sering digembar-gemborkan oleh banyak perusahaan, sebagai salah satu strategi menarik simpati publik, dan juga oleh para pemerhati maupun politisi-politisi, yang entah motifnya memang murni membela kepentingan rakyat banyak atau hanya sekedar cari sensasi dan muka saja. Sebenarnya apa sih CSR itu?
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholders berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan. Kalau mau dikata dalam bahasa yang lain: Amal Perusahaan (Corporate Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate Philantrophy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community), dan Pengembangan Masyarakat (Community Development). CSR dapat pula diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggung-jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Melaksanakan CSR dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan di suatu daerah. (Tanudjaja, 2009)
Beberapa tahun belakangan, CSR sedang jadi trend pemberitaan dimana-mana. Semakin banyak individu dan perusahaan yang memandang CSR itu penting dan mencanangkan program CSR yang rapi. Namun, ekonomi yang tumbuh pesat tidak dibarengi dengan kondisi masyarakat ekonominya yang tumbuh sangat lambat. Keterlibatan teknologi yang tinggi membuat banyak perusahaan lebih senang menggunakan tenaga kerja profesional di luar lingkungan masyarakat setempat dan mengabaikan eksistensi masyarakat sekitar. Yang penting profit, menjadi salah satu slogan yang serupa kerak mengganggu dan bisa menyebabkan usaha CSR menjadi berlubang dan cenderung dilupakan.
Nah, mengapa judul untuk tema semacam ini dikait-kaitkan dengan sesosok pahlawan tanpa tanda jasa, selain guru, bernama William Soerjadjaja? Seperti yang kita ketahui, beliau adalah pendiri dari Astra Internasional yang terkenal sebagai perusahaan otomotif raksasa di bumi Indonesia ini. Memang tidak banyak orang awam yang mengenal nama beliau maupun pribadinya, tetapi di dunia para pengusaha dan para pebisnis yang beretika, beliau adalah salah satu contoh terbaik dan melegenda sepanjang masa karena tindakan CSR nya yang benar-benar tidak umum dilakukan pengusaha besar kebanyakan namun mengharukan. Di saat zaman dulu isu CSR tidak begitu mencuat, beliau muncul dengan tindakannya yang menghasilkan cerita epos kepahlawanan yang mungkin setara dengan raja-raja kerajaan nusantara yang bijak pada zaman dahulu.
Permasalahannya adalah, di masa dimana CSR semakin digadang-gadang menjadi salah satu skala ukur keberhasilan suatu perusahaan di dalam bertahan hidup dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, apakah kualitas dan kuantitas CSR yang dilakukan perusahaan saat ini menjadi semakin baik atau justru semakin terjun bebas? Dan apakah ada di antara perusahaan-perusahaan yang menjadi contoh pembahasan ini yang pantas disebut sebagai pewaris dari legenda emas William Soerjadjaja? Penulis akan membahasnya dalam halaman-halaman berikut.
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholders berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan. Kalau mau dikata dalam bahasa yang lain: Amal Perusahaan (Corporate Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate Philantrophy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community), dan Pengembangan Masyarakat (Community Development). CSR dapat pula diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggung-jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Melaksanakan CSR dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan di suatu daerah. (Tanudjaja, 2009)
Beberapa tahun belakangan, CSR sedang jadi trend pemberitaan dimana-mana. Semakin banyak individu dan perusahaan yang memandang CSR itu penting dan mencanangkan program CSR yang rapi. Namun, ekonomi yang tumbuh pesat tidak dibarengi dengan kondisi masyarakat ekonominya yang tumbuh sangat lambat. Keterlibatan teknologi yang tinggi membuat banyak perusahaan lebih senang menggunakan tenaga kerja profesional di luar lingkungan masyarakat setempat dan mengabaikan eksistensi masyarakat sekitar. Yang penting profit, menjadi salah satu slogan yang serupa kerak mengganggu dan bisa menyebabkan usaha CSR menjadi berlubang dan cenderung dilupakan.
Nah, mengapa judul untuk tema semacam ini dikait-kaitkan dengan sesosok pahlawan tanpa tanda jasa, selain guru, bernama William Soerjadjaja? Seperti yang kita ketahui, beliau adalah pendiri dari Astra Internasional yang terkenal sebagai perusahaan otomotif raksasa di bumi Indonesia ini. Memang tidak banyak orang awam yang mengenal nama beliau maupun pribadinya, tetapi di dunia para pengusaha dan para pebisnis yang beretika, beliau adalah salah satu contoh terbaik dan melegenda sepanjang masa karena tindakan CSR nya yang benar-benar tidak umum dilakukan pengusaha besar kebanyakan namun mengharukan. Di saat zaman dulu isu CSR tidak begitu mencuat, beliau muncul dengan tindakannya yang menghasilkan cerita epos kepahlawanan yang mungkin setara dengan raja-raja kerajaan nusantara yang bijak pada zaman dahulu.
Permasalahannya adalah, di masa dimana CSR semakin digadang-gadang menjadi salah satu skala ukur keberhasilan suatu perusahaan di dalam bertahan hidup dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, apakah kualitas dan kuantitas CSR yang dilakukan perusahaan saat ini menjadi semakin baik atau justru semakin terjun bebas? Dan apakah ada di antara perusahaan-perusahaan yang menjadi contoh pembahasan ini yang pantas disebut sebagai pewaris dari legenda emas William Soerjadjaja? Penulis akan membahasnya dalam halaman-halaman berikut.
Label:
bisnis,
ekonomi,
industri,
lingkungan,
management,
marketing,
strategic
Jumat, 03 Desember 2010
Prediksi BI Rate Akhir Tahun 2010
Terkait suku bunga Bank Indonesia, Pengamat Ekonomi David Sumual memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan BI rate pada angka 6,5 % hingga akhir tahun ini. Hal ini dilihatnya sebagai pengaruh dari angka inflasi yang sampai saat ini masih tergolong kecil yaitu 0,6%.
David menambahkan pemerintah harus mewaspadai second around yang datang dari kenaikan harga pasar, seperti beras, dan kebutuhan lainnya. Hal ini dinilainya mempengaruhi BI rate kedepannya. Untuk itu, pemerintah harus sering melakukan operasi pasar.
Sumber: kontan.co.id
David menambahkan pemerintah harus mewaspadai second around yang datang dari kenaikan harga pasar, seperti beras, dan kebutuhan lainnya. Hal ini dinilainya mempengaruhi BI rate kedepannya. Untuk itu, pemerintah harus sering melakukan operasi pasar.
Sumber: kontan.co.id
Daftar Orang Terkaya Indonesia versi Majalah Forbes 2010
Duo bersaudara, R Budi Hartono dan Michael Hartono, kembali menempati posisi pertama dalam daftar orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes untuk tahun 2010.
Dua bersaudara itu berhasil memiliki kekayaan US$ 11 milar atau sekitar Rp 99 triliun berkat suksesnya usaha rokok Djarum dan juga BCA. Dua bersaudara itu berada di posisi puncak daftar orang terkaya Indonesia selama 2 tahun berturut-turut.
"Mereka mewarisi perusahaan rokok Djarum dari ayahnya, namun sekarang ini mereka meraup kekayaannya dari BCA, yang merupakan bank terbesar dan masuk dalam Forbes Fab 50 tahun ini," demikian ditulis Forbes seperti dikutip detikFinance, Jumat (3/12/2010).
Djarum kini tercatat sebagai produsen rokok kretek terbesar ketiga di Indonesia, setelah Gudang Garam dan HM Sampoerna. Pada tahun 2002, Djarum menjadi pemegang saham mayoritas (51%) di BCA lewat Faralon Capital Management. BCA tumbuh pesat dan menjadi bank terbesar dari sisi jumlah nasabah. Kinerjanya pun cukup gemilang. Hingga 30 September 2010, BCA berhasil meraup laba hingga Rp 6,1 triliun, meningkat 20,0% dibandingkan Rp 5,1 triliun yang dicetak pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Para pengusaha rokok Indonesia tampaknya masih menjadi muka-muka lama dalam daftar terkaya Forbes itu. Setelah Duo Hartono, pemilik Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo berada di peringkat kedua dengan kekayaan US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 64 triliun, naik US$ 2,6 miliar dibandingkan tahun lalu.
Berbeda dengan duo Hartono, Susilo Wonowidjojo masih menggantungkan kekayaannya dari Gudang Garam, yang merupakan produsen rokok kretek terbesar.
Dalam daftar 40 orang terkaya Indonesia tahun 2010 itu, selain didominasi oleh pengusaha rokok, juga pengusaha CPO dan batubara. Salah satu pengusaha Indonesia yang berhasil membuat loncatan tajam kekayaannya berkat kenaikan harga komoditas adalah Kiki Barki.
Pemilik perusahaan batubara, Harum Energy ini untuk pertama kalinya masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia dengan harta mencapai US$ 1,7 miliar. Kiki Barki berhasil meraup dana hingga Rp 2,6 triliun saat melepaskan saham Harum Energy ke lantai bursa pada 6 Oktober lalu.
Nama lain yang masuk kategori pendatang baru adalah seorang warga India yang sudah menjadi WNI, Sri Prakash Lohia. Pemilik Indorama Sythetics itu berada di posisi ke-6 dengan harta sebesar US$ 2,65 miliar. Keluarga besar Lohia memang termasuk konglomerat kaya. Kakak Lohia, Ashoke yang tinggal di Thailand juga merupakan miliuner karena kakak iparnya, Lakshmi Mittal juga merupakan orang terkaya kedua di Asia. Baik Mittal maupun Lohia sama-sama memiliki rumah di London.
Para orang-orang terkaya di Indonesia itu juga membuat gebrakan yang cukup besar sepanjang tahun ini, seperti Chairul Tanjung yang membeli 40% saham Carrefour Indonesia, Peter Sondakh yang menjual saham di Semen Gresik serta kelompok usaha milik Aburizal Bakrie yang menjalin kerjasama dengan keluarga Rothschild.
Untuk masuk dalam daftar ini, seorang pengusaha harus memiliki kekaywaan US$ 455 juta, naik dari tahun lalu yang hanya US$ 240 juta. Sebanyak 8 orang terdepak dari daftar tahun sebelumnya, diantaranya adalah pemilik AKR Soegiarto Adikoesoemo dan pemilik Rayamana Grup, Paulus Tumewu. Kekayaan keduanya memang naik, tapi tak cukup untuk bisa masuk dalam daftar ini.
Secara keseluruhan, total kekayaan 40 orang terkaya Indonesia di 2010 ini meningkat tajam dari US$ 42 miliar pada tahun 2009 menjadi US$ 71 miliar di tahun 2010. Total kekayaan para taipan tanah air yang mencapai US$ 71 miliar itu, hampir mendekati total cadangan devisa Indonesia yang pada pertengahan November mencapai US$ 93 miliar.
Berikut daftar 40 orang terkaya versi Forbes yang dirilis, Kamis (2/12/2010).
1. R. Budi & Michael Hartono US$ 11 miliar
2. Susilo Wonowidjojo US$ 8 miliar
3. Eka Tjipta Widjaja US$ 6 miliar
4. Martua Sitorus US$ 3,2 miliar
5. Anthoni Salim U$S 3 miliar
6. Sri Prakash Lohia US$ 2,65 miliar
7. Low Tuck Kwong US$ 2,6 miliar
8. Peter Sondakh US$ 2,3 miliar
9. Putra Sampoerna US$ 2,3 miliar
10. Aburizal Bakrie US$ 2,1 miliar
11. Kiki Barki US$ 1,7 miliar
12. Eddy William Katuari US$ 1,65 miliar
13. Edwin Soeryadjaya US$ 1,6 miliar
14. Boenjamin Setiawan US$ 1,5 miliar
15. Garibaldi Thohir US$ 1,45 miliar
16. Sukanto Tanoto US$ 1,4 miliar
17. Theodore Rachmat US$ 1,35 miliar
18. Chairul Tanjung US$ 1,25 miliar
19. Murdaya Poo US$ 1,15 miliar
20. Ciliandra Fangiono US$ 1,1 miliar
21. Benny Subianto US$ 1,05 miliar
22. Arifin dan Hilmi Panigoro US$ 985 juta
23. Sjamsul Nursalim US$ 850 juta
24. Agus Lasmono Suwikatmono US$ 845 juta
25. Kartini Muljadi US$ 840 juta
26. Tahir US$ 805 juta
27. Sandiaga Uno US$ 795 juta
28. Mochtar Riady US$ 730 juta
29. Ciputra US$ 725 juta
30. Hashim Djojohadikusumo US$ 680 juta
31. Harjo Sutanto US$ 350 juta
32. Trihatma Haliman US$ 600 juta
33. Hary Tanoesudibjo US$ 595 juta
34. Kusnan dan Rusdi Kirana US$ 580 juta
35. Wiwoho Baduki Tokronegoro US$ 575 juta
36. Engki Wibowo dan Jenny Quantero US$ 560 juta
37. Husain Djojonegoro US$ 545 juta
38. Eka Tjandranegara US$ 525 juta.
39. Sutanto Djuhar US$ 490 juta.
40. Prajogo Pangestu US$ 455 juta.
*) dilansir dari detik.com
Dua bersaudara itu berhasil memiliki kekayaan US$ 11 milar atau sekitar Rp 99 triliun berkat suksesnya usaha rokok Djarum dan juga BCA. Dua bersaudara itu berada di posisi puncak daftar orang terkaya Indonesia selama 2 tahun berturut-turut.
"Mereka mewarisi perusahaan rokok Djarum dari ayahnya, namun sekarang ini mereka meraup kekayaannya dari BCA, yang merupakan bank terbesar dan masuk dalam Forbes Fab 50 tahun ini," demikian ditulis Forbes seperti dikutip detikFinance, Jumat (3/12/2010).
Djarum kini tercatat sebagai produsen rokok kretek terbesar ketiga di Indonesia, setelah Gudang Garam dan HM Sampoerna. Pada tahun 2002, Djarum menjadi pemegang saham mayoritas (51%) di BCA lewat Faralon Capital Management. BCA tumbuh pesat dan menjadi bank terbesar dari sisi jumlah nasabah. Kinerjanya pun cukup gemilang. Hingga 30 September 2010, BCA berhasil meraup laba hingga Rp 6,1 triliun, meningkat 20,0% dibandingkan Rp 5,1 triliun yang dicetak pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Para pengusaha rokok Indonesia tampaknya masih menjadi muka-muka lama dalam daftar terkaya Forbes itu. Setelah Duo Hartono, pemilik Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo berada di peringkat kedua dengan kekayaan US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 64 triliun, naik US$ 2,6 miliar dibandingkan tahun lalu.
Berbeda dengan duo Hartono, Susilo Wonowidjojo masih menggantungkan kekayaannya dari Gudang Garam, yang merupakan produsen rokok kretek terbesar.
Dalam daftar 40 orang terkaya Indonesia tahun 2010 itu, selain didominasi oleh pengusaha rokok, juga pengusaha CPO dan batubara. Salah satu pengusaha Indonesia yang berhasil membuat loncatan tajam kekayaannya berkat kenaikan harga komoditas adalah Kiki Barki.
Pemilik perusahaan batubara, Harum Energy ini untuk pertama kalinya masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia dengan harta mencapai US$ 1,7 miliar. Kiki Barki berhasil meraup dana hingga Rp 2,6 triliun saat melepaskan saham Harum Energy ke lantai bursa pada 6 Oktober lalu.
Nama lain yang masuk kategori pendatang baru adalah seorang warga India yang sudah menjadi WNI, Sri Prakash Lohia. Pemilik Indorama Sythetics itu berada di posisi ke-6 dengan harta sebesar US$ 2,65 miliar. Keluarga besar Lohia memang termasuk konglomerat kaya. Kakak Lohia, Ashoke yang tinggal di Thailand juga merupakan miliuner karena kakak iparnya, Lakshmi Mittal juga merupakan orang terkaya kedua di Asia. Baik Mittal maupun Lohia sama-sama memiliki rumah di London.
Para orang-orang terkaya di Indonesia itu juga membuat gebrakan yang cukup besar sepanjang tahun ini, seperti Chairul Tanjung yang membeli 40% saham Carrefour Indonesia, Peter Sondakh yang menjual saham di Semen Gresik serta kelompok usaha milik Aburizal Bakrie yang menjalin kerjasama dengan keluarga Rothschild.
Untuk masuk dalam daftar ini, seorang pengusaha harus memiliki kekaywaan US$ 455 juta, naik dari tahun lalu yang hanya US$ 240 juta. Sebanyak 8 orang terdepak dari daftar tahun sebelumnya, diantaranya adalah pemilik AKR Soegiarto Adikoesoemo dan pemilik Rayamana Grup, Paulus Tumewu. Kekayaan keduanya memang naik, tapi tak cukup untuk bisa masuk dalam daftar ini.
Secara keseluruhan, total kekayaan 40 orang terkaya Indonesia di 2010 ini meningkat tajam dari US$ 42 miliar pada tahun 2009 menjadi US$ 71 miliar di tahun 2010. Total kekayaan para taipan tanah air yang mencapai US$ 71 miliar itu, hampir mendekati total cadangan devisa Indonesia yang pada pertengahan November mencapai US$ 93 miliar.
Berikut daftar 40 orang terkaya versi Forbes yang dirilis, Kamis (2/12/2010).
1. R. Budi & Michael Hartono US$ 11 miliar
2. Susilo Wonowidjojo US$ 8 miliar
3. Eka Tjipta Widjaja US$ 6 miliar
4. Martua Sitorus US$ 3,2 miliar
5. Anthoni Salim U$S 3 miliar
6. Sri Prakash Lohia US$ 2,65 miliar
7. Low Tuck Kwong US$ 2,6 miliar
8. Peter Sondakh US$ 2,3 miliar
9. Putra Sampoerna US$ 2,3 miliar
10. Aburizal Bakrie US$ 2,1 miliar
11. Kiki Barki US$ 1,7 miliar
12. Eddy William Katuari US$ 1,65 miliar
13. Edwin Soeryadjaya US$ 1,6 miliar
14. Boenjamin Setiawan US$ 1,5 miliar
15. Garibaldi Thohir US$ 1,45 miliar
16. Sukanto Tanoto US$ 1,4 miliar
17. Theodore Rachmat US$ 1,35 miliar
18. Chairul Tanjung US$ 1,25 miliar
19. Murdaya Poo US$ 1,15 miliar
20. Ciliandra Fangiono US$ 1,1 miliar
21. Benny Subianto US$ 1,05 miliar
22. Arifin dan Hilmi Panigoro US$ 985 juta
23. Sjamsul Nursalim US$ 850 juta
24. Agus Lasmono Suwikatmono US$ 845 juta
25. Kartini Muljadi US$ 840 juta
26. Tahir US$ 805 juta
27. Sandiaga Uno US$ 795 juta
28. Mochtar Riady US$ 730 juta
29. Ciputra US$ 725 juta
30. Hashim Djojohadikusumo US$ 680 juta
31. Harjo Sutanto US$ 350 juta
32. Trihatma Haliman US$ 600 juta
33. Hary Tanoesudibjo US$ 595 juta
34. Kusnan dan Rusdi Kirana US$ 580 juta
35. Wiwoho Baduki Tokronegoro US$ 575 juta
36. Engki Wibowo dan Jenny Quantero US$ 560 juta
37. Husain Djojonegoro US$ 545 juta
38. Eka Tjandranegara US$ 525 juta.
39. Sutanto Djuhar US$ 490 juta.
40. Prajogo Pangestu US$ 455 juta.
*) dilansir dari detik.com
Rabu, 01 Desember 2010
Letter of Peace Seekers : Gundam 00
Wah, wah, wah... Gara-gara sudah tahu keseluruhan cerita Gundam 00 dari 1st Season sampai Movie terakhirnya, saya tiba-tiba kangen nonton ulang episode terakhir tiap seasonnya. Yang unik adalah di kedua episode terakhirnya selalu berakhir diiringi dengan kalimat-kalimat yang menyentuh dan menggugah hati. Percakapan antara Soran Ibrahim (alias Setsuna F. Seiei) dengan Marina Ismail yang mempertanyakan perdamaian, manusia dan dunia ini menjadi salah satu daya tarik dan alasan besar saya untuk menjadikan serial Gundam ini sebagai salah satu favorit saya sepanjang masa.
Berikut ini adalah surat yang ditulis oleh Setsuna pada Marina, yang dibaca pada akhir season pertama:
"Marina Ismail: Ketika kau membaca ini...mungkin aku sudah tiada. Tentang intervensi militer untuk mengakhiri perang, tidak ada yang bisa kulakukan kecuali berperang untuk Celestial being. Waktu itu kau mengajarkanku tentang apa artinya berperang, sama seperti Gundam.
Aku ingin tahu mengapa dunia kita menjadi sangat kacau? Dari mana kekacauan itu berasal? Mengapa ada orang-orang yang tidak menyadari hati jahatnya sendiri? Mengapa orang-orang tidak tahu jika kejahatan mereka melukai banyak orang? Mengapa umat manusia menjadi eksistensi yang hanya tahu cara berkonflik dengan umat manusia lainnya? Mengapa ada orang-orang yang memperbudak dan diperbudak? Mengapa kita saling melukai satu sama lain? Mengetahui ini semua, mengapa manusia tetap hidup seperti yang biasa mereka lakukan?
Aku ingin menanyakannya padamu...tolong pikirkanlah jawabannya, jika kita bisa bertemu lagi. Sementara itu, aku akan mancari jawabannya dengan mengambil jalan yang berbeda denganmu. Merajut jalan menuju saling pengertian antar manusia sebagai jawabannya. Aku akan terus mencari selamanya, bersama dengan Gundamku."
Dan berikut ini adalah surat balasan Marina untuk Setsuna yang ditulis pada akhir season kedua:
"Setsuna: Walaupun kau tak bisa membaca surat ini, aku ingin menyampaikan perasaanku padamu.
Kau dipaksa untuk berperang demi Republik Kurgis, bahkan sejak kau masih kecil dulu. Kau hanya tahu bagaimana caranya hidup dalam peperangan, walaupun kau merasakan hal yang sama denganku ketika mencari jalan demi perdamaian. Tapi, walaupun kita saling mengerti satu sama lain...mengapa kita tidak bisa berjalan di jalan yang sama?
Kau menggunakan kekuatan untuk menghapus segala konflik di dunia ini... Namun demikian, jika pun itu mungkin, maka dimana kau bisa menemukan kebahagiaanmu? Kau menanggung dosa yang teramat banyak dan kau bertarung walaupun kau selalu terluka. Berapa kali pun aku berpikir tentangmu, jalan hidupmu itu sangat menyakitkan.
Berbagi kebahagiaanmu dengan orang lain, dan sebaliknya mereka juga melakukan hal yang sama terhadapmu... Aku pikir itulah jalan yang akan menuntun kita menuju perdamaian sejati. Karena itu, kau juga harus memikirkan dan meraih kebahagiaanmu sendiri...
Setsuna, aku akan selalu berdoa agar kau bisa menemukan kebahagiaanmu."
Bagaimana? Apakah cukup menggugah nurani Anda sekalian? Atau malah tidak mengerti sama sekali??
Saya sarankan Anda semua untuk menonton karya yang satu ini. Akhir kata, saya ingin mengucapkan:
GUNDAM IS NOT FOR KIDS ONLY. A LOT OF MATERIALS INSIDE ARE ALSO PURPOSELY DIRECTED TO TEENAGERS--ADULT VIEWERS.
Berikut ini adalah surat yang ditulis oleh Setsuna pada Marina, yang dibaca pada akhir season pertama:
"Marina Ismail: Ketika kau membaca ini...mungkin aku sudah tiada. Tentang intervensi militer untuk mengakhiri perang, tidak ada yang bisa kulakukan kecuali berperang untuk Celestial being. Waktu itu kau mengajarkanku tentang apa artinya berperang, sama seperti Gundam.
Aku ingin tahu mengapa dunia kita menjadi sangat kacau? Dari mana kekacauan itu berasal? Mengapa ada orang-orang yang tidak menyadari hati jahatnya sendiri? Mengapa orang-orang tidak tahu jika kejahatan mereka melukai banyak orang? Mengapa umat manusia menjadi eksistensi yang hanya tahu cara berkonflik dengan umat manusia lainnya? Mengapa ada orang-orang yang memperbudak dan diperbudak? Mengapa kita saling melukai satu sama lain? Mengetahui ini semua, mengapa manusia tetap hidup seperti yang biasa mereka lakukan?
Aku ingin menanyakannya padamu...tolong pikirkanlah jawabannya, jika kita bisa bertemu lagi. Sementara itu, aku akan mancari jawabannya dengan mengambil jalan yang berbeda denganmu. Merajut jalan menuju saling pengertian antar manusia sebagai jawabannya. Aku akan terus mencari selamanya, bersama dengan Gundamku."
Dan berikut ini adalah surat balasan Marina untuk Setsuna yang ditulis pada akhir season kedua:
"Setsuna: Walaupun kau tak bisa membaca surat ini, aku ingin menyampaikan perasaanku padamu.
Kau dipaksa untuk berperang demi Republik Kurgis, bahkan sejak kau masih kecil dulu. Kau hanya tahu bagaimana caranya hidup dalam peperangan, walaupun kau merasakan hal yang sama denganku ketika mencari jalan demi perdamaian. Tapi, walaupun kita saling mengerti satu sama lain...mengapa kita tidak bisa berjalan di jalan yang sama?
Kau menggunakan kekuatan untuk menghapus segala konflik di dunia ini... Namun demikian, jika pun itu mungkin, maka dimana kau bisa menemukan kebahagiaanmu? Kau menanggung dosa yang teramat banyak dan kau bertarung walaupun kau selalu terluka. Berapa kali pun aku berpikir tentangmu, jalan hidupmu itu sangat menyakitkan.
Berbagi kebahagiaanmu dengan orang lain, dan sebaliknya mereka juga melakukan hal yang sama terhadapmu... Aku pikir itulah jalan yang akan menuntun kita menuju perdamaian sejati. Karena itu, kau juga harus memikirkan dan meraih kebahagiaanmu sendiri...
Setsuna, aku akan selalu berdoa agar kau bisa menemukan kebahagiaanmu."
Bagaimana? Apakah cukup menggugah nurani Anda sekalian? Atau malah tidak mengerti sama sekali??
Saya sarankan Anda semua untuk menonton karya yang satu ini. Akhir kata, saya ingin mengucapkan:
GUNDAM IS NOT FOR KIDS ONLY. A LOT OF MATERIALS INSIDE ARE ALSO PURPOSELY DIRECTED TO TEENAGERS--ADULT VIEWERS.
Kloning : Kucing
Mungkin pembaca ternganga dan termangu kenapa saya tiba-tiba menulis hal yang tak ada kaitannya dengan disiplin ilmu saya, apalagi tentang kloning? Dan lagi tentang kucing? Alasannya sederhana saja. Karena saya suka kucing dan kebetulan saya baru saja selesai membaca komik tentang kedokteran hewan yang jadi favorit saya. Dan inilah kisahnya.
Di Amerika ada sebuah perusahaan bernama CSG yang mengkloning kucing peliharaan dan menjualnya. Sampai pada November 2004, mereka berencana menjual 9 ekor kucing dan 8 diantaranya sudah ada kontrak. Harga seekor kucing, jika dirupiahkan, bisa mencapai sekitar 540 juta rupiah! Para pembeli mendapat keistimewaan seperti pesta mewah saat acara penyerahan kucing, makan malam dengan para staf yang melakukan kloning, dan diberi gratis "Video Kloning" yang mencakup proses pengkloningan kucingnya.
Satu hal yang pasti dalam kloning adalah, banyak hasil kloning yang karakter fisik dan sifatnya berbeda jauh dengan induk kloningnya. Misalnya, ada kucing yang dikloning dari kucing hitam, tapi bisa saja dia bercorak kuning emas dengan kombinasi bulu putih dan hitam. Biasanya kucing punya kulit dasar yang sama dengan corak bulunya. Dan bisa juga, kucing yang asli punya sifat pendiam dan kalem, namun hasil kloningnya lebih ceria, aktif, dan bandel.
Mungkin anda merasa aneh, padahal hasil kloning sudah jelas mempunyai gen yang sama dengan induknya. Kalau diumpamakan, jika diri kita dikloning maka akan ada dua orang kita di dunia ini yang sama (jadi teringat filmnya Arnold Suasana Seger!). Mengapa bisa terjadi kucing hasil kloning yang benar-benar berbeda? Untuk menjawabnya, kita lihat dulu proses pengkloningan secara berurutan.
Untuk kloning kucing, pertama-tama dilakukan pengumpulan sel somatik. Lalu sel itu dikembangbiakkan secara khusus dan saat hampir membentuk bagian tubuh tertentu, nukleus atau inti sel diambil dari situ. Berikutnya, ambil nukleus dari ovum atau sel telur kucing lain. Lalu, nukleus yang sudah dikembangkan tadi ditanamkan pada ovum kucing lain itu. Proses ini disebut Inseminasi. Dan akhirnya, ovum ditanam ke rahim induk pengganti sampai akhirnya kucing hasil kloning lahir.
Berarti bisa disimpulkan bahwa persamaan kucing induk dengan kloningnya hanya pada inti sel telurnya. Gen mahluk hidup memang terdapat dalam nukleus, namun disamping itu, setiap mahluk hidup mewarisi mitokondria dari induknya. Lalu walaupun nukleusnya sama seperti kucing induknya, ovumnya berasal dari kucing lain. Ingat bahwa sel ovum juga membawa sifat gen asli kucing lain itu. Jadi kucing hasil kloning tersebut tidak akan benar-benar persis dengan kucing induknya. Kalau dipermudah, hampir tidak ada bedanya dengan proses kelahiran alamiah.
Lagipula seiring proses pertumbuhannya, ada juga gen yang tidak akan muncul. Makanya, kecil kemungkinan gen yang kompleks seperti corak pada kucing akan sama dengan induk yang dikloning. dan soal sifat kucing, lingkungan dan cara dia dibesarkan akan banyak berpengaruh pada sifatnya. jadi wajar kalau sifatnya tidak sama. Bahkan anak kembar dari satu sel manusia pun tak ada yang mirip identik, kan?
Gambar di atas adalah Kittens Tabouli dan Baba Ganoush, yang dikloning dari seekor kucing ras Bengal yang sama. Keduanya adalah kucing pertama yang dikloning menggunakan teknik baru bernama "chromatin transfer".
Di Amerika ada sebuah perusahaan bernama CSG yang mengkloning kucing peliharaan dan menjualnya. Sampai pada November 2004, mereka berencana menjual 9 ekor kucing dan 8 diantaranya sudah ada kontrak. Harga seekor kucing, jika dirupiahkan, bisa mencapai sekitar 540 juta rupiah! Para pembeli mendapat keistimewaan seperti pesta mewah saat acara penyerahan kucing, makan malam dengan para staf yang melakukan kloning, dan diberi gratis "Video Kloning" yang mencakup proses pengkloningan kucingnya.
Satu hal yang pasti dalam kloning adalah, banyak hasil kloning yang karakter fisik dan sifatnya berbeda jauh dengan induk kloningnya. Misalnya, ada kucing yang dikloning dari kucing hitam, tapi bisa saja dia bercorak kuning emas dengan kombinasi bulu putih dan hitam. Biasanya kucing punya kulit dasar yang sama dengan corak bulunya. Dan bisa juga, kucing yang asli punya sifat pendiam dan kalem, namun hasil kloningnya lebih ceria, aktif, dan bandel.
Mungkin anda merasa aneh, padahal hasil kloning sudah jelas mempunyai gen yang sama dengan induknya. Kalau diumpamakan, jika diri kita dikloning maka akan ada dua orang kita di dunia ini yang sama (jadi teringat filmnya Arnold Suasana Seger!). Mengapa bisa terjadi kucing hasil kloning yang benar-benar berbeda? Untuk menjawabnya, kita lihat dulu proses pengkloningan secara berurutan.
Untuk kloning kucing, pertama-tama dilakukan pengumpulan sel somatik. Lalu sel itu dikembangbiakkan secara khusus dan saat hampir membentuk bagian tubuh tertentu, nukleus atau inti sel diambil dari situ. Berikutnya, ambil nukleus dari ovum atau sel telur kucing lain. Lalu, nukleus yang sudah dikembangkan tadi ditanamkan pada ovum kucing lain itu. Proses ini disebut Inseminasi. Dan akhirnya, ovum ditanam ke rahim induk pengganti sampai akhirnya kucing hasil kloning lahir.
Berarti bisa disimpulkan bahwa persamaan kucing induk dengan kloningnya hanya pada inti sel telurnya. Gen mahluk hidup memang terdapat dalam nukleus, namun disamping itu, setiap mahluk hidup mewarisi mitokondria dari induknya. Lalu walaupun nukleusnya sama seperti kucing induknya, ovumnya berasal dari kucing lain. Ingat bahwa sel ovum juga membawa sifat gen asli kucing lain itu. Jadi kucing hasil kloning tersebut tidak akan benar-benar persis dengan kucing induknya. Kalau dipermudah, hampir tidak ada bedanya dengan proses kelahiran alamiah.
Lagipula seiring proses pertumbuhannya, ada juga gen yang tidak akan muncul. Makanya, kecil kemungkinan gen yang kompleks seperti corak pada kucing akan sama dengan induk yang dikloning. dan soal sifat kucing, lingkungan dan cara dia dibesarkan akan banyak berpengaruh pada sifatnya. jadi wajar kalau sifatnya tidak sama. Bahkan anak kembar dari satu sel manusia pun tak ada yang mirip identik, kan?
Gambar di atas adalah Kittens Tabouli dan Baba Ganoush, yang dikloning dari seekor kucing ras Bengal yang sama. Keduanya adalah kucing pertama yang dikloning menggunakan teknik baru bernama "chromatin transfer".
Label:
biologi,
kloning,
penting(gakpenting)
Jumat, 12 November 2010
Team Building (Bagian Pertama)
Introduction
Agar perusahaan / organisasi dapat bertahan, bertumbuh, dan berkembang, maka haruslah terjadi simbiosis mutualisme yang baik antara produsen di satu pihak, customer maupun konsumen di pihak lain, serta masyarakat. Oleh karena itu, kita selaku pihak produsen ataupun pebisnis tidak dapat berpangku tangansaja. Kita harus lebih bersikap aktif dan antisipatif. Pertanyaannya adalah: “Mengapa kita harus bersikap demikian?”
Berikut ini adalah dasar antisipatif berdasarkan perkembangan dunia marketing yang terjadi sejak zaman dulu sampai sekarang:
Marketing 1.0
Pada model awal-awal marketing, produsen hanya membuat produk sesuai selera produsen dan dipasarkan ke pembeli. Apapun keadaan dan harganya, pembeli akan mengkonsumsinya. Misalnya saja ketika nomor seluler sewaktu satu dasawarsa yang lalu masih tergolong langka dimiliki banyak orang, Telkomsel melalui produk Simpati-nya bebas menetapkan harga yang tinggi. Kita yang membutuhkan alat komunikasi yang lebih efektif mau tidak mau harus menerima harga yang bisa mencapai 250 ribu rupiah, hanya untuk mendapat jenis sim card yang biasa saja dengan fasilitas layanan yang ala kadarnya.
Marketing 2.0
Pada model ini, perkembangan pasar sudah sedemikian pesat dan pembeli sudah memiliki kebebasan memilih alternatif produk. Maka produsen harus pandai menciptakan “needs” and “wants”. Maksudnya adalah tipe marketing yang memfokuskan pada inti strategi markting PDB—Positioning, Differentiation, dan Brand—sehingga kelak dapat memenangkan mind share (dengan segmentation, targeting, positioning 3 elemen strategi), kemudian market share (dengan marketing-mix, differentiation, selling 3 elemen taktik) serta akhirnya heart share (dengan brand, service, process 3 elemen value).
Marketing 3.0
Pada model paling akhir ini, perkembangan pasar semakin pesat lagi dan produsen harus mendekati dengan spiritual marketing yakni konsep pemasaran seutuhnya yang berbasis Human Spirit. Semangat melayani kepada semua orang menjadi satu poin penting yang perlu diperhatikan dan dikembangkan, untuk menarik simpati pembeli, yaitu orang-orang yang memiliki Desire dan Anxiety yang semakin kompleks dan spesifik. Oleh karenanya, cara-cara yang sekedar mengikuti asas service plus, apalagi hanya SOP, tidak akan banyak membantu lagi untuk menggaet hati para konsumen. Banyak perusahaan yang melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk mencapai kondisi Ideal Customer Satisfaction, atau bahkan Beyond Service.
Untuk dapat memberikan Customer Satisfaction dan bahkan Beyond service inilah, diperlukan adanya Team Work yang solid, dan salah satu proses pembentukannya melalui Team Building Training.
Agar perusahaan / organisasi dapat bertahan, bertumbuh, dan berkembang, maka haruslah terjadi simbiosis mutualisme yang baik antara produsen di satu pihak, customer maupun konsumen di pihak lain, serta masyarakat. Oleh karena itu, kita selaku pihak produsen ataupun pebisnis tidak dapat berpangku tangansaja. Kita harus lebih bersikap aktif dan antisipatif. Pertanyaannya adalah: “Mengapa kita harus bersikap demikian?”
Berikut ini adalah dasar antisipatif berdasarkan perkembangan dunia marketing yang terjadi sejak zaman dulu sampai sekarang:
Marketing 1.0
Pada model awal-awal marketing, produsen hanya membuat produk sesuai selera produsen dan dipasarkan ke pembeli. Apapun keadaan dan harganya, pembeli akan mengkonsumsinya. Misalnya saja ketika nomor seluler sewaktu satu dasawarsa yang lalu masih tergolong langka dimiliki banyak orang, Telkomsel melalui produk Simpati-nya bebas menetapkan harga yang tinggi. Kita yang membutuhkan alat komunikasi yang lebih efektif mau tidak mau harus menerima harga yang bisa mencapai 250 ribu rupiah, hanya untuk mendapat jenis sim card yang biasa saja dengan fasilitas layanan yang ala kadarnya.
Marketing 2.0
Pada model ini, perkembangan pasar sudah sedemikian pesat dan pembeli sudah memiliki kebebasan memilih alternatif produk. Maka produsen harus pandai menciptakan “needs” and “wants”. Maksudnya adalah tipe marketing yang memfokuskan pada inti strategi markting PDB—Positioning, Differentiation, dan Brand—sehingga kelak dapat memenangkan mind share (dengan segmentation, targeting, positioning 3 elemen strategi), kemudian market share (dengan marketing-mix, differentiation, selling 3 elemen taktik) serta akhirnya heart share (dengan brand, service, process 3 elemen value).
Marketing 3.0
Pada model paling akhir ini, perkembangan pasar semakin pesat lagi dan produsen harus mendekati dengan spiritual marketing yakni konsep pemasaran seutuhnya yang berbasis Human Spirit. Semangat melayani kepada semua orang menjadi satu poin penting yang perlu diperhatikan dan dikembangkan, untuk menarik simpati pembeli, yaitu orang-orang yang memiliki Desire dan Anxiety yang semakin kompleks dan spesifik. Oleh karenanya, cara-cara yang sekedar mengikuti asas service plus, apalagi hanya SOP, tidak akan banyak membantu lagi untuk menggaet hati para konsumen. Banyak perusahaan yang melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk mencapai kondisi Ideal Customer Satisfaction, atau bahkan Beyond Service.
Untuk dapat memberikan Customer Satisfaction dan bahkan Beyond service inilah, diperlukan adanya Team Work yang solid, dan salah satu proses pembentukannya melalui Team Building Training.
Label:
bisnis,
management,
marketing,
msdm
Rabu, 15 September 2010
Resensi : Grow From Within
Oke! Setelah sekian lama saya menghilang dari peredaran, kini saya kembali dengan tulisan baru yang juga layak anda baca.
Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Selamat hari raya Idul Fitri teristimewa untuk sahabat-sahabatku umat muslim se-Indonesia dan sedunia. Semoga rahmat Tuhan Allah mendamaikan hati kita sekalian. Amin! ^ /.\ ^
Nah, kali ini saya akan menulis tentang resensi sebuah buku yang pernah dimuat di majalah Marketeers edisi Agustus 2010. Saya akan menulis beberapa hal yang memang sudah ada di majalah tersebut, namun pastinya akan bermanfaat untuk anda sekalian yang ingin gratis! *mental mahasiswa rantau! Hehehe...*
Judul buku itu adalah Grow From Within: Mastering Corporate Entrepreneurship And Innovation karangan Robert C.Wolcott and Michael J. Lippitz. Menjelaskan bagaimana sebuah bisnis baru bisa dibentuk di dalam berbagai korporasi dan dengan cara yang efektif melalui inovasi dan corporate entrepreneurship. Di sana juga ditekankan empat model yang dominan dalam membentuk corporate entrepreneurship, variasi-variasi untuk memerger inovasi dengan strategi korporat, dan syarat-syarat kepemimpinan dalam mengembangkan lini bisnis yang baru.
“Great innovation ideas cannot stand alone in sustaining the business success and growth. It needs to be driven by a well-thought strategic management.”
Empat model yang pernah disebutkan di atas tersebut membicarakan tentang bagaimana inovasi dapat berupa bermacam-macam bentuk di dalam perusahaan yang saling berbeda pula:
1. Opportunist – Tidak ada pendekatan disengaja terhadap corporate entrepreneurship (contoh: Zimmer)
2. Enabler – Perusahaan menyediakan pendanaan serta atensi para senior eksekutif terhadap beberapa proyek yang prospektif (contoh: Google)
3. Producer – Perusahaan membentuk dan mensupport sebuah grup yang bersifat full-service dengan satu mandat, demi corporate entrepreneurship (contoh: Cargill)
4. Advocate – Perusahaan sangat ‘menyucikan’ corporate entrepreneurship, namun unit-unit bisnis lah yang menyediakan pendanaan utama.
Radar Inovasi yang disebutkan di sana juga, mendeskripsikan 12 cara yang berbeda dimana perusahaan mampu berinovasi untuk menciptakan bisnis baru dan atau bisnis yang sudah ada. Setiap entrepreneur maupun intrapreneur sebaiknya juga harus mempertimbangkan keduabelas elemen tersebut, agar sukses mencetak keuntungan dari ide-ide mereka (semua staff internal-red) dan memastikan sustainable company’s growth.
Dalam mengambarkan model tersebut, berhubung saya tidak mempunyai gambar radar inovasinya, bayangkanlah sebuah jam dinding yang terdiri dari kedua belas angka yang berputar searah jarum jam. Berikut adalah keduabelas elemen radar inovasi yang disajikan berdasarkan penggambaran tersebut:
1. Offerings – WHAT are you selling?
1.1. Platform*
1.2. Solution*
2. Customers – WHO are you selling it to?
2.1. Customer Service*
2.2. Value Capture*
3. Processes – HOW will you create, sell, deliver, and service it?
3.1. Organization*
3.2. Supply Chain*
4. Presence – WHERE will you engage your customers to do business?
4.1. Networking*
4.2. Brand*
(* menunjukkan bahwa mereka adalah para sub-element)
Buku ini wajib dibaca oleh semua entrepreneur yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap inovasi. Di era globalisasi, dimana pasar sudah semakin bersifat horizontal, kemampuan internal entrepreneurship menjadi tulang punggung untuk membentuk daya kompetitif perusahaan.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Selamat hari raya Idul Fitri teristimewa untuk sahabat-sahabatku umat muslim se-Indonesia dan sedunia. Semoga rahmat Tuhan Allah mendamaikan hati kita sekalian. Amin! ^ /.\ ^
Nah, kali ini saya akan menulis tentang resensi sebuah buku yang pernah dimuat di majalah Marketeers edisi Agustus 2010. Saya akan menulis beberapa hal yang memang sudah ada di majalah tersebut, namun pastinya akan bermanfaat untuk anda sekalian yang ingin gratis! *mental mahasiswa rantau! Hehehe...*
Judul buku itu adalah Grow From Within: Mastering Corporate Entrepreneurship And Innovation karangan Robert C.Wolcott and Michael J. Lippitz. Menjelaskan bagaimana sebuah bisnis baru bisa dibentuk di dalam berbagai korporasi dan dengan cara yang efektif melalui inovasi dan corporate entrepreneurship. Di sana juga ditekankan empat model yang dominan dalam membentuk corporate entrepreneurship, variasi-variasi untuk memerger inovasi dengan strategi korporat, dan syarat-syarat kepemimpinan dalam mengembangkan lini bisnis yang baru.
“Great innovation ideas cannot stand alone in sustaining the business success and growth. It needs to be driven by a well-thought strategic management.”
Empat model yang pernah disebutkan di atas tersebut membicarakan tentang bagaimana inovasi dapat berupa bermacam-macam bentuk di dalam perusahaan yang saling berbeda pula:
1. Opportunist – Tidak ada pendekatan disengaja terhadap corporate entrepreneurship (contoh: Zimmer)
2. Enabler – Perusahaan menyediakan pendanaan serta atensi para senior eksekutif terhadap beberapa proyek yang prospektif (contoh: Google)
3. Producer – Perusahaan membentuk dan mensupport sebuah grup yang bersifat full-service dengan satu mandat, demi corporate entrepreneurship (contoh: Cargill)
4. Advocate – Perusahaan sangat ‘menyucikan’ corporate entrepreneurship, namun unit-unit bisnis lah yang menyediakan pendanaan utama.
Radar Inovasi yang disebutkan di sana juga, mendeskripsikan 12 cara yang berbeda dimana perusahaan mampu berinovasi untuk menciptakan bisnis baru dan atau bisnis yang sudah ada. Setiap entrepreneur maupun intrapreneur sebaiknya juga harus mempertimbangkan keduabelas elemen tersebut, agar sukses mencetak keuntungan dari ide-ide mereka (semua staff internal-red) dan memastikan sustainable company’s growth.
Dalam mengambarkan model tersebut, berhubung saya tidak mempunyai gambar radar inovasinya, bayangkanlah sebuah jam dinding yang terdiri dari kedua belas angka yang berputar searah jarum jam. Berikut adalah keduabelas elemen radar inovasi yang disajikan berdasarkan penggambaran tersebut:
1. Offerings – WHAT are you selling?
1.1. Platform*
1.2. Solution*
2. Customers – WHO are you selling it to?
2.1. Customer Service*
2.2. Value Capture*
3. Processes – HOW will you create, sell, deliver, and service it?
3.1. Organization*
3.2. Supply Chain*
4. Presence – WHERE will you engage your customers to do business?
4.1. Networking*
4.2. Brand*
(* menunjukkan bahwa mereka adalah para sub-element)
Buku ini wajib dibaca oleh semua entrepreneur yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap inovasi. Di era globalisasi, dimana pasar sudah semakin bersifat horizontal, kemampuan internal entrepreneurship menjadi tulang punggung untuk membentuk daya kompetitif perusahaan.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Label:
management,
resensi,
strategic
Rabu, 14 Juli 2010
Kita adalah Indigo Children (Bagian Kedua)
Merujuk dari kepercayaan orang Hindu, sekaligus perpaduan sejarah keimanan Islam dan Nasrani, berikut adalah penjabaran generasi manusia pada umumnya:
1. Generasi Merah: generasi awal umat manusia. Berkemampuan dasar untuk mencari makan, mencari perlindungan, dan membela diri. Dalam perspektif spiritualitas, mereka adalah anak-anak yang “lahir” dari sebuah eksistensi yang kristal. Generasi ini mengembangkan otot mereka, mempertajam indra untuk sensor, dan kepentingan persaingan. Maka, jangan heran jika anak Adam bertengkar dan saling bunuh antara mereka sendiri. Bukan Adam yang salah, tetapi mungkin disebabkan oleh pembuat klon Adam (maksudnya Adam dan Hawa sendiri) yang tidak bisa membuat “Hawa” yang sempurna. Hal ini diperparah dengan pernikahan incest, yang secara genetis membuat sel anak Adam terdegradasi menjadi generasi merah sekaligus menjadi generasi paling awal di bumi ini.
2. Generasi Oranye: generasi ini masih terkonsentrasi pada masalah seksual saja, untuk memenuhi prioritas mengisi bumi ini. Maka mereka secara naluri, dituntut untuk banyak melakukan hubungan seksual, segera beranak-pinak sebanyak-banyaknya agar bumi makin penuh. Mereka mewarisi kemampuan dasar generasi sebelumnya. Anak-anak dari anak-anak Adam diceritakan masih memiliki anak kembar. Masing-masing kira-kira memiliki 10-20 anak kembar.
3. Generasi Kuning: generasi ini sudah menyadari kepentingan persediaan bahan makanan dan pola hidupnya sudah mulai menetap. Mereka mewarisi kemampuan dasar generasi sebelumnya Mereka sudah mulai membuat rumah dan peternakan sendiri. Mereka sudah mulai menyadari pentingnya hidup berkelompok dan membuat alat musik. Nabi Nuh termasuk dalam generasi ini.
4. Generasi Hijau: generasi ini mulai mempertanyakan arti kekuasaan. Mulai ada ego untuk menjadikan diri sebagai pemimpin dan menguasai orang lain. Generasi hijau sering terlibat dalam perang, perkelahian, dan sering pula saling jegal antar teman demi memenuhi ambisi pribadi. Kekerasan menguasai penuh pada generasi hijau. Pada saat inilah kemanusiaan mulai dipertanyakan. Beberapa manusia mengangkat diri mereka sebagai penguasa, bahkan Tuhan. Yesus Kristus hadir di awal generasi tersebut untuk memberitahukan kedatangan akhir zaman. Sesudah itu, mulai bermunculan para rasul yang menyebarkan ajaran Kristiani dan Nabi Muhammad Saw dengan ajaran Islam.
5. Generasi Biru: generasi ini menjawab pertanyaan generasi hijau. Saat ini, sebagian besar orang dewasa di kehidupan kita adalah generasi biru. Generasi ini menggunakan otak dan kemampuan pribadinya untuk mengambil jalan terbaik bagi mereka sendiri. Generasi biru tidak menyukai kekerasan dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Otak lebih dikembangkan dan dibuktikan dengan banyaknya penemuan dan keberhasilan bisnis. Ini adalah masa ketika manusia mengalami modernisasi yang penuh dengan diskusi dan rapat penting. Dalam setiap rapat, security antar-pribadi lebih diutamakan. Ironisnya, kalau salah berkembang, generasi ini bisa tumbuh menjadi generasi egois dan semau gue, bahkan tidak segan-segan mengorbankan orang lain asalkan dirinya sendiri bisa makmur.
6. Generasi Indigo: generasi ini adalah jawaban dari generasi biru. Generasi ini tidak lagi mengambil security untuk kesenangan pribadi, tapi untuk kesenangan orang banyak. Generasi indigo lebih senang berada dalam kesendiriannya bersama dengan dimensi spiritualitasnya yang terus berdinamika. Mereka, sedikit banyak, berusaha menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang. Diperkirakan generasi indigo adalah generasi-generasi sebelum “Adam” yang hadir kembali, mempersiapkan dan membimbing para generasi kristal awal untuk bisa menyambut datangnya akhir zaman. Kita semua yang berumur 20 tahunan, termasuk dalam generasi terakhir indigo.
7. Generasi Kristal: Generasi ini adalah puncak dari seluruh kapasitas manusia. Generasi yang merupakan lanjutan dari generasi indigo yang memiliki kadar ketuhanan dan kenabian yang tinggi. Spiritualisme tinggi serta merupakan jiwa-jiwa yang telah melalui berbagai macam bentuk tempaan kehidupan. Generasi yang hanya ada 1 kristal yang terpilih menggantikan “Adam” yang lama dalam kehancuran di siklus 5000 tahun. Generasi Kristal, dalam beberapa literatur, juga disebut sebagai “the old soul”. Artinya, mereka yang sebelumnya pernah menghuni bumi, kembali ke bumi untuk mengisi bumi dari awal lagi. Dari penjabaran itu, maka hanya generasi kristal – yang tinggi kadar jiwanya – yang akhirnya menjadi Adam lagi. Siapa dia? Hanya Tuhan yang tahu.
Orang-orang indigo adalah generasi supranaturalis yang mampu memadukan teori-teori sains dan teknologi informatika dengan kemampuan spiritualitas ketuhanan mereka. Maksud dan tujuan kehadiran kita sebagai generasi indigo adalah tugas yang diembannya di muka bumi ini. Orang-orang indigo dan kristal, secara umum mempunyai tugas:
1. Menjaga harmonisasi alam nyata, alam spiritual beserta penghuninya, serta manusia dalam hubungan dengan Tuhan.
2. Membantu penumbuhan kesadaran pada manusia akan kebenaran yang mulai ditinggalkan.
3. Membantu pengeliminasian penyebab ketidakseimbangan harmonisasi dan penumbuhan kesadaran. Terutama manusia yang jahat dan buruk akhlaknya, serta mahluk lain yang berusaha menggagalkan misi ini. Penulis, secara jujur, kurang setuju dengan literatur yang menyatakan hal ini. Sebab, manusia yang jahat sekalipun bisa bertobat dan berbalik pada Tuhan.
4. Saling berkoneksasi dan berinteraksi antar-indigo dan mahluk di dimensi spiritualitas, dalam rangka tugas-tugas di atas
5. Membantu pengembalian kekuasaan di bumi kepada manusia yang berhak memegangnya.
6. Membantu pelaksanaan kekuasaan tersebut sampai tiba masanya berakhir.
Yang menarik, orang kristal adalah generasi terakhir dari warna-warna yang pernah muncul. Warna ini tidak pernah muncul di masa-masa sebelumnya dan muncul di bagian akhir dari semua generasi indigo. Menurut teori spektrum cahaya, kristal yang berwarna bening adalah perpaduan semua warna cahaya yang sudah menyatu dalam satu frekuensi yang sama, yakni cahaya tunggal tidak berwarna. Bila mau dikaitkan dengan bidang agama: suatu lambang kesempurnaan. Tujuan akhir penyatuan kepada Yang Maha Esa dan Sumber Kehidupan.
Bisa diamati, bahwa ciri khas psikologis dan perilaku generasi indigo sangat unik dan ganjil, sehingga mereka perlu pola pendidikan yang baru. Pola pendidikan lama yang sangat mengandalkan otak kiri, justru semakin susah dinikmati oleh mereka. Jangan sampai para generasi tua mengabaikan permintaan dan kebutuhan mereka untuk berkembang dengan cara yang unik. Skenario buruknya, intelijensi dan pikiran mereka bisa kacau dan mereka akan menjadi tersesat, karena posisinya yang berada di antara pergantian generasi yang mensyaratkan survival dalam hal duniawi dengan generasi yang lebih mementingkan aspek spiritualitas dan idealisme.
1. Generasi Merah: generasi awal umat manusia. Berkemampuan dasar untuk mencari makan, mencari perlindungan, dan membela diri. Dalam perspektif spiritualitas, mereka adalah anak-anak yang “lahir” dari sebuah eksistensi yang kristal. Generasi ini mengembangkan otot mereka, mempertajam indra untuk sensor, dan kepentingan persaingan. Maka, jangan heran jika anak Adam bertengkar dan saling bunuh antara mereka sendiri. Bukan Adam yang salah, tetapi mungkin disebabkan oleh pembuat klon Adam (maksudnya Adam dan Hawa sendiri) yang tidak bisa membuat “Hawa” yang sempurna. Hal ini diperparah dengan pernikahan incest, yang secara genetis membuat sel anak Adam terdegradasi menjadi generasi merah sekaligus menjadi generasi paling awal di bumi ini.
2. Generasi Oranye: generasi ini masih terkonsentrasi pada masalah seksual saja, untuk memenuhi prioritas mengisi bumi ini. Maka mereka secara naluri, dituntut untuk banyak melakukan hubungan seksual, segera beranak-pinak sebanyak-banyaknya agar bumi makin penuh. Mereka mewarisi kemampuan dasar generasi sebelumnya. Anak-anak dari anak-anak Adam diceritakan masih memiliki anak kembar. Masing-masing kira-kira memiliki 10-20 anak kembar.
3. Generasi Kuning: generasi ini sudah menyadari kepentingan persediaan bahan makanan dan pola hidupnya sudah mulai menetap. Mereka mewarisi kemampuan dasar generasi sebelumnya Mereka sudah mulai membuat rumah dan peternakan sendiri. Mereka sudah mulai menyadari pentingnya hidup berkelompok dan membuat alat musik. Nabi Nuh termasuk dalam generasi ini.
4. Generasi Hijau: generasi ini mulai mempertanyakan arti kekuasaan. Mulai ada ego untuk menjadikan diri sebagai pemimpin dan menguasai orang lain. Generasi hijau sering terlibat dalam perang, perkelahian, dan sering pula saling jegal antar teman demi memenuhi ambisi pribadi. Kekerasan menguasai penuh pada generasi hijau. Pada saat inilah kemanusiaan mulai dipertanyakan. Beberapa manusia mengangkat diri mereka sebagai penguasa, bahkan Tuhan. Yesus Kristus hadir di awal generasi tersebut untuk memberitahukan kedatangan akhir zaman. Sesudah itu, mulai bermunculan para rasul yang menyebarkan ajaran Kristiani dan Nabi Muhammad Saw dengan ajaran Islam.
5. Generasi Biru: generasi ini menjawab pertanyaan generasi hijau. Saat ini, sebagian besar orang dewasa di kehidupan kita adalah generasi biru. Generasi ini menggunakan otak dan kemampuan pribadinya untuk mengambil jalan terbaik bagi mereka sendiri. Generasi biru tidak menyukai kekerasan dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Otak lebih dikembangkan dan dibuktikan dengan banyaknya penemuan dan keberhasilan bisnis. Ini adalah masa ketika manusia mengalami modernisasi yang penuh dengan diskusi dan rapat penting. Dalam setiap rapat, security antar-pribadi lebih diutamakan. Ironisnya, kalau salah berkembang, generasi ini bisa tumbuh menjadi generasi egois dan semau gue, bahkan tidak segan-segan mengorbankan orang lain asalkan dirinya sendiri bisa makmur.
6. Generasi Indigo: generasi ini adalah jawaban dari generasi biru. Generasi ini tidak lagi mengambil security untuk kesenangan pribadi, tapi untuk kesenangan orang banyak. Generasi indigo lebih senang berada dalam kesendiriannya bersama dengan dimensi spiritualitasnya yang terus berdinamika. Mereka, sedikit banyak, berusaha menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang. Diperkirakan generasi indigo adalah generasi-generasi sebelum “Adam” yang hadir kembali, mempersiapkan dan membimbing para generasi kristal awal untuk bisa menyambut datangnya akhir zaman. Kita semua yang berumur 20 tahunan, termasuk dalam generasi terakhir indigo.
7. Generasi Kristal: Generasi ini adalah puncak dari seluruh kapasitas manusia. Generasi yang merupakan lanjutan dari generasi indigo yang memiliki kadar ketuhanan dan kenabian yang tinggi. Spiritualisme tinggi serta merupakan jiwa-jiwa yang telah melalui berbagai macam bentuk tempaan kehidupan. Generasi yang hanya ada 1 kristal yang terpilih menggantikan “Adam” yang lama dalam kehancuran di siklus 5000 tahun. Generasi Kristal, dalam beberapa literatur, juga disebut sebagai “the old soul”. Artinya, mereka yang sebelumnya pernah menghuni bumi, kembali ke bumi untuk mengisi bumi dari awal lagi. Dari penjabaran itu, maka hanya generasi kristal – yang tinggi kadar jiwanya – yang akhirnya menjadi Adam lagi. Siapa dia? Hanya Tuhan yang tahu.
Orang-orang indigo adalah generasi supranaturalis yang mampu memadukan teori-teori sains dan teknologi informatika dengan kemampuan spiritualitas ketuhanan mereka. Maksud dan tujuan kehadiran kita sebagai generasi indigo adalah tugas yang diembannya di muka bumi ini. Orang-orang indigo dan kristal, secara umum mempunyai tugas:
1. Menjaga harmonisasi alam nyata, alam spiritual beserta penghuninya, serta manusia dalam hubungan dengan Tuhan.
2. Membantu penumbuhan kesadaran pada manusia akan kebenaran yang mulai ditinggalkan.
3. Membantu pengeliminasian penyebab ketidakseimbangan harmonisasi dan penumbuhan kesadaran. Terutama manusia yang jahat dan buruk akhlaknya, serta mahluk lain yang berusaha menggagalkan misi ini. Penulis, secara jujur, kurang setuju dengan literatur yang menyatakan hal ini. Sebab, manusia yang jahat sekalipun bisa bertobat dan berbalik pada Tuhan.
4. Saling berkoneksasi dan berinteraksi antar-indigo dan mahluk di dimensi spiritualitas, dalam rangka tugas-tugas di atas
5. Membantu pengembalian kekuasaan di bumi kepada manusia yang berhak memegangnya.
6. Membantu pelaksanaan kekuasaan tersebut sampai tiba masanya berakhir.
Yang menarik, orang kristal adalah generasi terakhir dari warna-warna yang pernah muncul. Warna ini tidak pernah muncul di masa-masa sebelumnya dan muncul di bagian akhir dari semua generasi indigo. Menurut teori spektrum cahaya, kristal yang berwarna bening adalah perpaduan semua warna cahaya yang sudah menyatu dalam satu frekuensi yang sama, yakni cahaya tunggal tidak berwarna. Bila mau dikaitkan dengan bidang agama: suatu lambang kesempurnaan. Tujuan akhir penyatuan kepada Yang Maha Esa dan Sumber Kehidupan.
Bisa diamati, bahwa ciri khas psikologis dan perilaku generasi indigo sangat unik dan ganjil, sehingga mereka perlu pola pendidikan yang baru. Pola pendidikan lama yang sangat mengandalkan otak kiri, justru semakin susah dinikmati oleh mereka. Jangan sampai para generasi tua mengabaikan permintaan dan kebutuhan mereka untuk berkembang dengan cara yang unik. Skenario buruknya, intelijensi dan pikiran mereka bisa kacau dan mereka akan menjadi tersesat, karena posisinya yang berada di antara pergantian generasi yang mensyaratkan survival dalam hal duniawi dengan generasi yang lebih mementingkan aspek spiritualitas dan idealisme.
Motivation for Today - Andrie Wongso
Tidak penting siapa kita hari kemarin, entah orang miskin, salah, gagal dan lain-lainnya. Yang penting besok kita ingin menjadi apa dan siapa! Pastikan sekarang untuk berubah!
Kamis, 01 Juli 2010
Top 10 Best Anime Spring 2010
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap
klik di sini untuk melihat postingan.
Rabu, 23 Juni 2010
Kita adalah Indigo Children (Bagian Pertama)
Akhir-akhir ini banyak isu-isu bermunculan mengenai keberadaan sesuatu yang disebut Indigo Children. Masih membekas di ingatan kita tentang fenomena seorang bocah bernama Ponari, dimana hanya dengan mencelupkan sebuah batu, ia bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit banyak warga. Apakah ia termasuk sebagai anak indigo? Penulis menjawab, ya, namun Ponari sudah tidak tepat lagi disebut indigo secara keseluruhan.
Kemunculan anak-anak indigo di milenium ketiga ini bukan tanpa alasan. Menurut berbagai sumber yang beredar luas, mereka membawa misi-misi tertentu. Dengan segenap kemampuan lebih yang diperoleh dari terbukanya dan terasahnya sixth sense mereka sejak lahir, anak-anak indigo diutus oleh Yang Maha Kuasa untuk membawa pencerahan di dunia yang semakin hari semakin hancur. Mereka diharapkan bisa mengembalikan keseimbangan alam.
Fenomena anak-anak indigo erat kaitannya dengan ramalan suku Maya mengenai bencana besar tahun 2012. Apakah tahun 2012 akan kiamat atau tidak, hanya Tuhan yang mengetahui kapan dunia ini akan berakhir. Salah satu isu fenomena yang akan muncul menjelang tahun-tahun tersebut adalah pergantian ras manusia dari yang biasa digantikan oleh ras yang super unggul. Isu ini sering dikaitkan dengan fenomena munculnya anak-anak indigo. Mereka menunjukkan perilaku lebih dewasa dibandingkan usianya dan memiliki kemampuan intuisi yang sangat tinggi. Biasanya anak indigo tidak mau diperlakukan seperti anak kecil.
Indigo mengacu pada warna jiwa yang indigo. Inilah yang menunjukkan adanya “Jiwa Utama” yang bertindak sebagai seorang guru atau penyembuh. Setiap orang indigo akan melakukan misi pengajaran atau menyembuhkan dengan berbagai cara. Sering kali dengan caranya sendiri. Sebagian orang percaya bahwa para rasul, nabi,dan orang suci serta para wali adalah indigo karena misi mereka dalam skala global adalah mengajar, menyembuhkan, dan menggeser kesadaran umat manusia.
Tanda-tanda generasi pertama dari anak-anak indigo kebanyakan lahir setelah PD II, namun belum menciptakan perubahan-perubahan penting. Baru setelah tahun 70-an, generasi pertama anak-anak indigo dilahirkan. Mereka, yang sekarang ini berusia sekitar 30-40 tahunan, ini adalah generasi laskar yang sesungguhnya, yang sudah memulai proses menentang dan menggeser sistem yang sudah usang. Merekalah pemimpin yang sesungguhnya yaitu barisan orang-orang spiritual dengan berbagai macam warna yang siap mengubah dasar dunia ini.
Mereka diikuti oleh indigo yang lahir di tahun 80-an dan 90-an yang lebih meningkat kepekaan dan perbaikan, sampai akhir 90-an dan awal 2000-an ketika lahir anak-anak generasi kristal. Anak-anak kristal, yang umumnya saat ini masih berumur dibawah 10 tahun, adalah jenis laskar rohani yang berbeda, lebih tenang dan tercerahkan dengan kesadaran Tuhan berada di dalam mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, Ponari yang penulis jadikan contoh di awal tulisan ini termasuk generasi awal anak-anak Kristal.
Anak-anak Indigo, terutama menjelang generasi terakhir, mengetahui bahwa mereka spesial dan kehadiran mereka di bumi adalah untuk melakukan sesuatu yang signifikan. Mereka berorientasi pada otak bagian kanan. Secara umum tertarik pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan musik, seni, menulis, dan keagamaan serta kerohanian. Mereka sering suka melakukan meditasi, takafur, sholat, retret, ataupun perenungan. Namun demikian, jangan jadikan tulisan ini sebagai justifikasi untuk malas belajar atau kuliah, lho!
Karakteristik kunci dari orang-orang indigo, terutama di Indonesia atau paling tidak yang penulis amati sehari-hari, adalah sering merasakan kemarahan. Mereka tidak bisa diperintah oleh figur yang seolah-olah berkuasa karena kebanyakan orang indigo tidak mengenal “otoritas” dalam kamus manusia mereka. Mereka hanya mengakui bahwa semua manusia itu sama, sehingga mereka akan mudah marah terhadap orang yang menggunakan otoritas dan bertindak sebagaimana layaknya diktator. Contoh: Orang tua (yang kebanyakan berasal dari generasi sebelum indigo), guru/dosen, atau bos di tempat kerja.
Hal itu juga meliputi jiwa para indigo muda dengan sedikit pemahaman tentang “kekuatan atas yang lain”, seperti dominasi dan hegemoni oleh pihak yang kuat terhadap yang lemah di muka bumi. Oleh karena itu, sering terbesit di pikiran dan mental para generasi indigo, bahwa mereka lelah dengan permainan politik, kekuasaan, jabatan, KKN, dan semacam itu yang seakan-akan merajalela di dunia ini dan semakin membuat dunia ini kotor.
Keberadaan anak-anak indigo yang jumlahnya meningkat dengan pesat menjelang abad ke-21 hingga sekarang adalah dalam rangka mempersiapkan kepemimpinan dunia yang dinantikan banyak orang. “Dia” yang dinantikan adalah seorang khalifah, pemimpin manusia yang dinanti banyak orang. Dia tidak hanya dinantikan oleh umat agama tertentu saja, namun juga oleh seluruh umat manusia dan alam semesta yang merindukan kedamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Dia akan meniti kekuasaan sejak kelahirannya. Tampuk kekuasaan akan direbutnya dari penguasa-penguasa zalim di dunia dengan kemudahan yang diberikan Tuhan. Dia menerapkan aturan-aturan Tuhan dengan lemah-lembut dan kasih sayang. Ya, karena dia adalah seorang anak kristal yang tenang, lembut, dan penuh kasih sayang.
Adakah penentangan yang terjadi? Tentu saja pihak-pihak yang hegemoninya di dunia tersaingi akan menentang generasi indigo. Mereka akan membentuk koalisi menghalangi perjalanannya menuju tampuk kekuasaan jagad ini. Segala cara mereka lakukan, termasuk memecah-belah dan mengarahkan orang-orang indigo yang mereka kuasai untuk membantu niat jahat mereka. Anak-anak indigo tidak akan tinggal diam. Komunikasi dengan sahabat-sahabat di dimensi spiritualitas yang telah terbina sejak dini akan digunakan untuk melindungi sang calon pemimpin, salah satu dari anak-anak kristal. Kekuatan akan dikerahkan secara penuh dan Tuhan berada di pihak sang khalifah akhir zaman.
Tahun 2012 nanti adalah titik awal pertempuran bagi para generasi terakhir indigo, dalam kata lain kita semua sebagai generasi penerus bangsa. Dengan kekuatan penuh, saling bertekun dalam iman, dan saling mendukung satu sama lain, seluruh indigo akan mulai bergerak di seluruh dunia. Di masa itu, kita akan diseleksi apakah kita pantas untuk membimbing dan menjadi tameng bagi para generasi kristal, yang nantinya akan berperan sebagai penyambut datangnya sang khalifah, sekaligus datangnya akhir zaman.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Kemunculan anak-anak indigo di milenium ketiga ini bukan tanpa alasan. Menurut berbagai sumber yang beredar luas, mereka membawa misi-misi tertentu. Dengan segenap kemampuan lebih yang diperoleh dari terbukanya dan terasahnya sixth sense mereka sejak lahir, anak-anak indigo diutus oleh Yang Maha Kuasa untuk membawa pencerahan di dunia yang semakin hari semakin hancur. Mereka diharapkan bisa mengembalikan keseimbangan alam.
Fenomena anak-anak indigo erat kaitannya dengan ramalan suku Maya mengenai bencana besar tahun 2012. Apakah tahun 2012 akan kiamat atau tidak, hanya Tuhan yang mengetahui kapan dunia ini akan berakhir. Salah satu isu fenomena yang akan muncul menjelang tahun-tahun tersebut adalah pergantian ras manusia dari yang biasa digantikan oleh ras yang super unggul. Isu ini sering dikaitkan dengan fenomena munculnya anak-anak indigo. Mereka menunjukkan perilaku lebih dewasa dibandingkan usianya dan memiliki kemampuan intuisi yang sangat tinggi. Biasanya anak indigo tidak mau diperlakukan seperti anak kecil.
Indigo mengacu pada warna jiwa yang indigo. Inilah yang menunjukkan adanya “Jiwa Utama” yang bertindak sebagai seorang guru atau penyembuh. Setiap orang indigo akan melakukan misi pengajaran atau menyembuhkan dengan berbagai cara. Sering kali dengan caranya sendiri. Sebagian orang percaya bahwa para rasul, nabi,dan orang suci serta para wali adalah indigo karena misi mereka dalam skala global adalah mengajar, menyembuhkan, dan menggeser kesadaran umat manusia.
Tanda-tanda generasi pertama dari anak-anak indigo kebanyakan lahir setelah PD II, namun belum menciptakan perubahan-perubahan penting. Baru setelah tahun 70-an, generasi pertama anak-anak indigo dilahirkan. Mereka, yang sekarang ini berusia sekitar 30-40 tahunan, ini adalah generasi laskar yang sesungguhnya, yang sudah memulai proses menentang dan menggeser sistem yang sudah usang. Merekalah pemimpin yang sesungguhnya yaitu barisan orang-orang spiritual dengan berbagai macam warna yang siap mengubah dasar dunia ini.
Mereka diikuti oleh indigo yang lahir di tahun 80-an dan 90-an yang lebih meningkat kepekaan dan perbaikan, sampai akhir 90-an dan awal 2000-an ketika lahir anak-anak generasi kristal. Anak-anak kristal, yang umumnya saat ini masih berumur dibawah 10 tahun, adalah jenis laskar rohani yang berbeda, lebih tenang dan tercerahkan dengan kesadaran Tuhan berada di dalam mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, Ponari yang penulis jadikan contoh di awal tulisan ini termasuk generasi awal anak-anak Kristal.
Anak-anak Indigo, terutama menjelang generasi terakhir, mengetahui bahwa mereka spesial dan kehadiran mereka di bumi adalah untuk melakukan sesuatu yang signifikan. Mereka berorientasi pada otak bagian kanan. Secara umum tertarik pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan musik, seni, menulis, dan keagamaan serta kerohanian. Mereka sering suka melakukan meditasi, takafur, sholat, retret, ataupun perenungan. Namun demikian, jangan jadikan tulisan ini sebagai justifikasi untuk malas belajar atau kuliah, lho!
Karakteristik kunci dari orang-orang indigo, terutama di Indonesia atau paling tidak yang penulis amati sehari-hari, adalah sering merasakan kemarahan. Mereka tidak bisa diperintah oleh figur yang seolah-olah berkuasa karena kebanyakan orang indigo tidak mengenal “otoritas” dalam kamus manusia mereka. Mereka hanya mengakui bahwa semua manusia itu sama, sehingga mereka akan mudah marah terhadap orang yang menggunakan otoritas dan bertindak sebagaimana layaknya diktator. Contoh: Orang tua (yang kebanyakan berasal dari generasi sebelum indigo), guru/dosen, atau bos di tempat kerja.
Hal itu juga meliputi jiwa para indigo muda dengan sedikit pemahaman tentang “kekuatan atas yang lain”, seperti dominasi dan hegemoni oleh pihak yang kuat terhadap yang lemah di muka bumi. Oleh karena itu, sering terbesit di pikiran dan mental para generasi indigo, bahwa mereka lelah dengan permainan politik, kekuasaan, jabatan, KKN, dan semacam itu yang seakan-akan merajalela di dunia ini dan semakin membuat dunia ini kotor.
Keberadaan anak-anak indigo yang jumlahnya meningkat dengan pesat menjelang abad ke-21 hingga sekarang adalah dalam rangka mempersiapkan kepemimpinan dunia yang dinantikan banyak orang. “Dia” yang dinantikan adalah seorang khalifah, pemimpin manusia yang dinanti banyak orang. Dia tidak hanya dinantikan oleh umat agama tertentu saja, namun juga oleh seluruh umat manusia dan alam semesta yang merindukan kedamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Dia akan meniti kekuasaan sejak kelahirannya. Tampuk kekuasaan akan direbutnya dari penguasa-penguasa zalim di dunia dengan kemudahan yang diberikan Tuhan. Dia menerapkan aturan-aturan Tuhan dengan lemah-lembut dan kasih sayang. Ya, karena dia adalah seorang anak kristal yang tenang, lembut, dan penuh kasih sayang.
Adakah penentangan yang terjadi? Tentu saja pihak-pihak yang hegemoninya di dunia tersaingi akan menentang generasi indigo. Mereka akan membentuk koalisi menghalangi perjalanannya menuju tampuk kekuasaan jagad ini. Segala cara mereka lakukan, termasuk memecah-belah dan mengarahkan orang-orang indigo yang mereka kuasai untuk membantu niat jahat mereka. Anak-anak indigo tidak akan tinggal diam. Komunikasi dengan sahabat-sahabat di dimensi spiritualitas yang telah terbina sejak dini akan digunakan untuk melindungi sang calon pemimpin, salah satu dari anak-anak kristal. Kekuatan akan dikerahkan secara penuh dan Tuhan berada di pihak sang khalifah akhir zaman.
Tahun 2012 nanti adalah titik awal pertempuran bagi para generasi terakhir indigo, dalam kata lain kita semua sebagai generasi penerus bangsa. Dengan kekuatan penuh, saling bertekun dalam iman, dan saling mendukung satu sama lain, seluruh indigo akan mulai bergerak di seluruh dunia. Di masa itu, kita akan diseleksi apakah kita pantas untuk membimbing dan menjadi tameng bagi para generasi kristal, yang nantinya akan berperan sebagai penyambut datangnya sang khalifah, sekaligus datangnya akhir zaman.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Menghargai Uang Sejak Dini
Salah satu hal yang paling membuat saya terheran-heran pada diri saya sendiri adalah ketika bapak saya selalu mengeluh demikian, “Nak, kamu kok susah sih dibeliin apa-apa? Mau ditawari ini ga mau, mau ditawari itu juga ga mau”. Saya hanya menjawab, “Mendingan beli yang perlu-perlu aja, ntar boros”. Ayah saya berkomentar lagi, “Lha uang kita masih banyak. Sekali-kali menikmati hidup lah.” Saya menjawab lagi, “Ya bapak aja yang beli untuk diri sendiri. Buat saya kan cari uang itu susah, pak”.
Semakin sering saya mengingat salah satu dialog di salah satu mall besar di Semarang tersebut, saya semakin bersyukur akan apa yang telah saya jalani selama 19 tahun saya hidup di dunia ini. Terutama ada tiga hal yang benar-benar saya syukuri. Pertama, masuknya saya ke SMA Kolese Loyola Semarang yang selalu mengajarkan untuk mempunyai kepedulian, cinta kasih, dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk kepentingan ‘wong cilik’. Kedua, bergabungnya saya di salah satu perusahaan Network Marketing yang masih saya yakini sebagai salah satu MLM yang “asli dan benar”, meskipun saya sudah tidak aktif lagi. Mereka selalu menginspirasi, memotivasi dan, menguatkan saya untuk mengubah nasib di hidup ini. Ketiga, pertemuan dengan seseorang yang sangat saya sayangi, yang menjadikan saya mampu untuk menahan segala kepahitan dan kesulitan hidup dalam mencari uang, hanya demi bisa bersamanya (maaf tidak bisa saya sebutkan, rahasia negara! Hehehe...).
Intinya, saya menjadi seseorang yang sangat menghargai keberadaan uang, betapapun kecil jumlahnya. Mungkin anda melihat bahwa saya memang hanya kebetulan memiliki peristiwa yang tidak semua orang mengalami, sehingga saya bisa menghargai uang. Namun, saya mencoba menguraikan beberapa tips yang bisa membantu anda, khususnya untuk yang sudah berkeluarga, baik itu sudah mempunyai anak maupun yang belum. Tentu saja, kaum muda yang merupakan “calon bapak/ibu” harus menyimaknya dengan baik, siapa tahu malah lebih berguna banyak bagi hidup anda setelah ini. Berikut adalah tips-tips yang berguna:
1. Buatlah rekening tabungan bagi anak-anak, misalnya saat masuk SD. Diharapkan anak-anak akan terbiasa menabung sejak kecil. Sumber dana bisa dari uang saku yang diberikan sebaiknya jangan harian, dikhawatirkan si anak akan menganggap uang itu gampang didapat, melainkan secara berkala (sebaiknya seminggu sekali). Ajarkan untuk menyisakannya agar bisa menabung secara rutin. Uang dari kerabat lain juga diajarkan untuk ditabung saja. Kalau perlu, bisa juga diberi hadiah khusus jika tabungannya melampaui target yang ditentukan.
2. Berilah uang jajan secukupnya, jangan berlebihan. Maksudnya, jika mereka harus membeli sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang mereka, mereka “terpaksa” minta bantuan dari orang tuanya. Jadi mereka akan mengerti kalau uang itu susah didapat. Kalau memang hal tersebut terjadi, anda bisa memberikan uang tambahan untuk membeli kebutuhan tersebut, dengan syarat uang saku minggu depan akan dikurangi, entah itu secara langsung atau bertahap.
3. Beri penghargaan atas prestasi mereka di sekolah. Bentuknya tidak mesti harus uang, yang terpenting mereka akan mempunyai motivasi merit system – imbalan yang diperoleh sesuai dengan hasil perjuangan yang mereka lakukan.
4. Bantu anak-anak untuk membuat pembukuan pribadi, terutama arus kas keluar masuk. Biasakan untuk menetapkan jangka tutup buku setiap bulan agar mereka terbiasa berpikir jangka panjang juga. Dengan demikian, mereka akan sadar atas pola belanja mereka, dan berusaha untuk menekan pengeluaran agar bisa menabung lebih banyak.
5. Gunakan contoh nyata dengan cerita atau perumpamaan. Misalnya gaji seorang manajer restoran atau gaji teller, manajer, dan direktur sebuah bank. Dimaksudkan agar mereka bisa membandingkan dengan harga mainan, uang jajan, biaya sekolah atau keperluan lain yang harus dipenuhi orang tua. Maka, pemikiran kalau uang itu susah didapat akan semakin tertanam.
6. Ajaklah mereka bermain semacam financial games seperti monopoli atau sejenisnya, dimana paling tidak ada pelajaran bahwa pemenangnya adalah yang memiliki banyak aset di permainan tersebut.
7. Jangan meletakkan uang sembarangan, sebab akan menimbulkan kesan bahwa anda tidak menghargai uang dimata anak anda. Mereka harus diberi pengertian bahwa uang tidak sendirinya ada di dompet kita, sebagai orang tuanya.
Dari pengalaman dan pendapat pribadi saya, ada beberapa tips diatas yang tidak cukup hanya dijalankan saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan dari orang tua untuk mempu membangun pengertian keseluruhan mengenai uang, baik fungsinya maupun gunanya. Segala kebutuhan memang butuh uang, tapi tidak semua kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Apalagi kalau sampai salah menggunakan uang tersebut, yang mengakibatkan penderitaan orang lain.
Semoga bermanfaat, Salam Sejahtera!
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Semakin sering saya mengingat salah satu dialog di salah satu mall besar di Semarang tersebut, saya semakin bersyukur akan apa yang telah saya jalani selama 19 tahun saya hidup di dunia ini. Terutama ada tiga hal yang benar-benar saya syukuri. Pertama, masuknya saya ke SMA Kolese Loyola Semarang yang selalu mengajarkan untuk mempunyai kepedulian, cinta kasih, dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk kepentingan ‘wong cilik’. Kedua, bergabungnya saya di salah satu perusahaan Network Marketing yang masih saya yakini sebagai salah satu MLM yang “asli dan benar”, meskipun saya sudah tidak aktif lagi. Mereka selalu menginspirasi, memotivasi dan, menguatkan saya untuk mengubah nasib di hidup ini. Ketiga, pertemuan dengan seseorang yang sangat saya sayangi, yang menjadikan saya mampu untuk menahan segala kepahitan dan kesulitan hidup dalam mencari uang, hanya demi bisa bersamanya (maaf tidak bisa saya sebutkan, rahasia negara! Hehehe...).
Intinya, saya menjadi seseorang yang sangat menghargai keberadaan uang, betapapun kecil jumlahnya. Mungkin anda melihat bahwa saya memang hanya kebetulan memiliki peristiwa yang tidak semua orang mengalami, sehingga saya bisa menghargai uang. Namun, saya mencoba menguraikan beberapa tips yang bisa membantu anda, khususnya untuk yang sudah berkeluarga, baik itu sudah mempunyai anak maupun yang belum. Tentu saja, kaum muda yang merupakan “calon bapak/ibu” harus menyimaknya dengan baik, siapa tahu malah lebih berguna banyak bagi hidup anda setelah ini. Berikut adalah tips-tips yang berguna:
1. Buatlah rekening tabungan bagi anak-anak, misalnya saat masuk SD. Diharapkan anak-anak akan terbiasa menabung sejak kecil. Sumber dana bisa dari uang saku yang diberikan sebaiknya jangan harian, dikhawatirkan si anak akan menganggap uang itu gampang didapat, melainkan secara berkala (sebaiknya seminggu sekali). Ajarkan untuk menyisakannya agar bisa menabung secara rutin. Uang dari kerabat lain juga diajarkan untuk ditabung saja. Kalau perlu, bisa juga diberi hadiah khusus jika tabungannya melampaui target yang ditentukan.
2. Berilah uang jajan secukupnya, jangan berlebihan. Maksudnya, jika mereka harus membeli sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang mereka, mereka “terpaksa” minta bantuan dari orang tuanya. Jadi mereka akan mengerti kalau uang itu susah didapat. Kalau memang hal tersebut terjadi, anda bisa memberikan uang tambahan untuk membeli kebutuhan tersebut, dengan syarat uang saku minggu depan akan dikurangi, entah itu secara langsung atau bertahap.
3. Beri penghargaan atas prestasi mereka di sekolah. Bentuknya tidak mesti harus uang, yang terpenting mereka akan mempunyai motivasi merit system – imbalan yang diperoleh sesuai dengan hasil perjuangan yang mereka lakukan.
4. Bantu anak-anak untuk membuat pembukuan pribadi, terutama arus kas keluar masuk. Biasakan untuk menetapkan jangka tutup buku setiap bulan agar mereka terbiasa berpikir jangka panjang juga. Dengan demikian, mereka akan sadar atas pola belanja mereka, dan berusaha untuk menekan pengeluaran agar bisa menabung lebih banyak.
5. Gunakan contoh nyata dengan cerita atau perumpamaan. Misalnya gaji seorang manajer restoran atau gaji teller, manajer, dan direktur sebuah bank. Dimaksudkan agar mereka bisa membandingkan dengan harga mainan, uang jajan, biaya sekolah atau keperluan lain yang harus dipenuhi orang tua. Maka, pemikiran kalau uang itu susah didapat akan semakin tertanam.
6. Ajaklah mereka bermain semacam financial games seperti monopoli atau sejenisnya, dimana paling tidak ada pelajaran bahwa pemenangnya adalah yang memiliki banyak aset di permainan tersebut.
7. Jangan meletakkan uang sembarangan, sebab akan menimbulkan kesan bahwa anda tidak menghargai uang dimata anak anda. Mereka harus diberi pengertian bahwa uang tidak sendirinya ada di dompet kita, sebagai orang tuanya.
Dari pengalaman dan pendapat pribadi saya, ada beberapa tips diatas yang tidak cukup hanya dijalankan saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan dari orang tua untuk mempu membangun pengertian keseluruhan mengenai uang, baik fungsinya maupun gunanya. Segala kebutuhan memang butuh uang, tapi tidak semua kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Apalagi kalau sampai salah menggunakan uang tersebut, yang mengakibatkan penderitaan orang lain.
Semoga bermanfaat, Salam Sejahtera!
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Senin, 14 Juni 2010
It's not Segmentation anymore! It's Communitization!
Dalam Legacy Marketing, langkah pertama menyusun strategi marketing adalah Segmentasi. Namun, dalam era New Wave Marketing, yang dilakukan bukanlah segmentasi, tapi Communitization atau upaya membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang ada.
Dalam komunitas terjadi relasi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan kepentingan atau nilai yang dianut. Beda dengan segmentasi yang aggota segmennya bisa tidak peduli satu sama lain. Inilah salah satu perbedaan Segmentation dan Communitization.
Kemudian, dalam segmentasi, pembentukkannya dilakukan oleh perusahaan sehingga sifatnya vertikal. Prosesnya berlangsung dari atas ke bawah. Pelanggan dan calon pelanggan dianggap berada di bawah produsen. Sedangkan di dalam Communitization, pembentukannya dilakukan oleh orang per orang yang setara sehingga bersifat horisontal. Juga, kalau dalam Segmentasi yang terjadi adalah high-budget, high impact marketing, maka dalam Communitization yang terjadi adalah low-budget, high impact marketing.
Mengapa demikian? Karena segmentasi sifatnya adalah inisiatif dari perusahaan, dimana mereka harus melakukan survei / riset pasar atau membeli laporan riset suatu lembaga, dan itu membutuhkan biaya mahal. Sudah demikian, segmentasi tidak ada yang “merawat”, karena memang antar anggota segmen tersebut bisa tidak kenal satu sama lain, dan kita juga tidak peduli kan? Sementara dalam Communitization, perusahaan tidak harus melakukan riset pasar. Cukup mengidentifikasi komunitas yang sudah ada. Kalau ternyata tidak menemukan komunitas yang dinilai cocok, maka barulah perusahaan tersebut mempelopori berdirinya suatu komunitas.
Komunitas ini bisa berbentuk online, offline, atau gabungan keduanya. Contoh komunitas online adalah Facebook. Kalau anda punya account di sana, pasti anda sering mendapat undangan untuk bergabung dalam suatu komunitas. Kalau kita “klik” dengan komunitas tersebut, pasti kita akan bergabung walaupun kita tidak tahu siapa saja anggota yang ada di sana. Setelah bergabung, barulah kita bisa saling mengenal anggota komunitas tersebut dan bisa cepat akrab karena memang punya kegemaran atau kepentingan yang sama.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Dalam komunitas terjadi relasi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan kepentingan atau nilai yang dianut. Beda dengan segmentasi yang aggota segmennya bisa tidak peduli satu sama lain. Inilah salah satu perbedaan Segmentation dan Communitization.
Kemudian, dalam segmentasi, pembentukkannya dilakukan oleh perusahaan sehingga sifatnya vertikal. Prosesnya berlangsung dari atas ke bawah. Pelanggan dan calon pelanggan dianggap berada di bawah produsen. Sedangkan di dalam Communitization, pembentukannya dilakukan oleh orang per orang yang setara sehingga bersifat horisontal. Juga, kalau dalam Segmentasi yang terjadi adalah high-budget, high impact marketing, maka dalam Communitization yang terjadi adalah low-budget, high impact marketing.
Mengapa demikian? Karena segmentasi sifatnya adalah inisiatif dari perusahaan, dimana mereka harus melakukan survei / riset pasar atau membeli laporan riset suatu lembaga, dan itu membutuhkan biaya mahal. Sudah demikian, segmentasi tidak ada yang “merawat”, karena memang antar anggota segmen tersebut bisa tidak kenal satu sama lain, dan kita juga tidak peduli kan? Sementara dalam Communitization, perusahaan tidak harus melakukan riset pasar. Cukup mengidentifikasi komunitas yang sudah ada. Kalau ternyata tidak menemukan komunitas yang dinilai cocok, maka barulah perusahaan tersebut mempelopori berdirinya suatu komunitas.
Komunitas ini bisa berbentuk online, offline, atau gabungan keduanya. Contoh komunitas online adalah Facebook. Kalau anda punya account di sana, pasti anda sering mendapat undangan untuk bergabung dalam suatu komunitas. Kalau kita “klik” dengan komunitas tersebut, pasti kita akan bergabung walaupun kita tidak tahu siapa saja anggota yang ada di sana. Setelah bergabung, barulah kita bisa saling mengenal anggota komunitas tersebut dan bisa cepat akrab karena memang punya kegemaran atau kepentingan yang sama.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
New Wave Marketing
Sejarah Marketing di Indonesia ditandai dengan adanya era marketing yang berbeda-beda yakni Pseudo Marketing, Legacy Marketing, dan New Wave Marketing.
Era Pseudo Marketing adalah era dimana Nepotisme dan Koncoisme menjadi sangat dominan, dimana apabila seseorang dekat dengan kekuasaan maka bisnis akan lancar. Pada era Legacy Marketing, dapat dilihat bahwa bisnis yang berdasarkan hubungan dekat dengan kekuasaan, pada akhirnya akan rontok karena harus melakukan free fight competition yang tidak terbiasa mereka lakukan pada era Pseudo Marketing. Pada era Legacy Marketing, pemasaran dilakukan secara Vertikal, para Marketer harus melakukan persaingan secara keras dan free fight competition sehingga 9 elemen pemasaran yang ada (The Nine Core Elements of Marketing) harus dilakukan secara baik dan akibatnya harus menggunakan pemasaran High Budget – High Impact.
Dengan semakin majunya teknologi, baik komputer, IT, dll, maka sarana untuk berkomunikasi semakin mudah. Kita tahu bahwa Marketing pada dasarnya adalah Communicationship dan Relationship, maka muncul model marketing baru karya Hermawan Kartajaya yakni New Wave Marketing Low Budget – High Impact.
The Nine Core Elements of Marketing di dalam Legacy Marketing terdiri dari:
Strategy : Segmentation, Tergeting, dan Positioning untuk memenangkan Mind Share.
Tactic : Differentiation, Marketing Mix, dan Selling untuk memenangkan Market Share.
Value : Brand, Service, dan Proses untuk memenangkan Heart Share.
Jadi konsep New Wave Marketing menerapkan pengembangan dari konsep Legacy Marketing dimana dunia marketing saat ini tidak bisa lagi tetap bertahan secara Vertikal, namun sudah menjadi Horisontal alias “Merakyat”
Segmentation --> Communitization
Targeting --> Confirming
Positioning --> Clarifying
Differentiation --> Coding
Marketing Mix --> Crowd Combo
Product --> Co-Creation
Price --> Currency
Place --> Communal Activation
Promotion --> Conversation
Selling --> Commercialization
Brand --> Character
Service --> Caring
Process --> Collaboration
Sumber dari buku “New Wave Marketing” karangan Hermawan Kartajaya.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Era Pseudo Marketing adalah era dimana Nepotisme dan Koncoisme menjadi sangat dominan, dimana apabila seseorang dekat dengan kekuasaan maka bisnis akan lancar. Pada era Legacy Marketing, dapat dilihat bahwa bisnis yang berdasarkan hubungan dekat dengan kekuasaan, pada akhirnya akan rontok karena harus melakukan free fight competition yang tidak terbiasa mereka lakukan pada era Pseudo Marketing. Pada era Legacy Marketing, pemasaran dilakukan secara Vertikal, para Marketer harus melakukan persaingan secara keras dan free fight competition sehingga 9 elemen pemasaran yang ada (The Nine Core Elements of Marketing) harus dilakukan secara baik dan akibatnya harus menggunakan pemasaran High Budget – High Impact.
Dengan semakin majunya teknologi, baik komputer, IT, dll, maka sarana untuk berkomunikasi semakin mudah. Kita tahu bahwa Marketing pada dasarnya adalah Communicationship dan Relationship, maka muncul model marketing baru karya Hermawan Kartajaya yakni New Wave Marketing Low Budget – High Impact.
The Nine Core Elements of Marketing di dalam Legacy Marketing terdiri dari:
Strategy : Segmentation, Tergeting, dan Positioning untuk memenangkan Mind Share.
Tactic : Differentiation, Marketing Mix, dan Selling untuk memenangkan Market Share.
Value : Brand, Service, dan Proses untuk memenangkan Heart Share.
Jadi konsep New Wave Marketing menerapkan pengembangan dari konsep Legacy Marketing dimana dunia marketing saat ini tidak bisa lagi tetap bertahan secara Vertikal, namun sudah menjadi Horisontal alias “Merakyat”
Segmentation --> Communitization
Targeting --> Confirming
Positioning --> Clarifying
Differentiation --> Coding
Marketing Mix --> Crowd Combo
Product --> Co-Creation
Price --> Currency
Place --> Communal Activation
Promotion --> Conversation
Selling --> Commercialization
Brand --> Character
Service --> Caring
Process --> Collaboration
Sumber dari buku “New Wave Marketing” karangan Hermawan Kartajaya.
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Selasa, 01 Juni 2010
Motivation In My Life - Mario Teguh
Mario Teguh merupakan salah satu motivator yang sangat saya kagumi dan saya jadikan panutan dalam hidup ini. Beliau menghadirkan motivasi yang penuh dengan kesejukan dan kerendahan hati yang membuat saya merasa adem-ayem dan menjadi tenang dalam menyerap semua yang beliau katakan. Banyak teman2 saya yang berkata bahwa apa yang beliau sampaikan tidak bisa mereka pahami. Terang saja, begitu gumam saya dalam hati. Karena apa yang dikatakannya adalah untuk diterima dengan hati bukan dipahami dengan akal pikiran.
Berbeda dengan motivasi Andrie Wongso yang saya dapatkan dari sms harian, di blog ini saya akan menghadirkan kutipan-kutipan dari website Mario Teguh yang sesuai dengan permasalahan hidup yang saya alami, dan mungkin juga Anda.
***
Saya yang dilahirkan sebagai anak laki-laki semata wayang, tentunya menanggung harapan besar dari keluarga yang membesarkan saya. Saya harus sukses kek, kaya kek, jadi leader kek, apapun itu. Saya tidak menampik bahwa saya memang menginginkan itu semua. Tapi apa yang dianjurkan oleh keluarga dengan apa yang benar-benar saya inginkan sedikit berbeda.
Meskipun saya memiliki bakat turunan banyak dari ayah saya, saya ingin menjadi seseorang yang berbeda dan mengambil jalan yang berbeda dari orang tua saya. Ya, satu impian saya yang sangat saya usahakan adalah menjadi seorang penulis, novelis lebih tepatnya.
Saya bingung bagaimana saya bisa meyakinkan keluarga saya bahwa saya bisa sukses meskipun memilih karir (job, bukan work) sebagai seorang novelis. Lalu seperti inilah kata Mario Teguh :
Mohon disadari bahwa dia yang percaya pada diri dan kemampuannya, akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Bagaimana mungkin orang lain akan mempercayai Anda – bila Anda tidak percaya pada diri Anda sendiri. Karena itu bangunlah dan tampilkanlah hormat yang tinggi pada diri Anda sendiri. Hormat Anda kepada diri sendiri adalah syarat bagi hormat orang lain kepada Anda. Mohon diperhatikan bahwa cara terbaik untuk mewujudkan impian karir atau usaha kita menjadi sebuah kenyataan – adalah bangun dari tidur, dan melakukan sesuatu.
Memulai, melanjutkan, bertahan, dan meneruskan. Terkadang mengeluh sedikit dalam proses berusaha, tetapi kita tetap melanjutkan. Sering juga kita hampir berputus-asa dalam karir kita, tetapi kita tetap bertahan dan meneruskan, meskipun terkadang kita merasa bahwa yang kita impikan masih jauh dari yang mungkin kita capai.
Bila kita telah bekerja keras, tetapi yang kita idamkan belum menjadi kenyataan yang menyejahterakan dan membahagiakan – pasti ada yang salah. Kalau bukan yang kita lakukan yang kurang tepat, pasti cara-cara kita melakukannya yang memerlukan perbaikan. Karena bila kita benar; yang kita lakukan tepat, cara-cara yang kita gunakan tepat,maka sekarang ini…., saat ini… kita hidup dalam impian kita… Bila tidak, berarti ada yang perlu diperbaiki.
***
Amin! Semoga apa yang dinasehatkan oleh beliau bisa meresap dan saya terapkan sesegera mungkin!
Berbeda dengan motivasi Andrie Wongso yang saya dapatkan dari sms harian, di blog ini saya akan menghadirkan kutipan-kutipan dari website Mario Teguh yang sesuai dengan permasalahan hidup yang saya alami, dan mungkin juga Anda.
***
Saya yang dilahirkan sebagai anak laki-laki semata wayang, tentunya menanggung harapan besar dari keluarga yang membesarkan saya. Saya harus sukses kek, kaya kek, jadi leader kek, apapun itu. Saya tidak menampik bahwa saya memang menginginkan itu semua. Tapi apa yang dianjurkan oleh keluarga dengan apa yang benar-benar saya inginkan sedikit berbeda.
Meskipun saya memiliki bakat turunan banyak dari ayah saya, saya ingin menjadi seseorang yang berbeda dan mengambil jalan yang berbeda dari orang tua saya. Ya, satu impian saya yang sangat saya usahakan adalah menjadi seorang penulis, novelis lebih tepatnya.
Saya bingung bagaimana saya bisa meyakinkan keluarga saya bahwa saya bisa sukses meskipun memilih karir (job, bukan work) sebagai seorang novelis. Lalu seperti inilah kata Mario Teguh :
Mohon disadari bahwa dia yang percaya pada diri dan kemampuannya, akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Bagaimana mungkin orang lain akan mempercayai Anda – bila Anda tidak percaya pada diri Anda sendiri. Karena itu bangunlah dan tampilkanlah hormat yang tinggi pada diri Anda sendiri. Hormat Anda kepada diri sendiri adalah syarat bagi hormat orang lain kepada Anda. Mohon diperhatikan bahwa cara terbaik untuk mewujudkan impian karir atau usaha kita menjadi sebuah kenyataan – adalah bangun dari tidur, dan melakukan sesuatu.
Memulai, melanjutkan, bertahan, dan meneruskan. Terkadang mengeluh sedikit dalam proses berusaha, tetapi kita tetap melanjutkan. Sering juga kita hampir berputus-asa dalam karir kita, tetapi kita tetap bertahan dan meneruskan, meskipun terkadang kita merasa bahwa yang kita impikan masih jauh dari yang mungkin kita capai.
Bila kita telah bekerja keras, tetapi yang kita idamkan belum menjadi kenyataan yang menyejahterakan dan membahagiakan – pasti ada yang salah. Kalau bukan yang kita lakukan yang kurang tepat, pasti cara-cara kita melakukannya yang memerlukan perbaikan. Karena bila kita benar; yang kita lakukan tepat, cara-cara yang kita gunakan tepat,maka sekarang ini…., saat ini… kita hidup dalam impian kita… Bila tidak, berarti ada yang perlu diperbaiki.
***
Amin! Semoga apa yang dinasehatkan oleh beliau bisa meresap dan saya terapkan sesegera mungkin!
Contemplation - 1
Manusia tentu memiliki banyak wajah di hatinya. Layaknya permata yang dipotong dengan indahnya dan bermandikan cahaya. Siapa pun tentu belajar untuk menempatkan sisi wajah yang bisa digunakan, untuk menghadapi keluarga, teman, pacar, atau orang-orang sekitar.
Namun, tetap ada sisi permata yang tidak ditimpa cahaya, yakni sisi paling belakang. Sisi terkecil setelah dipotong berkali-kali. Bagian terkecil di belakang, bahkan tidak disadari apakah sebenarnya sisi itu ditimpa cahaya atau tidak. Seperti inilah, kekotoran yang disembunyikan, kebusukan yang dirahasiakan, dan racun yang disimpan manusia
Sadarilah! Jangan berpaling dari sisi belakangmu sendiri. Jangan menghiasinya, jangan membohongi diri sendiri sebab sisi belakangmu sangat buruk. Sampai kau mati, sebab pencarianmu tak akan pernah selesai.
Namun, tetap ada sisi permata yang tidak ditimpa cahaya, yakni sisi paling belakang. Sisi terkecil setelah dipotong berkali-kali. Bagian terkecil di belakang, bahkan tidak disadari apakah sebenarnya sisi itu ditimpa cahaya atau tidak. Seperti inilah, kekotoran yang disembunyikan, kebusukan yang dirahasiakan, dan racun yang disimpan manusia
Sadarilah! Jangan berpaling dari sisi belakangmu sendiri. Jangan menghiasinya, jangan membohongi diri sendiri sebab sisi belakangmu sangat buruk. Sampai kau mati, sebab pencarianmu tak akan pernah selesai.
Motivation for Today - Andrie Wongso
1 hari tidak belajar, itu kesalahan! 3 hari tidak belajar, itu kemunduran! Biasakan setiap hari belajar sesuatu yang baru demi kesuksesan hidup yang lebih bernilai!!
Sabtu, 29 Mei 2010
Motivation for Today - Andrie Wongso
Sebenarnya setiap kekalahan dan kegagalan adalah konsekuensi kecil yang harus kita terima dengan jiwa besar, selama kita masih punya motivasi! Kita tetap bisa sukses!
Selasa, 25 Mei 2010
Mobile Suit Gundam Unicorn
***
Genre : Mecha, Science Fiction, Action
Format : Original Video Animation (OVA)
Original Creator : Hajime Yatate, Yoshiyuki Tomino
Director : Kazuhiro Furuhashi
Music : Hiroyuki Sawano
Production : Sunrise
Released Date : February 2010
***
Sinopsis:
Univesal Century 0096; Tiga tahun telah berlalu semenjak perang Neo Zeon kedua berakhir (Mobile Suit Gundam: Char's Counterattack).
Sisa-sisa dari Neo Zeon, The Sleeves, menuju Side 4 Koloni Industri 7 untuk bertemu dengan pemimpin Vist Foundation, Cardeas Vist. Tujuan pertemuan itu adalah penyerahan sebuah 'kunci' yang dapat membuka sesuatu yang disebut Laplace Box, yang menyimpan rahasia besar mengenai asal mula dunia Universal Century dan konon memiliki kekuatan untuk merestorasi masa depan atau justru menghancurkan dunia.
Banagher Links adalah seorang remaja berumur 17 tahun yang merupakan siswa dari Anaheim Industry Technical School di Koloni Industri 7. Ia melihat perang seolah-olah sebagai sebuah cerita fiksi, karena ia lahir setelah peristiwa One Year War (Mobile Suit Gundam) berakhir dan tidak pernah merasakan isolasi perang seumur hidupnya. Namun sejak menolong seorang gadis bernama Audrey Burne, yang juga datang untuk menemui Vist untuk mencegahnya menyerahkan 'kunci' tersebut kepada The Sleeves, ia mulai terseret dalam suatu konflik yang dipicu oleh Laplace Box. Nantinya ia juga akan mendapati bahwa Cardeas Vist tidak lain adalah ayahnya sendiri yang dahulu berpisah dengan ibunya. Sebelum ayahnya menghembuskan nafas terakhir, ia dipercaya untuk menjadi pilot 'kunci' tersebut, Gundam Unicorn!
Score:
Story = 5/5
Tak perlu diragukan lagi, franchise gundam selalu menghasilkan karya dengan jalan cerita yang mengagumkan! Yang patut dijadikan pertimbangan lebih dalam memilih anime ini adalah bahwa tanpa menonton film seri2 gundam original pendahulunya, penonton pemula tidak akan mengalami kesulitan berarti dalam memahami jalan ceritanya.
Boleh jadi animasi adaptasi dari sepuluh light novel dengan judul yang sama ini akan mendulang kesuksesan yang lebih besar daripada Gundam 00, mengingat bahwa karya ini masuk dalam time line gundam original yang notabene memiliki sebagian besar penggemar yang loyal sejak lebih dari seperempat abad yang lalu. Gundam UC berhasil menggabungkan unsur dan ciri khas cerita Jepang dan Amerika dalam satu wadah.
Chara Development = 5/5
Potensi perkembangan diri masing-masing karakter dikupas secara bersamaan tanpa meninggalkan unsur penting yang dapat menentukan akhir cerita yang dipastikan dapat memuaskan semua pihak. Relasi antara Banagher dan Audrey patut menjadi pusat perhatian
Artwork = 5/5
Masterpiece! Benar-benar halus dengan tidak meninggalkan ciri khas Universal Century, terutama pada saat pertempuran menggunakan funnel yang memang merupakan bagian yang paling ditunggu-tunggu semua penggemar gundam di seluruh dunia!
Music = 5/5
Di sini ada sedikit keunikan di mana sebagian besar background music yang dipakai menggambarkan suasana eropa abad pertengahan dan mampu membangkitkan rasa mistis sekaligus kepahlawanan perang yang didambakan banyak orang, baik fans maupun bukan fans.
Humour = 4/5
Karena ceritanya lebih bersifat perang dan filosofis serta politik, humor yang tersedia mungkin tidak akan terlalu menjadi pertimbangan penonton dalam menyimak film ini.
Label:
anime,
OVA (Original Video Animation),
resensi
Rabu, 19 Mei 2010
Keruntuhan Bisnis Konglomerasi ?? - Pemikiran dan Pertanyaan
Ketika saya bandingkan keadaan pada masa saya SD dulu dengan saya yang saat ini sedang kuliah, saya menyadari adanya suatu popular culture yang sangat menonjol: Tempat atau pusat perbelanjaan semacam mall mulai dan sudah menjadi tempat nongkrong dan bukan lagi murni menjadi pusat transaksi modern seperti seharusnya.
Nah, di sini saya jadi mempunyai suatu pemikiran (atau lebih tepatnya kekhawatiran), apakah mungkin bahwa di kemudian hari bisnis konglomerasi akan runtuh dan tidak diinginkan lagi?
Kenapa saya berpikiran seperti ini? Pertama, kenyataan bahwa sebagian besar orang-orang yang mengunjungi mall adalah pengacara alias pengangguran banyak acara. Pengangguran di sini juga setidaknya ada dua arti: orang yang benar-benar tidak punya duit, hanya sekedar nongkrong eksis dan orang yang punya duit tapi bukan dari penghasilan sendiri. Oke, kita fokus pada tipe pertama saja, karena mereka yang punya pengaruh besar di balik kekhawatiran saya.
Berdasarkan ilmu antropologi, fenomena popular culture tersebut kebanyakan dipicu oleh kaum perempuan. Sejak dulu, di indonesia ini terutama, kaum perempuan selalu diplot untuk menjadi seorang shopper untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Namun itu dulu dan jika punya uang. Sekarang yang terjadi adalah perpaduan antara pergeseran paradigma dan ketidakmampuan untuk menghilangkan budaya patriakis tersebut. Kaum perempuan yang dipenuhi oleh semangat emansipasi berpikir bahwa hidup mereka bukan hanya sebagai 'pelengkap' saja. Ada kemungkinan itulah yang menyebabkan perpaduan sebagai berikut: mereka tidak bisa menghapus peran budaya sebagai shopper namun mereka bisa mengubah cara pikir mereka untuk tidak bershopping di mall-mall dan menggantinya sebagai tempat untuk ber-eksis ria. Oleh karenanya, ada uang atau tidak mereka akan tetap berkumpul bersama sobat-sobat mereka di tempat-tempat semacam itu. Dan tambahan lagi, kaum pria juga ikut-ikutan melakukannya.
Kedua, adalah terjadinya turn-over yang cukup besar dari beberapa gerai di berbagai mall. Sekedar mengingatkan, mall (seperti citraland atau matahari semarang) termasuk bisnis konglomerasi yang gampangnya, anda mempunyai sebuah lahan plus gedung yang besar dan luas, kemudian anda mengikat kontrak dengan berbagai jenis industri maupun bentuk usaha lainnya untuk membuka gerainya di gedung yang anda miliki agar terjadi proses jual-beli yang lebih modern dan mudah. Sekarang, jika para pengunjung kebanyakan hanya nongkrong disana, apakah terjadi transaksi pasar? Jawabannya, mungkin ya, tapi kebanyakan hanya pada gerai-gerai makanan. Yang lainnya? Hanya segelintir pengunjung yang masuk ke gerai mereka, itupun tidak menjadi jaminan bahwa mereka akan membeli sesuatu. Lihat contoh Ramayana Semarang yang tutup pada januari 2010 dan akan diganti dengan Ace Hardware & Index Furnishing karena sedikitnya kuota transaksi yang terjadi.
Ketiga, kecenderungan bahwa semakin banyak mall di suatu kota dan terpusat akan mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung di suatu mall yang lain. Untuk yang satu ini saya juga menemukan pola yang aneh. Ambil contoh Paragon City dan DP Mall di Semarang (maklum, kota kelahiran saya sih). Ketika Paragon City mulai dibuka banyak orang berduyun-duyun datang dan menyebabkan DP Mall menjadi lebih sepi. Padahal keduanya berada pada satu jalan yang sama! --> Meskipun letaknya ujung ke ujung. Sehingga, calon pengunjung yang mempunyai duit akan lebih leluasa berbelanja ke sana. Namun, sebuah mall yang sepi pengunjung, meskipun hampir pasti membeli, tetap tidak bisa menjadi tolok ukur bagi banyak gerai di sana untuk mempertahankan bisnisnya di sana. Sebuah mall yang kehilangan Crowd Spot-nya tidak bisa membangun sebuah citra sebagai pusat perbelanjaan yang potensial untuk bisnis dan berinteraksi dengan pelanggan yang lebih emosional.
Mungkin pembicaraan ini akan ngelantur ke arah konsumtivisme (saya tidak menggunakan istilah konsumerisme karena sebenarnya itu dipakai sebagai suatu istilah yang menunjukkan pengetahuan pemasaran terhadap konsumen mereka --> Satu lagi kelatahan bahasa kita yang akut), oleh karena itu saya akan hentikan sampai di sini. Apakah kekhawatiran saya cukup beralasan? Lalu meskipun tidak beralasan, apakah yang bisa menjadi counter meassure dari fenomena sosial ini bagi keselamatan bisnis sejenis ini?
Saya menunggu komentar anda ataupun usul dan kritik dari anda, apapun itu karena saya sendiri sangat gundah gulana dengan pemikiran saya ini. Sementara itu, saya akan mencoba mencari jawabannya sendiri dan siapa tahu saya akan menghadirkannya kembali pada anda.
Nah, di sini saya jadi mempunyai suatu pemikiran (atau lebih tepatnya kekhawatiran), apakah mungkin bahwa di kemudian hari bisnis konglomerasi akan runtuh dan tidak diinginkan lagi?
Kenapa saya berpikiran seperti ini? Pertama, kenyataan bahwa sebagian besar orang-orang yang mengunjungi mall adalah pengacara alias pengangguran banyak acara. Pengangguran di sini juga setidaknya ada dua arti: orang yang benar-benar tidak punya duit, hanya sekedar nongkrong eksis dan orang yang punya duit tapi bukan dari penghasilan sendiri. Oke, kita fokus pada tipe pertama saja, karena mereka yang punya pengaruh besar di balik kekhawatiran saya.
Berdasarkan ilmu antropologi, fenomena popular culture tersebut kebanyakan dipicu oleh kaum perempuan. Sejak dulu, di indonesia ini terutama, kaum perempuan selalu diplot untuk menjadi seorang shopper untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Namun itu dulu dan jika punya uang. Sekarang yang terjadi adalah perpaduan antara pergeseran paradigma dan ketidakmampuan untuk menghilangkan budaya patriakis tersebut. Kaum perempuan yang dipenuhi oleh semangat emansipasi berpikir bahwa hidup mereka bukan hanya sebagai 'pelengkap' saja. Ada kemungkinan itulah yang menyebabkan perpaduan sebagai berikut: mereka tidak bisa menghapus peran budaya sebagai shopper namun mereka bisa mengubah cara pikir mereka untuk tidak bershopping di mall-mall dan menggantinya sebagai tempat untuk ber-eksis ria. Oleh karenanya, ada uang atau tidak mereka akan tetap berkumpul bersama sobat-sobat mereka di tempat-tempat semacam itu. Dan tambahan lagi, kaum pria juga ikut-ikutan melakukannya.
Kedua, adalah terjadinya turn-over yang cukup besar dari beberapa gerai di berbagai mall. Sekedar mengingatkan, mall (seperti citraland atau matahari semarang) termasuk bisnis konglomerasi yang gampangnya, anda mempunyai sebuah lahan plus gedung yang besar dan luas, kemudian anda mengikat kontrak dengan berbagai jenis industri maupun bentuk usaha lainnya untuk membuka gerainya di gedung yang anda miliki agar terjadi proses jual-beli yang lebih modern dan mudah. Sekarang, jika para pengunjung kebanyakan hanya nongkrong disana, apakah terjadi transaksi pasar? Jawabannya, mungkin ya, tapi kebanyakan hanya pada gerai-gerai makanan. Yang lainnya? Hanya segelintir pengunjung yang masuk ke gerai mereka, itupun tidak menjadi jaminan bahwa mereka akan membeli sesuatu. Lihat contoh Ramayana Semarang yang tutup pada januari 2010 dan akan diganti dengan Ace Hardware & Index Furnishing karena sedikitnya kuota transaksi yang terjadi.
Ketiga, kecenderungan bahwa semakin banyak mall di suatu kota dan terpusat akan mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung di suatu mall yang lain. Untuk yang satu ini saya juga menemukan pola yang aneh. Ambil contoh Paragon City dan DP Mall di Semarang (maklum, kota kelahiran saya sih). Ketika Paragon City mulai dibuka banyak orang berduyun-duyun datang dan menyebabkan DP Mall menjadi lebih sepi. Padahal keduanya berada pada satu jalan yang sama! --> Meskipun letaknya ujung ke ujung. Sehingga, calon pengunjung yang mempunyai duit akan lebih leluasa berbelanja ke sana. Namun, sebuah mall yang sepi pengunjung, meskipun hampir pasti membeli, tetap tidak bisa menjadi tolok ukur bagi banyak gerai di sana untuk mempertahankan bisnisnya di sana. Sebuah mall yang kehilangan Crowd Spot-nya tidak bisa membangun sebuah citra sebagai pusat perbelanjaan yang potensial untuk bisnis dan berinteraksi dengan pelanggan yang lebih emosional.
Mungkin pembicaraan ini akan ngelantur ke arah konsumtivisme (saya tidak menggunakan istilah konsumerisme karena sebenarnya itu dipakai sebagai suatu istilah yang menunjukkan pengetahuan pemasaran terhadap konsumen mereka --> Satu lagi kelatahan bahasa kita yang akut), oleh karena itu saya akan hentikan sampai di sini. Apakah kekhawatiran saya cukup beralasan? Lalu meskipun tidak beralasan, apakah yang bisa menjadi counter meassure dari fenomena sosial ini bagi keselamatan bisnis sejenis ini?
Saya menunggu komentar anda ataupun usul dan kritik dari anda, apapun itu karena saya sendiri sangat gundah gulana dengan pemikiran saya ini. Sementara itu, saya akan mencoba mencari jawabannya sendiri dan siapa tahu saya akan menghadirkannya kembali pada anda.
Label:
antropologi,
bisnis,
ekonomi,
opini
Motivation for Today - Andrie Wongso
Jika TEKAD untuk sukses sudah kuat dan mantap, maka tiada kesulitan apapun yang mampu menghalangi dan menggoyahkan semangat juang kita untuk meraih kesuksesan!
Resensi - Konfirmasi
Sudah lama saya ingin mewujudkan keinginan saya menjadi resensor serial televisi maupun bioskop animasi jepang di blog ini. Dan paling tidak resensi Fate / Stay Night sebelumnya telah menjadi bukti dimulainya karya resensi saya.
Sekedar memberitahu, untuk yang selanjutnya saya akan meresensi memakai bahasa indonesia dan gaya penulisan yang lebih luwes. Ternyata meresensi formal bukan gaya saya yang sesungguhnya! >.<''
Oke, stay tuned di blog saya ini dan nantikan resensi-resensi selanjutnya.
PS: Mungkin kelak saya juga akan meresensi komik-komik asli indonesia yang layak anda coba baca.
Sekedar memberitahu, untuk yang selanjutnya saya akan meresensi memakai bahasa indonesia dan gaya penulisan yang lebih luwes. Ternyata meresensi formal bukan gaya saya yang sesungguhnya! >.<''
Oke, stay tuned di blog saya ini dan nantikan resensi-resensi selanjutnya.
PS: Mungkin kelak saya juga akan meresensi komik-komik asli indonesia yang layak anda coba baca.
Selasa, 18 Mei 2010
Fate / stay night ~ Unlimited Blade Works
***
Title : Fate / stay night ~ Unlimited Blade Works
Genre : Action, Romance, Supernatural, Thriller
Developer : Type-Moon
Production : Studio Deen (Japan)
Director : Yamaguchi Yuji
Writer : Sato Takuya
Released Date : January 23, 2010
***
Plot
Basically, this movie tells us about an idealist teenager’s life named Emiya Shirou who being dragged on a battle royal war between seven masters along with their each servants in order to obtain Holy Grail, a holy and legendary chalice capable of granting wishes. Ten years ago, Shirou became one of the victims in massive fire that consumed a large portion of Fuyuki City. As he was dying, a certain man found and save him. That man, Emiya Kisitsugu, decides to adopt him and then become his foster father. That’s why his family name is changed to ‘Emiya’.
Shirou really admired Kiritsugu—who also a magus (magic user)—because he always wanted to become ‘Hero of Justice’, a guardian of mankind who could protect the weak and innocent, even though he failed. Touched by his father ambition, Shirou intends to devote his life to achieve that distant ideal. And then Emiya Kiritsugu die in peace.
Entering his high school life, not knowing anything that will befall him, he accidentally stumbles upon the battle of two servants—Archer and Lancer—in the school courtyard. Even though he is killed by Lancer cursed lance, he is succesfully revived by Tohsaka Rin, the master of Archer.
The tension is not over. Knowing his prey still alive despite being stabbed in the heart by his lance, Lancer comes to Shirou house once again to hunt down him. Cornered in the shed, Shirou prepares the worst. But before Lancer can inflict another fatal blow, a young woman clad with armor with an invisible sword is summoned and block Lancer’s attack. Later on, she introduces herself as Servant Saber.
After their sudden meeting with Rin and Archer in the same time, they are going to one of Roman Catholic Church in neighbouring city to meet Kotomine Kirei, a person who becomes a supervisor of this war. Listening to all of his explanation about this war, Shirou decides to take a part as a master. However, he do not doing this in order to obtain that holy artefak, but to destroy it and stop this bloody and foolish Holy Grail War.
Hot Keys
It’s normal for a child to admire his/her parent, as Shirou do when he looked at Kiritsugu. But he is going too far. He thinks that other people happiness and safety is more important than his life. There will be a time when he will be forced to accept his own contradiction despite his fake believes. How could he manage anything when he has nothing he dreamed himself, but a borrowed one?
He knows he can’t save everyone. He knows there is no help without sacrifices. His ideal is just an excuse to cover up his ugliness. He knows reality is like that because he will become an adult. Then, is that ideal wrong? Is it a fake if it’s not him? Even if his wish is a fake, is it wrong and impossible for it to come true?
Moreover, when Archer reveals that he is the future Emiya Shirou who is betrayed by his ideal he fought for, and now he seeks to create a time paradox by killing his past self, also in act of mercy so that Shirou doesn’t need to see his ideals betray and crush him.
Fighting his own image is the most cruel thing, moreover after he sees by himself Archer’s dreadful destiny that being betrayed by his own ideal hundred times, thousand times, and for the eternal times over and over. Will Shirou’s feeling towards his ideal crumbling down and let him be killed by his future self? Or will he denied his own existence and fight for his ideal even if that is a very distant and unreachable utopia? What will be his answer for Archer, who is the result of that very ideal?
Appraisal
When first time released in January 30, 2004, Fate / stay night rapidly became one of the most popular visual novels in history, securing the title of “Highest Selling Visual Novel” in 2004 and second in 2007. To the japanese public, Fate / stay night was hugely appraised as the “Best Visual Novel Ever Made”. The popularity of its visual novel made Geneon Japan and Studio Deen produced a twenty four episode anime series based on the original story in 2006.
This 2010, Studio Deen released the animated movie version in international scale based on the storyline of the Unlimited Blade Works route as the main focus that differs this version from the storyline of the Fate route in its TV series version. With the staff from the anime television series and most of the voice cast reprise their roles, this fim will be able to sow great success and able to satisfy the fans all over world, considering that Unlimited Blade Works route is being seen by the fans as the best route among other two routes in its visual novel.
Score:
Story = 5/5
Secara keseluruhan, adaptasi dari visual novelnya sangat bagus. Hampir tidak ada unsur penting yang dilewatkan begitu saja.
Chara Development = 4.5/5
Fokus cerita pada Shirou dan Archer memang sangat kental. Namun, peran karakter yang lain jadi agak dibiarkan tanpa improvisasi. Mungkin karena pengaruh waktu tayang yang terbatas.
Artwork = 4.5/5
Great! Baru kali ini saya melihat kualitas animasi jepang yang seharusnya baru muncul dua tahun mendatang!
Music = 4.5/5
Yang paling menonjol mungkin adalah OST nya yang berjudul "Imitation". Benar-benar lagu yang membuatmu tak terkalahkan, bahkan oleh siapapun yang jelas-jelas lebih kuat darimu!
Humour = 3/5
Oke, untuk unsur ini memang sedikit. Karena sejak awal movie ini lebih bertema action, angst, sedikit romance, dan idealisme.
Sepuluh Kelirumologi Marketing
Salam
Dari Vinko Satrio Pekerti, kepada semua orang yang membaca artikel ini terutama semua awak Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kiranya terbuka wawasan dan pemahaman lebih terhadap dunia marketing bagi Anda sekalian.
Kesalahpahaman tentang Marketing
Bagi sebagian orang—atau bahkan mungkin sebagian besar—yang memiliki sedikit atau tanpa pengalaman nyata marketing sama sekali menganggap marketing sebagai studi tentang penjualan (selling). Mereka yang memiliki pengalaman profesional atau pengalaman akademis saja memandangnya sebagai marketing mix: product, price, place, dan promotion. Terlebih kesempitan cara pandang tersebut diperparah dengan ‘salah tafsir’ bagi para pelaku marketing yang baru (fresh graduate) yang tiba-tiba harus mengalami perpindahan dunia, dari dunia akademisi ke dunia para praktisi yang sekarang sangat dipenuhi chaos atau turbulensi—menjadikan semua ilmu yang dipelajari di kampus atau dimanapun seolah tak banyak membantu.
Sejauh ini—merunut dari apa yang pernah dibicarakan Hermawan Kartajaya pada penulis—ada sepuluh kekeliruan terhadap marketing yang disebut “Sepuluh Kelirumologi Marketing” yang masih melanda semua orang yang terlibat di dalamnya.
Keliru #1 Marketing = Selling = Persuasion = Cheating
Pemasaran itu bukan sekadar penjualan (selling), tetapi membuat pelanggan selalu berpikir tentang kita, membuat pelanggan jatuh cinta kepada kita. Sebelum jatuh cinta, tentunya kita harus membuat orang itu percaya kepada kita terlebih dahulu. Kepercayaan orang adalah fondasi dasar dalam berbisnis. Semakin percaya orang itu pada kita, maka semakin mereka bersedia menyerahkan segalanya kepada kita. Di tengah dunia yang semakin tidak pasti ini, integritas justru semakin penting. Ketika orang semakin meragukan banyak hal, maka kecakapan, profesionalitas, dan yang terpenting, kejujuran, akan menjadi hal yang dibutuhkan.
Keliru #2 Marketing = Promotion = Advertising = Bullshit
Di era keterbukaan ini, perusahaan tidak bisa lagi membual kepada pelanggannya. Informasi tidak bisa berjalan satu arah, dari perusahaan ke pelanggan lagi seperti dulu. Mereka sudah menjadi lebih kritis, tidak akan menelan begitu saja apa-apa yang diiklankan. Tiap produk saling berlomba jurus “kecap saya nomor satu”. Iklan pun jadi kurang dipercaya. Pelanggan akan lebih percaya pada omongan sohib-nya atau bahkan orang yang baru saja dikenal, yang penting sesama pelanggan, karena informasi ini relatif lebih jujur, apa adanya.
Keliru #3 Marketing = MLM = Motivational = Pushing
Tidak semua Multi-Level Marketing (MLM) jelek. Akan tetapi, ada persepsi di kalangan masyarakat bahwa orang MLM seringkali cuma bisa memaksa ketika jualan atau mengajak bergabung. Mereka sering lupa bahwa tidak semua konsumen atau calon frontline/downline sama dan bisa ditawari dengan cara sama. Tidak bisa disalahkan karena banyak MLM yang cuma memotivasi orang-orangnya tanpa diajarkan MARKETING yang sesungguhnya. Jadinya, sering kali over-motivated, tetapi tidak punya strategi (under-strategized). Jeleknya lagi, sering kali MLM yang seperti ini yang dianggap marketing. Padahal, MARKETING mengajarkan kita untuk menjadi ‘kekasih’ pelanggan satu demi satu dan menawarkan produk yang betul-betul diperlukan oleh mereka.
Keliru #4 Marketing = Price War = Discount = Buying More
Sering kali untuk bersaing, perusahaan hanya menawarkan produk yang sama dengan harga yang lebih rendah. Dampak sistemiknya, pesaingnya lalu ikut-ikutan menurunkan harga. Akibatnya, persaingan berdarah-darah1) tidak terhindarkan dan malah bisa memicu kehancuran perusahaan-perusahaan tersebut. Revenue yang diperoleh akan semakin menurun sampai tidak bisa lagi digunakan untuk menutup cost yang dikeluarkan. Selain itu, kita juga mengajarkan pelanggan kita untuk menjadi tidak loyal dan malah jadi switcher alias tukang selingkuh yang bisa pindah ke lain hati karena harga yang lebih murah.
Keliru #5 Marketing = Packaging = Covering = Illusion
Marketing sering disalahartikan sebagai memberi nuansa context pada produk sehingga sering dianggap sebagai kemasan yang menutup-nutupi kelemahan produk itu. Akibatnya orang berpikir bahwa produk jelek bisa laku asal kemasannya bagus. Padahal inti dari Marketing adalah diferensiasi, terdiri dari keunikan context, content, dan infrastructure. Context yang diantaranya termasuk kemasan hanyalah salah satu bagian. Content produk juga harus bagus dan harus ada infrastructure yang mendukung diferensiasi. 2)
Keliru #6 Marketing = Naming = Logo-ing = Designing
Marketing jangan dipahami sebagai proses yang cukup memberi nama, mendesain logo, dan memasangnya pada gedung kantor, produk atau alat komunikasi pemasaran perusahaan yang bersangkutan. Memang, jika berbicara tentang marketing tidak bisa dilepaskan dari sebuah identitas yang jelas. Namun, identitas yang jelas juga berarti adanya karakter dalam cara berinteraksi dengan pihak lain, seperti pelanggan, pemegang saham, pemasok, distributor, karyawan, bahkan juga pesaing. Nama dan logo hanyalah penggambaran dari karakter tersebut.
Keliru #7 Marketing is just for product
Marketing tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual mereka, layanan, ketersediaan barang di pasar, dan lain-lain. Marketing juga bukan sebuah aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan yang jualan produk saja. Marketing juga bisa diterapkan pada lingkup yang lebih luas: pemerintahan, yayasan publik, sekolah, daerah, bahkan ada istilah ‘jual diri’ alias Marketing Yourself. Siapa pun dan organisasi apapun, asalkan punya pesaing dan pelanggan, perlu marketing.
Keliru #8 Marketing is just for customer
Perusahaan mempunyai tiga stakeholder utama: Pelanggan yang menggunakan jasa atau produk yang ditawarkan perusahaan, Pemegang Saham yang menenamkan modalnya ke perusahaan, dan Karyawan perusahaan itu sendiri. Maka, pasar bukan hanya commercial market atau pelanggan itu sendiri, melainkan ada dua pasar lain yang vital juga: capital market dimana perusahaan bersaing mendapatkan modal dan competency market dimana perusahaan bersaing untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas.
Keliru #9 Marketing is just for a department
David Packard dan Bill Hewlett, yang mendirikan Hewlett-Packard (HP), pernah berujar, “Marketing is too important to be entrusted by Marketing Department”. Marketing seharusnya bukanlah menjadi nama sebuah departemen bagian dalam sebuah organisasi, melainkan harus menjadi disiplin setiap orang dalam organisasi. Everyone must be a marketer and become everyone’s soul. Konsep pemasaran harus menjadi ‘konsep payung’ untuk setiap proses lintas fungsional, ‘konsep direktif’ untuk sang direktur, dan ‘konsep profit’ untuk seluruh stakeholders.
Keliru #10 Marketing is just for big companies
Perusahaan kecil justru harus lincah bergerak setiap saat. Mereka harus berpikir secara cerdik dan berani mengambil langkah-langkah yang berbeda dari kebiasaan umum agar tetap survive. Jika sudah besar pun, tetaplah berpikir seperti perusahaan kecil. Itu akan membuat perusahaan melakukan marketing lebih lincah. Jika sudah menjadi nomor satu, tetaplah berpikir bahwa kita masih nomor dua.
Penutup
Sebagai seorang akademisi sekaligus praktisi, kekeliruan-kekeliruan di atas yang pernah melanda orang-orang yang penulis temui dan malah sering alami, membuat nama Marketing menjadi sesuatu yang jelek. Karena itu, penulis sangat merekomendasikan setiap orang yang membaca artikel ini untuk tidak hanya duduk manis mendengarkan ilmu-ilmu konvensional tanpa mau mempraktekkannya atau berusaha mencari sumber-sumber pembelajaran yang lebih valid digunakan di dunia nyata. Semoga tulisan ini bisa membantu Anda sekalian memahami marketing yang sebenarnya dan semakin mendekatkan diri pada kebenaran yang sejati. Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian. Amin.
Dikutip dari tulisan Hermawan kartajaya di buku Marketing On The Church
***
1) Merujuk pada isi buku Red Ocean Strategy yang menggambarkan pertarungan para pelaku bisnis yang saling merugikan pada akhirnya nanti. Untuk mengetahui solusi menghindarinya baca juga buku Blue Ocean Strategy.
2) Peristiwa yang bisa dijadikan contoh penyalahgunaan kesalahpahaman marketing yang sukses adalah adanya gerakan pencekalan buku komik Naburo di beberapa situs jejaring sosial (ex: facebook) yang oleh para penentangnya, termasuk penulis sendiri, dicap sebagai karya plagiat dari Naruto yang paling berpengaruh terhadap semakin jeleknya cap indonesia sebagai negara plagiatis. Anehnya, buku ini lolos dari pengawasan dan malah semakin bertambah jumlah pendistribusiannya.
Dari Vinko Satrio Pekerti, kepada semua orang yang membaca artikel ini terutama semua awak Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kiranya terbuka wawasan dan pemahaman lebih terhadap dunia marketing bagi Anda sekalian.
Kesalahpahaman tentang Marketing
Bagi sebagian orang—atau bahkan mungkin sebagian besar—yang memiliki sedikit atau tanpa pengalaman nyata marketing sama sekali menganggap marketing sebagai studi tentang penjualan (selling). Mereka yang memiliki pengalaman profesional atau pengalaman akademis saja memandangnya sebagai marketing mix: product, price, place, dan promotion. Terlebih kesempitan cara pandang tersebut diperparah dengan ‘salah tafsir’ bagi para pelaku marketing yang baru (fresh graduate) yang tiba-tiba harus mengalami perpindahan dunia, dari dunia akademisi ke dunia para praktisi yang sekarang sangat dipenuhi chaos atau turbulensi—menjadikan semua ilmu yang dipelajari di kampus atau dimanapun seolah tak banyak membantu.
Sejauh ini—merunut dari apa yang pernah dibicarakan Hermawan Kartajaya pada penulis—ada sepuluh kekeliruan terhadap marketing yang disebut “Sepuluh Kelirumologi Marketing” yang masih melanda semua orang yang terlibat di dalamnya.
Keliru #1 Marketing = Selling = Persuasion = Cheating
Pemasaran itu bukan sekadar penjualan (selling), tetapi membuat pelanggan selalu berpikir tentang kita, membuat pelanggan jatuh cinta kepada kita. Sebelum jatuh cinta, tentunya kita harus membuat orang itu percaya kepada kita terlebih dahulu. Kepercayaan orang adalah fondasi dasar dalam berbisnis. Semakin percaya orang itu pada kita, maka semakin mereka bersedia menyerahkan segalanya kepada kita. Di tengah dunia yang semakin tidak pasti ini, integritas justru semakin penting. Ketika orang semakin meragukan banyak hal, maka kecakapan, profesionalitas, dan yang terpenting, kejujuran, akan menjadi hal yang dibutuhkan.
Keliru #2 Marketing = Promotion = Advertising = Bullshit
Di era keterbukaan ini, perusahaan tidak bisa lagi membual kepada pelanggannya. Informasi tidak bisa berjalan satu arah, dari perusahaan ke pelanggan lagi seperti dulu. Mereka sudah menjadi lebih kritis, tidak akan menelan begitu saja apa-apa yang diiklankan. Tiap produk saling berlomba jurus “kecap saya nomor satu”. Iklan pun jadi kurang dipercaya. Pelanggan akan lebih percaya pada omongan sohib-nya atau bahkan orang yang baru saja dikenal, yang penting sesama pelanggan, karena informasi ini relatif lebih jujur, apa adanya.
Keliru #3 Marketing = MLM = Motivational = Pushing
Tidak semua Multi-Level Marketing (MLM) jelek. Akan tetapi, ada persepsi di kalangan masyarakat bahwa orang MLM seringkali cuma bisa memaksa ketika jualan atau mengajak bergabung. Mereka sering lupa bahwa tidak semua konsumen atau calon frontline/downline sama dan bisa ditawari dengan cara sama. Tidak bisa disalahkan karena banyak MLM yang cuma memotivasi orang-orangnya tanpa diajarkan MARKETING yang sesungguhnya. Jadinya, sering kali over-motivated, tetapi tidak punya strategi (under-strategized). Jeleknya lagi, sering kali MLM yang seperti ini yang dianggap marketing. Padahal, MARKETING mengajarkan kita untuk menjadi ‘kekasih’ pelanggan satu demi satu dan menawarkan produk yang betul-betul diperlukan oleh mereka.
Keliru #4 Marketing = Price War = Discount = Buying More
Sering kali untuk bersaing, perusahaan hanya menawarkan produk yang sama dengan harga yang lebih rendah. Dampak sistemiknya, pesaingnya lalu ikut-ikutan menurunkan harga. Akibatnya, persaingan berdarah-darah1) tidak terhindarkan dan malah bisa memicu kehancuran perusahaan-perusahaan tersebut. Revenue yang diperoleh akan semakin menurun sampai tidak bisa lagi digunakan untuk menutup cost yang dikeluarkan. Selain itu, kita juga mengajarkan pelanggan kita untuk menjadi tidak loyal dan malah jadi switcher alias tukang selingkuh yang bisa pindah ke lain hati karena harga yang lebih murah.
Keliru #5 Marketing = Packaging = Covering = Illusion
Marketing sering disalahartikan sebagai memberi nuansa context pada produk sehingga sering dianggap sebagai kemasan yang menutup-nutupi kelemahan produk itu. Akibatnya orang berpikir bahwa produk jelek bisa laku asal kemasannya bagus. Padahal inti dari Marketing adalah diferensiasi, terdiri dari keunikan context, content, dan infrastructure. Context yang diantaranya termasuk kemasan hanyalah salah satu bagian. Content produk juga harus bagus dan harus ada infrastructure yang mendukung diferensiasi. 2)
Keliru #6 Marketing = Naming = Logo-ing = Designing
Marketing jangan dipahami sebagai proses yang cukup memberi nama, mendesain logo, dan memasangnya pada gedung kantor, produk atau alat komunikasi pemasaran perusahaan yang bersangkutan. Memang, jika berbicara tentang marketing tidak bisa dilepaskan dari sebuah identitas yang jelas. Namun, identitas yang jelas juga berarti adanya karakter dalam cara berinteraksi dengan pihak lain, seperti pelanggan, pemegang saham, pemasok, distributor, karyawan, bahkan juga pesaing. Nama dan logo hanyalah penggambaran dari karakter tersebut.
Keliru #7 Marketing is just for product
Marketing tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual mereka, layanan, ketersediaan barang di pasar, dan lain-lain. Marketing juga bukan sebuah aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan yang jualan produk saja. Marketing juga bisa diterapkan pada lingkup yang lebih luas: pemerintahan, yayasan publik, sekolah, daerah, bahkan ada istilah ‘jual diri’ alias Marketing Yourself. Siapa pun dan organisasi apapun, asalkan punya pesaing dan pelanggan, perlu marketing.
Keliru #8 Marketing is just for customer
Perusahaan mempunyai tiga stakeholder utama: Pelanggan yang menggunakan jasa atau produk yang ditawarkan perusahaan, Pemegang Saham yang menenamkan modalnya ke perusahaan, dan Karyawan perusahaan itu sendiri. Maka, pasar bukan hanya commercial market atau pelanggan itu sendiri, melainkan ada dua pasar lain yang vital juga: capital market dimana perusahaan bersaing mendapatkan modal dan competency market dimana perusahaan bersaing untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas.
Keliru #9 Marketing is just for a department
David Packard dan Bill Hewlett, yang mendirikan Hewlett-Packard (HP), pernah berujar, “Marketing is too important to be entrusted by Marketing Department”. Marketing seharusnya bukanlah menjadi nama sebuah departemen bagian dalam sebuah organisasi, melainkan harus menjadi disiplin setiap orang dalam organisasi. Everyone must be a marketer and become everyone’s soul. Konsep pemasaran harus menjadi ‘konsep payung’ untuk setiap proses lintas fungsional, ‘konsep direktif’ untuk sang direktur, dan ‘konsep profit’ untuk seluruh stakeholders.
Keliru #10 Marketing is just for big companies
Perusahaan kecil justru harus lincah bergerak setiap saat. Mereka harus berpikir secara cerdik dan berani mengambil langkah-langkah yang berbeda dari kebiasaan umum agar tetap survive. Jika sudah besar pun, tetaplah berpikir seperti perusahaan kecil. Itu akan membuat perusahaan melakukan marketing lebih lincah. Jika sudah menjadi nomor satu, tetaplah berpikir bahwa kita masih nomor dua.
Penutup
Sebagai seorang akademisi sekaligus praktisi, kekeliruan-kekeliruan di atas yang pernah melanda orang-orang yang penulis temui dan malah sering alami, membuat nama Marketing menjadi sesuatu yang jelek. Karena itu, penulis sangat merekomendasikan setiap orang yang membaca artikel ini untuk tidak hanya duduk manis mendengarkan ilmu-ilmu konvensional tanpa mau mempraktekkannya atau berusaha mencari sumber-sumber pembelajaran yang lebih valid digunakan di dunia nyata. Semoga tulisan ini bisa membantu Anda sekalian memahami marketing yang sebenarnya dan semakin mendekatkan diri pada kebenaran yang sejati. Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian. Amin.
Dikutip dari tulisan Hermawan kartajaya di buku Marketing On The Church
***
1) Merujuk pada isi buku Red Ocean Strategy yang menggambarkan pertarungan para pelaku bisnis yang saling merugikan pada akhirnya nanti. Untuk mengetahui solusi menghindarinya baca juga buku Blue Ocean Strategy.
2) Peristiwa yang bisa dijadikan contoh penyalahgunaan kesalahpahaman marketing yang sukses adalah adanya gerakan pencekalan buku komik Naburo di beberapa situs jejaring sosial (ex: facebook) yang oleh para penentangnya, termasuk penulis sendiri, dicap sebagai karya plagiat dari Naruto yang paling berpengaruh terhadap semakin jeleknya cap indonesia sebagai negara plagiatis. Anehnya, buku ini lolos dari pengawasan dan malah semakin bertambah jumlah pendistribusiannya.
Langganan:
Postingan (Atom)