Rabu, 23 Juni 2010

Kita adalah Indigo Children (Bagian Pertama)

Akhir-akhir ini banyak isu-isu bermunculan mengenai keberadaan sesuatu yang disebut Indigo Children. Masih membekas di ingatan kita tentang fenomena seorang bocah bernama Ponari, dimana hanya dengan mencelupkan sebuah batu, ia bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit banyak warga. Apakah ia termasuk sebagai anak indigo? Penulis menjawab, ya, namun Ponari sudah tidak tepat lagi disebut indigo secara keseluruhan.
Kemunculan anak-anak indigo di milenium ketiga ini bukan tanpa alasan. Menurut berbagai sumber yang beredar luas, mereka membawa misi-misi tertentu. Dengan segenap kemampuan lebih yang diperoleh dari terbukanya dan terasahnya sixth sense mereka sejak lahir, anak-anak indigo diutus oleh Yang Maha Kuasa untuk membawa pencerahan di dunia yang semakin hari semakin hancur. Mereka diharapkan bisa mengembalikan keseimbangan alam.
Fenomena anak-anak indigo erat kaitannya dengan ramalan suku Maya mengenai bencana besar tahun 2012. Apakah tahun 2012 akan kiamat atau tidak, hanya Tuhan yang mengetahui kapan dunia ini akan berakhir. Salah satu isu fenomena yang akan muncul menjelang tahun-tahun tersebut adalah pergantian ras manusia dari yang biasa digantikan oleh ras yang super unggul. Isu ini sering dikaitkan dengan fenomena munculnya anak-anak indigo. Mereka menunjukkan perilaku lebih dewasa dibandingkan usianya dan memiliki kemampuan intuisi yang sangat tinggi. Biasanya anak indigo tidak mau diperlakukan seperti anak kecil.
Indigo mengacu pada warna jiwa yang indigo. Inilah yang menunjukkan adanya “Jiwa Utama” yang bertindak sebagai seorang guru atau penyembuh. Setiap orang indigo akan melakukan misi pengajaran atau menyembuhkan dengan berbagai cara. Sering kali dengan caranya sendiri. Sebagian orang percaya bahwa para rasul, nabi,dan orang suci serta para wali adalah indigo karena misi mereka dalam skala global adalah mengajar, menyembuhkan, dan menggeser kesadaran umat manusia.
Tanda-tanda generasi pertama dari anak-anak indigo kebanyakan lahir setelah PD II, namun belum menciptakan perubahan-perubahan penting. Baru setelah tahun 70-an, generasi pertama anak-anak indigo dilahirkan. Mereka, yang sekarang ini berusia sekitar 30-40 tahunan, ini adalah generasi laskar yang sesungguhnya, yang sudah memulai proses menentang dan menggeser sistem yang sudah usang. Merekalah pemimpin yang sesungguhnya yaitu barisan orang-orang spiritual dengan berbagai macam warna yang siap mengubah dasar dunia ini.
Mereka diikuti oleh indigo yang lahir di tahun 80-an dan 90-an yang lebih meningkat kepekaan dan perbaikan, sampai akhir 90-an dan awal 2000-an ketika lahir anak-anak generasi kristal. Anak-anak kristal, yang umumnya saat ini masih berumur dibawah 10 tahun, adalah jenis laskar rohani yang berbeda, lebih tenang dan tercerahkan dengan kesadaran Tuhan berada di dalam mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, Ponari yang penulis jadikan contoh di awal tulisan ini termasuk generasi awal anak-anak Kristal.
Anak-anak Indigo, terutama menjelang generasi terakhir, mengetahui bahwa mereka spesial dan kehadiran mereka di bumi adalah untuk melakukan sesuatu yang signifikan. Mereka berorientasi pada otak bagian kanan. Secara umum tertarik pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan musik, seni, menulis, dan keagamaan serta kerohanian. Mereka sering suka melakukan meditasi, takafur, sholat, retret, ataupun perenungan. Namun demikian, jangan jadikan tulisan ini sebagai justifikasi untuk malas belajar atau kuliah, lho!
Karakteristik kunci dari orang-orang indigo, terutama di Indonesia atau paling tidak yang penulis amati sehari-hari, adalah sering merasakan kemarahan. Mereka tidak bisa diperintah oleh figur yang seolah-olah berkuasa karena kebanyakan orang indigo tidak mengenal “otoritas” dalam kamus manusia mereka. Mereka hanya mengakui bahwa semua manusia itu sama, sehingga mereka akan mudah marah terhadap orang yang menggunakan otoritas dan bertindak sebagaimana layaknya diktator. Contoh: Orang tua (yang kebanyakan berasal dari generasi sebelum indigo), guru/dosen, atau bos di tempat kerja.
Hal itu juga meliputi jiwa para indigo muda dengan sedikit pemahaman tentang “kekuatan atas yang lain”, seperti dominasi dan hegemoni oleh pihak yang kuat terhadap yang lemah di muka bumi. Oleh karena itu, sering terbesit di pikiran dan mental para generasi indigo, bahwa mereka lelah dengan permainan politik, kekuasaan, jabatan, KKN, dan semacam itu yang seakan-akan merajalela di dunia ini dan semakin membuat dunia ini kotor.
Keberadaan anak-anak indigo yang jumlahnya meningkat dengan pesat menjelang abad ke-21 hingga sekarang adalah dalam rangka mempersiapkan kepemimpinan dunia yang dinantikan banyak orang. “Dia” yang dinantikan adalah seorang khalifah, pemimpin manusia yang dinanti banyak orang. Dia tidak hanya dinantikan oleh umat agama tertentu saja, namun juga oleh seluruh umat manusia dan alam semesta yang merindukan kedamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Dia akan meniti kekuasaan sejak kelahirannya. Tampuk kekuasaan akan direbutnya dari penguasa-penguasa zalim di dunia dengan kemudahan yang diberikan Tuhan. Dia menerapkan aturan-aturan Tuhan dengan lemah-lembut dan kasih sayang. Ya, karena dia adalah seorang anak kristal yang tenang, lembut, dan penuh kasih sayang.
Adakah penentangan yang terjadi? Tentu saja pihak-pihak yang hegemoninya di dunia tersaingi akan menentang generasi indigo. Mereka akan membentuk koalisi menghalangi perjalanannya menuju tampuk kekuasaan jagad ini. Segala cara mereka lakukan, termasuk memecah-belah dan mengarahkan orang-orang indigo yang mereka kuasai untuk membantu niat jahat mereka. Anak-anak indigo tidak akan tinggal diam. Komunikasi dengan sahabat-sahabat di dimensi spiritualitas yang telah terbina sejak dini akan digunakan untuk melindungi sang calon pemimpin, salah satu dari anak-anak kristal. Kekuatan akan dikerahkan secara penuh dan Tuhan berada di pihak sang khalifah akhir zaman.
Tahun 2012 nanti adalah titik awal pertempuran bagi para generasi terakhir indigo, dalam kata lain kita semua sebagai generasi penerus bangsa. Dengan kekuatan penuh, saling bertekun dalam iman, dan saling mendukung satu sama lain, seluruh indigo akan mulai bergerak di seluruh dunia. Di masa itu, kita akan diseleksi apakah kita pantas untuk membimbing dan menjadi tameng bagi para generasi kristal, yang nantinya akan berperan sebagai penyambut datangnya sang khalifah, sekaligus datangnya akhir zaman.

==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.

Menghargai Uang Sejak Dini

Salah satu hal yang paling membuat saya terheran-heran pada diri saya sendiri adalah ketika bapak saya selalu mengeluh demikian, “Nak, kamu kok susah sih dibeliin apa-apa? Mau ditawari ini ga mau, mau ditawari itu juga ga mau”. Saya hanya menjawab, “Mendingan beli yang perlu-perlu aja, ntar boros”. Ayah saya berkomentar lagi, “Lha uang kita masih banyak. Sekali-kali menikmati hidup lah.” Saya menjawab lagi, “Ya bapak aja yang beli untuk diri sendiri. Buat saya kan cari uang itu susah, pak”.

Semakin sering saya mengingat salah satu dialog di salah satu mall besar di Semarang tersebut, saya semakin bersyukur akan apa yang telah saya jalani selama 19 tahun saya hidup di dunia ini. Terutama ada tiga hal yang benar-benar saya syukuri. Pertama, masuknya saya ke SMA Kolese Loyola Semarang yang selalu mengajarkan untuk mempunyai kepedulian, cinta kasih, dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk kepentingan ‘wong cilik’. Kedua, bergabungnya saya di salah satu perusahaan Network Marketing yang masih saya yakini sebagai salah satu MLM yang “asli dan benar”, meskipun saya sudah tidak aktif lagi. Mereka selalu menginspirasi, memotivasi dan, menguatkan saya untuk mengubah nasib di hidup ini. Ketiga, pertemuan dengan seseorang yang sangat saya sayangi, yang menjadikan saya mampu untuk menahan segala kepahitan dan kesulitan hidup dalam mencari uang, hanya demi bisa bersamanya (maaf tidak bisa saya sebutkan, rahasia negara! Hehehe...).

Intinya, saya menjadi seseorang yang sangat menghargai keberadaan uang, betapapun kecil jumlahnya. Mungkin anda melihat bahwa saya memang hanya kebetulan memiliki peristiwa yang tidak semua orang mengalami, sehingga saya bisa menghargai uang. Namun, saya mencoba menguraikan beberapa tips yang bisa membantu anda, khususnya untuk yang sudah berkeluarga, baik itu sudah mempunyai anak maupun yang belum. Tentu saja, kaum muda yang merupakan “calon bapak/ibu” harus menyimaknya dengan baik, siapa tahu malah lebih berguna banyak bagi hidup anda setelah ini. Berikut adalah tips-tips yang berguna:

1. Buatlah rekening tabungan bagi anak-anak, misalnya saat masuk SD. Diharapkan anak-anak akan terbiasa menabung sejak kecil. Sumber dana bisa dari uang saku yang diberikan sebaiknya jangan harian, dikhawatirkan si anak akan menganggap uang itu gampang didapat, melainkan secara berkala (sebaiknya seminggu sekali). Ajarkan untuk menyisakannya agar bisa menabung secara rutin. Uang dari kerabat lain juga diajarkan untuk ditabung saja. Kalau perlu, bisa juga diberi hadiah khusus jika tabungannya melampaui target yang ditentukan.
2. Berilah uang jajan secukupnya, jangan berlebihan. Maksudnya, jika mereka harus membeli sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang mereka, mereka “terpaksa” minta bantuan dari orang tuanya. Jadi mereka akan mengerti kalau uang itu susah didapat. Kalau memang hal tersebut terjadi, anda bisa memberikan uang tambahan untuk membeli kebutuhan tersebut, dengan syarat uang saku minggu depan akan dikurangi, entah itu secara langsung atau bertahap.
3. Beri penghargaan atas prestasi mereka di sekolah. Bentuknya tidak mesti harus uang, yang terpenting mereka akan mempunyai motivasi merit system – imbalan yang diperoleh sesuai dengan hasil perjuangan yang mereka lakukan.
4. Bantu anak-anak untuk membuat pembukuan pribadi, terutama arus kas keluar masuk. Biasakan untuk menetapkan jangka tutup buku setiap bulan agar mereka terbiasa berpikir jangka panjang juga. Dengan demikian, mereka akan sadar atas pola belanja mereka, dan berusaha untuk menekan pengeluaran agar bisa menabung lebih banyak.
5. Gunakan contoh nyata dengan cerita atau perumpamaan. Misalnya gaji seorang manajer restoran atau gaji teller, manajer, dan direktur sebuah bank. Dimaksudkan agar mereka bisa membandingkan dengan harga mainan, uang jajan, biaya sekolah atau keperluan lain yang harus dipenuhi orang tua. Maka, pemikiran kalau uang itu susah didapat akan semakin tertanam.
6. Ajaklah mereka bermain semacam financial games seperti monopoli atau sejenisnya, dimana paling tidak ada pelajaran bahwa pemenangnya adalah yang memiliki banyak aset di permainan tersebut.
7. Jangan meletakkan uang sembarangan, sebab akan menimbulkan kesan bahwa anda tidak menghargai uang dimata anak anda. Mereka harus diberi pengertian bahwa uang tidak sendirinya ada di dompet kita, sebagai orang tuanya.

Dari pengalaman dan pendapat pribadi saya, ada beberapa tips diatas yang tidak cukup hanya dijalankan saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan dari orang tua untuk mempu membangun pengertian keseluruhan mengenai uang, baik fungsinya maupun gunanya. Segala kebutuhan memang butuh uang, tapi tidak semua kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Apalagi kalau sampai salah menggunakan uang tersebut, yang mengakibatkan penderitaan orang lain.

Semoga bermanfaat, Salam Sejahtera!

==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.

Senin, 14 Juni 2010

It's not Segmentation anymore! It's Communitization!

Dalam Legacy Marketing, langkah pertama menyusun strategi marketing adalah Segmentasi. Namun, dalam era New Wave Marketing, yang dilakukan bukanlah segmentasi, tapi Communitization atau upaya membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang ada.

Dalam komunitas terjadi relasi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan kepentingan atau nilai yang dianut. Beda dengan segmentasi yang aggota segmennya bisa tidak peduli satu sama lain. Inilah salah satu perbedaan Segmentation dan Communitization.

Kemudian, dalam segmentasi, pembentukkannya dilakukan oleh perusahaan sehingga sifatnya vertikal. Prosesnya berlangsung dari atas ke bawah. Pelanggan dan calon pelanggan dianggap berada di bawah produsen. Sedangkan di dalam Communitization, pembentukannya dilakukan oleh orang per orang yang setara sehingga bersifat horisontal. Juga, kalau dalam Segmentasi yang terjadi adalah high-budget, high impact marketing, maka dalam Communitization yang terjadi adalah low-budget, high impact marketing.

Mengapa demikian? Karena segmentasi sifatnya adalah inisiatif dari perusahaan, dimana mereka harus melakukan survei / riset pasar atau membeli laporan riset suatu lembaga, dan itu membutuhkan biaya mahal. Sudah demikian, segmentasi tidak ada yang “merawat”, karena memang antar anggota segmen tersebut bisa tidak kenal satu sama lain, dan kita juga tidak peduli kan? Sementara dalam Communitization, perusahaan tidak harus melakukan riset pasar. Cukup mengidentifikasi komunitas yang sudah ada. Kalau ternyata tidak menemukan komunitas yang dinilai cocok, maka barulah perusahaan tersebut mempelopori berdirinya suatu komunitas.

Komunitas ini bisa berbentuk online, offline, atau gabungan keduanya. Contoh komunitas online adalah Facebook. Kalau anda punya account di sana, pasti anda sering mendapat undangan untuk bergabung dalam suatu komunitas. Kalau kita “klik” dengan komunitas tersebut, pasti kita akan bergabung walaupun kita tidak tahu siapa saja anggota yang ada di sana. Setelah bergabung, barulah kita bisa saling mengenal anggota komunitas tersebut dan bisa cepat akrab karena memang punya kegemaran atau kepentingan yang sama.

==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.

New Wave Marketing

Sejarah Marketing di Indonesia ditandai dengan adanya era marketing yang berbeda-beda yakni Pseudo Marketing, Legacy Marketing, dan New Wave Marketing.

Era Pseudo Marketing adalah era dimana Nepotisme dan Koncoisme menjadi sangat dominan, dimana apabila seseorang dekat dengan kekuasaan maka bisnis akan lancar. Pada era Legacy Marketing, dapat dilihat bahwa bisnis yang berdasarkan hubungan dekat dengan kekuasaan, pada akhirnya akan rontok karena harus melakukan free fight competition yang tidak terbiasa mereka lakukan pada era Pseudo Marketing. Pada era Legacy Marketing, pemasaran dilakukan secara Vertikal, para Marketer harus melakukan persaingan secara keras dan free fight competition sehingga 9 elemen pemasaran yang ada (The Nine Core Elements of Marketing) harus dilakukan secara baik dan akibatnya harus menggunakan pemasaran High Budget – High Impact.

Dengan semakin majunya teknologi, baik komputer, IT, dll, maka sarana untuk berkomunikasi semakin mudah. Kita tahu bahwa Marketing pada dasarnya adalah Communicationship dan Relationship, maka muncul model marketing baru karya Hermawan Kartajaya yakni New Wave Marketing Low Budget – High Impact.

The Nine Core Elements of Marketing di dalam Legacy Marketing terdiri dari:
Strategy : Segmentation, Tergeting, dan Positioning untuk memenangkan Mind Share.
Tactic : Differentiation, Marketing Mix, dan Selling untuk memenangkan Market Share.
Value : Brand, Service, dan Proses untuk memenangkan Heart Share.

Jadi konsep New Wave Marketing menerapkan pengembangan dari konsep Legacy Marketing dimana dunia marketing saat ini tidak bisa lagi tetap bertahan secara Vertikal, namun sudah menjadi Horisontal alias “Merakyat”

Segmentation --> Communitization
Targeting --> Confirming
Positioning --> Clarifying
Differentiation --> Coding
Marketing Mix --> Crowd Combo
Product  --> Co-Creation
Price  --> Currency
Place  --> Communal Activation
Promotion --> Conversation
Selling  --> Commercialization
Brand  --> Character
Service  --> Caring
Process  --> Collaboration

Sumber dari buku “New Wave Marketing” karangan Hermawan Kartajaya.

==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.

Selasa, 01 Juni 2010

Motivation In My Life - Mario Teguh

Mario Teguh merupakan salah satu motivator yang sangat saya kagumi dan saya jadikan panutan dalam hidup ini. Beliau menghadirkan motivasi yang penuh dengan kesejukan dan kerendahan hati yang membuat saya merasa adem-ayem dan menjadi tenang dalam menyerap semua yang beliau katakan. Banyak teman2 saya yang berkata bahwa apa yang beliau sampaikan tidak bisa mereka pahami. Terang saja, begitu gumam saya dalam hati. Karena apa yang dikatakannya adalah untuk diterima dengan hati bukan dipahami dengan akal pikiran.

Berbeda dengan motivasi Andrie Wongso yang saya dapatkan dari sms harian, di blog ini saya akan menghadirkan kutipan-kutipan dari website Mario Teguh yang sesuai dengan permasalahan hidup yang saya alami, dan mungkin juga Anda.

***

Saya yang dilahirkan sebagai anak laki-laki semata wayang, tentunya menanggung harapan besar dari keluarga yang membesarkan saya. Saya harus sukses kek, kaya kek, jadi leader kek, apapun itu. Saya tidak menampik bahwa saya memang menginginkan itu semua. Tapi apa yang dianjurkan oleh keluarga dengan apa yang benar-benar saya inginkan sedikit berbeda.

Meskipun saya memiliki bakat turunan banyak dari ayah saya, saya ingin menjadi seseorang yang berbeda dan mengambil jalan yang berbeda dari orang tua saya. Ya, satu impian saya yang sangat saya usahakan adalah menjadi seorang penulis, novelis lebih tepatnya.

Saya bingung bagaimana saya bisa meyakinkan keluarga saya bahwa saya bisa sukses meskipun memilih karir (job, bukan work) sebagai seorang novelis. Lalu seperti inilah kata Mario Teguh :

Mohon disadari bahwa dia yang percaya pada diri dan kemampuannya, akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Bagaimana mungkin orang lain akan mempercayai Anda – bila Anda tidak percaya pada diri Anda sendiri. Karena itu bangunlah dan tampilkanlah hormat yang tinggi pada diri Anda sendiri. Hormat Anda kepada diri sendiri adalah syarat bagi hormat orang lain kepada Anda. Mohon diperhatikan bahwa cara terbaik untuk mewujudkan impian karir atau usaha kita menjadi sebuah kenyataan – adalah bangun dari tidur, dan melakukan sesuatu.

Memulai, melanjutkan, bertahan, dan meneruskan. Terkadang mengeluh sedikit dalam proses berusaha, tetapi kita tetap melanjutkan. Sering juga kita hampir berputus-asa dalam karir kita, tetapi kita tetap bertahan dan meneruskan, meskipun terkadang kita merasa bahwa yang kita impikan masih jauh dari yang mungkin kita capai.

Bila kita telah bekerja keras, tetapi yang kita idamkan belum menjadi kenyataan yang menyejahterakan dan membahagiakan – pasti ada yang salah. Kalau bukan yang kita lakukan yang kurang tepat, pasti cara-cara kita melakukannya yang memerlukan perbaikan. Karena bila kita benar; yang kita lakukan tepat, cara-cara yang kita gunakan tepat,maka sekarang ini…., saat ini… kita hidup dalam impian kita… Bila tidak, berarti ada yang perlu diperbaiki.

***
Amin! Semoga apa yang dinasehatkan oleh beliau bisa meresap dan saya terapkan sesegera mungkin!

Contemplation - 1

Manusia tentu memiliki banyak wajah di hatinya. Layaknya permata yang dipotong dengan indahnya dan bermandikan cahaya. Siapa pun tentu belajar untuk menempatkan sisi wajah yang bisa digunakan, untuk menghadapi keluarga, teman, pacar, atau orang-orang sekitar.

Namun, tetap ada sisi permata yang tidak ditimpa cahaya, yakni sisi paling belakang. Sisi terkecil setelah dipotong berkali-kali. Bagian terkecil di belakang, bahkan tidak disadari apakah sebenarnya sisi itu ditimpa cahaya atau tidak. Seperti inilah, kekotoran yang disembunyikan, kebusukan yang dirahasiakan, dan racun yang disimpan manusia

Sadarilah! Jangan berpaling dari sisi belakangmu sendiri. Jangan menghiasinya, jangan membohongi diri sendiri sebab sisi belakangmu sangat buruk. Sampai kau mati, sebab pencarianmu tak akan pernah selesai.

Motivation for Today - Andrie Wongso

1 hari tidak belajar, itu kesalahan! 3 hari tidak belajar, itu kemunduran! Biasakan setiap hari belajar sesuatu yang baru demi kesuksesan hidup yang lebih bernilai!!