Mungkin pembaca ternganga dan termangu kenapa saya tiba-tiba menulis hal yang tak ada kaitannya dengan disiplin ilmu saya, apalagi tentang kloning? Dan lagi tentang kucing? Alasannya sederhana saja. Karena saya suka kucing dan kebetulan saya baru saja selesai membaca komik tentang kedokteran hewan yang jadi favorit saya. Dan inilah kisahnya.
Di Amerika ada sebuah perusahaan bernama CSG yang mengkloning kucing peliharaan dan menjualnya. Sampai pada November 2004, mereka berencana menjual 9 ekor kucing dan 8 diantaranya sudah ada kontrak. Harga seekor kucing, jika dirupiahkan, bisa mencapai sekitar 540 juta rupiah! Para pembeli mendapat keistimewaan seperti pesta mewah saat acara penyerahan kucing, makan malam dengan para staf yang melakukan kloning, dan diberi gratis "Video Kloning" yang mencakup proses pengkloningan kucingnya.
Satu hal yang pasti dalam kloning adalah, banyak hasil kloning yang karakter fisik dan sifatnya berbeda jauh dengan induk kloningnya. Misalnya, ada kucing yang dikloning dari kucing hitam, tapi bisa saja dia bercorak kuning emas dengan kombinasi bulu putih dan hitam. Biasanya kucing punya kulit dasar yang sama dengan corak bulunya. Dan bisa juga, kucing yang asli punya sifat pendiam dan kalem, namun hasil kloningnya lebih ceria, aktif, dan bandel.
Mungkin anda merasa aneh, padahal hasil kloning sudah jelas mempunyai gen yang sama dengan induknya. Kalau diumpamakan, jika diri kita dikloning maka akan ada dua orang kita di dunia ini yang sama (jadi teringat filmnya Arnold Suasana Seger!). Mengapa bisa terjadi kucing hasil kloning yang benar-benar berbeda? Untuk menjawabnya, kita lihat dulu proses pengkloningan secara berurutan.
Untuk kloning kucing, pertama-tama dilakukan pengumpulan sel somatik. Lalu sel itu dikembangbiakkan secara khusus dan saat hampir membentuk bagian tubuh tertentu, nukleus atau inti sel diambil dari situ. Berikutnya, ambil nukleus dari ovum atau sel telur kucing lain. Lalu, nukleus yang sudah dikembangkan tadi ditanamkan pada ovum kucing lain itu. Proses ini disebut Inseminasi. Dan akhirnya, ovum ditanam ke rahim induk pengganti sampai akhirnya kucing hasil kloning lahir.
Berarti bisa disimpulkan bahwa persamaan kucing induk dengan kloningnya hanya pada inti sel telurnya. Gen mahluk hidup memang terdapat dalam nukleus, namun disamping itu, setiap mahluk hidup mewarisi mitokondria dari induknya. Lalu walaupun nukleusnya sama seperti kucing induknya, ovumnya berasal dari kucing lain. Ingat bahwa sel ovum juga membawa sifat gen asli kucing lain itu. Jadi kucing hasil kloning tersebut tidak akan benar-benar persis dengan kucing induknya. Kalau dipermudah, hampir tidak ada bedanya dengan proses kelahiran alamiah.
Lagipula seiring proses pertumbuhannya, ada juga gen yang tidak akan muncul. Makanya, kecil kemungkinan gen yang kompleks seperti corak pada kucing akan sama dengan induk yang dikloning. dan soal sifat kucing, lingkungan dan cara dia dibesarkan akan banyak berpengaruh pada sifatnya. jadi wajar kalau sifatnya tidak sama. Bahkan anak kembar dari satu sel manusia pun tak ada yang mirip identik, kan?
Gambar di atas adalah Kittens Tabouli dan Baba Ganoush, yang dikloning dari seekor kucing ras Bengal yang sama. Keduanya adalah kucing pertama yang dikloning menggunakan teknik baru bernama "chromatin transfer".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar