Selasa, 30 Juni 2009

Referensi Pilpres 2009 – 2: The Battle of Character

Dunia sudah berubah dan benar-benar menjadi horisontal, sehingga untuk menjadi orang nomor satu, entah presiden atau perdana menteri, pendekatan ‘battle of brand’ sudah menjadi kuno! Para kandidat pemimpin negara sudah saatnya harus masuk dalam suatu era ‘battle of character’. Jurnalis dan penulis buku Glenn Smith pernah berkata:

“Advertising and Marketing gurus hve so successfully established the importance of ‘brand’; that we in the political sphere often lose sight of the real core of political argument: character. The distinction is not trivial. Brand is about a list of facts or attributes. It’s character (that) people use in sizing up strangers, checking in on friends, weighing the merit of a politician.”

Pendeknya, brand is nothing without character! Kalau mau membangun brand gampang sekali, pasang saja nama kita di koran beroplah besar dan jangkauan luas, maka brand kita akan menuai ‘instant awareness’. Sekalian saja dibumbui gagasan ‘penuh bunga’ dan statement ‘kecap nomor wahid’. Dijamin deh, akan cepat naik, dan cepat juga dilupakan. Di sisi lain, membangun karakter tidak bisa seperti karbitan belaka. Karena karakter adalah intangible asset krusial (atau bahkan paling krusial) bagi politisi yang pembetukannya melalui proses akumulasi.

Bagaimana karakter para capres kita?

SBY sebagai incumbent menunjukkan karakter yang tenang, tidak buru-buru, semua harus dipikir secara matang dan hati-hati.

JK menunjukkan karakter tipikal sebagai entrepreneur sejati yang maunya adalah get things done as soon as possible yang tercermin dari tagline kampanyenya ‘lebih cepat, lebih baik’.

Mega mencoba mengusung karakter kerakyatan yang dulu pernah menjadi citra partai PDI-P sebagai partainya wong cilik.

Coba kita perhatikan dan analisa lebih mendalam:

Pertama, apakah karakter yang ditunjukkan para capres memang valueable atau berarti pada kita?

Kedua, apa benar karakter yang diusung oleh setiap capres merupakan karakter yang otentiknya yang tidak dibuat-buat semata-mata untuk memenangkan pemilu mendatang?

Ketiga, apakah para capres tersebut didampingi oleh cawapres yang sejalan karakternya?

Keempat, seandainya karakter para cawapres tersebut memang sejalan dengan para capres pasangannya, apakah karakter para cawapres tersebut adalah memang karakter otentik yang memang merupakan DNA-nya?

Semakin banyak jawaban ya yang kita berikan, maka mungkin itulah capres yang akan kita pilih dengan asas ceteris paribus.

INGAT! BUKANLAH SEBERAPA HEBAT SEORANG KANDIDAT BISA MENYERANG ATAU MENJELEK-JELEKKAN PESAINGNYA, NAMUN LEBIH PADA REPUTASI NYATA DARI KANDIDAT ITU SENDIRI.

Artikel terkait di www.markplusclub.com

Referensi Pilpres 2009 – 1: Six Pillar of Characters

Baru-baru ini Indonesia Political Marketing Research (IPMR) mencoba melakukan studi mengenal karakter setiap calon presiden. Studi ini didasarkan pada Six Pillar of Character dari Joshepson Institute. Dimensi Six Pillar of Character itu adalah:

Trustworthiness, dengan simbol Think True Blue, adalah orang yang jujur, tidak suka berbohong, memiliki kebernian melakukan hal yang benar, dan loyal terhadap keluarga, teman, bangsa, dan negara.

Respect, dengan simbol Think The Golden Rule, adalah orang yang memiliki toleransi terhadap perbedaan, memiliki sikap dan tutur kata yang baik, orang cinta damai, dan tidak suka melukai perasaan orang lain.

Responsibility, dengan simbol Think as Being Solid and Reliable Like a Green Oak Tree, adalah orang tekun dan tidak mudah menyerah, selalu melakukan yang terbaik, disiplin, berpikir sebelum bertindak dan bertanggung jawablah atas keputusan yang telah diambil.

Fairness, dengan simbol Think of Dividing an Orange into equal sections to share fairly with friends, adalah orang yang taat terhadap norma dan kaidah berlaku, menghormati hak orang lain, memiliki cara pikir yang terbuka, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak mudah menyalahkan orang lain secara serampangan.

Caring, dengan simbol Think of a Red Heart, adalah orang yang selalu bersikap baik, memiliki rasa belas kasih dan peduli, suka memaafkan dan membantu orang lain.

Citizenship, dengan simbol Think Regal Purple as Representing The State adalah orang yang aktif berkontribusi kepada masyarakat disekitarnya, bangsa dan negara, terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, taat hukum dan peraturan perundangan, menghormati otoritas kenegaraan dan peduli dengan lingkungan.

Tentu saja studi yang mereka lakukan tidak merefleksikan seluruh pemilih di Indonesia. Studi ini secara terbatas memotret karakter setiap capres yang akan bertarung pada Pilpres 2009. Harapannya adalah siapapun nanti yang terpilih pada pemilu 2009 ini adalah putra terbaik bangsa dan siapapun yang anda pilih pada tanggal 8 Juli 2009 nanti merupakan pilihan terbaik menurut anda. Selamat Menyontreng!

Artikel terkait di www.markplusclub.com

Minggu, 28 Juni 2009

Siraman Rohani -1 : Religius Yang Benar

Akhirnya setelah beberapa minggu berada di kota Yogyakarta minggu ini aku bisa kembali ke Gereja Kristen Jawa Karangayu di Puspanjolo, Semarang. Biasalah untuk menunaikan kewajiban dasar untuk beribadah pada Tuhan YME.

Tema kotbah kali ini adalah Religius Yang Benar. Perikop kali ini diambil dari Kitab Perjanjian Baru Injil Matius 7:15-23 tentang Hal Pengajaran Yang Sesat. Demikian sabda tuhan:

15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
21 Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bpa-ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Maksud Yesus dalam perikop ini adalah untuk memperingatkan para kaum Farisi dan pemuka-pemuka agama Yahudi pada saat itu, yang selalu menganggap diri mereka saleh dengan berkoar-koar, “Demi nama Tuhan” dan selalu berdoa di depan orang banyak. Itu semua demi membentuk pemikiran orang-orang kalau mereka itu saleh dan suci. Namun, Yesus sendiri yang mengecam pemikiran sempit mereka, salah satunya dengan gaya bahasa perumpamaan seperti di atas. Sikap religius mereka adalah sikap religius yang salah.

Lalu seperti apa sikap religius yang benar? Petunjuknya ada pada salah satu perumpamaan Yesus yang lain, yaitu kisah seorang Samaria yang murah hati. Masih ingat? Bagi yang tidak tahu atau lupa silahkan disimak. Yang sudah tahu tetap dibaca, biar imannya semakin bertumbuh.

Ada seorang pengelana yang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho. Di tengah jalan ia dihadang sekawanan perampok. Bukan hanya dirampok semua hartanya, tapi juga dipukul dan ditinggalkannya setengah mati. Kebetulan seorang imam lewat jalan itu, melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi, kaum yang setingkat dengan pemuka agama Yahudi, namun juga berbuat hal yang sama dengan imam tadi. Lalu datanglah seorang Samaria, dan tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya dan membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar pada pemilik penginapan itu, katanya : Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Suatu hal yang ironis, bahwa orang Samaria, yang selalu dianggap sebagai kaum yang najis oleh para pemuka-pemuka agama Yahudi oleh karena mereka sudah berbaur dengan bangsa-bangsa kafir, menunjukkan kasih yang lebih besar terhadap sesama dibandingkan dengan imam dan orang Lewi Yahudi tersebut. Lalu apa hubungannya dengan sikap religius yang benar?

Dasar dari pengajaran agama Kristen adalah yang disebut dengan Hukum Kasih, dimana kita harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita yang serupa dengan sikap kita yang harus mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dengan berbuat seperti yang dikehendaki oleh Tuhan Allah, yaitu dengan mengasihi Tuhan dan sesama kita, kita sudah semakin dekat dengan sikap religius yang benar.

Karena itu, kita juga harus mawas diri. Ingat-ingat lagi apa yang sudah kita perbuat untuk Tuhan dan sesama kita. Apakah kita sudah benar-benar melakukan kehendak-Nya? Ataukah kita hanya memakai nama-Nya untuk membenarkan setiap aksi kita kepada sesama manusia? Jangan sampai di hari penghakiman nanti, saat kita berada dihadapan-Nya, Tuhan menjawab seperti yang ada di perikop diatas. Namun kebalikannya, yaitu “Mari hamba-Ku yang beriman, duduklah di sisi kanan-Ku dimana terdapat hidup bahagia yang kekal”.

Minggu, 14 Juni 2009

Cinderamata Cincin Emas Buat Anggota DPR ??

Baru saja melihat beritanya di layar kaca, membuat saya tidak tahu harus bereaksi apa. Apakah harus marah atau tertawa? Huh, saking lucunya saya sampai mau nangis!

Mari kita lihat kinerja mereka selama ini. Dari kacamata saya yang baru saja naik jadi minus 1 bulan ini, hanya sedikit yang sungguh2 niat menjalankan perannya sebagai wakil kita. Tapi itupun sifatnya musiman dan performa mereka cenderung naik-turun. Sisanya yang sebagian besar masih saya anggap tidak memuaskan.

Masih ingat berita tentang pak SBY yang memarahi para wakil rakyat dalam sebuah rapat sekitar satu setengah tahun yang lalu? Ih, malu-maluin banget! Udah gede kok masih dimarahi? Jangan-jangan waktu kuliah juga tidur gara-gara dosennya nyanyi lagu nina bobo yah? Ada juga kenyataan bahwa mereka masih utang pada kita 129 RUU yang belum diselesaikan. Bukannya RUU yang wajib mereka selesaikan berjumlah (kalau tidak salah) 284 RUU? Belum lagi kalau dicermati seksama bahwa dari 155 UU yang sudah disahkan terdapat sekitar 90-an UU yang sebenarnya merujuk pada UU yang sama dan harusnya itu bisa dilakukan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya bukan?

Jadi, saya setuju sekali dengan salah satu karya seorang karikatur dari sebuah koran yang cukup terkenal yang mangatakan, "Terimalah cincin imitasi ini, sebagai ucapan terima kasih kami atas janji-janjimu yang palsu". Kira-kira seperti itulah!

Bagaimana menurut anda?

Mount Tea Berbahaya ??

Terkejut? Saya juga terkejut. Saya baru mendengarnya ketika saya sedang asyik menyeruput produk tersebut sambil menunggu kuliah selanjutnya. Salah seorang teman saya tiba-tiba berkata,

"Eh, loe tahu gak kalo itu ada bahayanya?"

Kaget mendengarnya, saya hampir tersedak.

"Kok bisa?? Tahu dari mana?"

Melalui pembicaraan kurang dari lima menit tersebut, saya baru tahu kalau produk tersebut memakai semacam unsur yang namanya "Essence" ato apapun itu. Karena saya bukan anak IPA saya tidak terlalu paham, tapi konsumsi yang berlebihan bisa menyebabkan ginjal kita terganggu. Teman saya bilang juga kalau ibunya pernah menjadi pencicip rasa di pabriknya sana. Mungkin saja ibunya lulusan IPA jadi bisa tahu hal-hal semacam itu.

Wah, jadi seperti Mi Instan saja yah? Padahal Mi dan Mount Tea sama-sama enak lho... Kalo gitu saya akan mengurangi konsumsi saya terhadap produk tersebut, karena saya masih mau hidup lebih lama.

Oh ya, tulisan diatas berdasarkan pengalaman 'mendengarkan' saya, jadi belum sampai 'merasakan'. Bagaimana menurut anda?

Senin, 01 Juni 2009

SBY : Sang Kuliner

SBY bicara soal militer? Kuno! Ngobrol soal politik? Berita basi! Ceramah soal kuliner? Hah, binatang langka macam mana pula itu???

Tahu gak sih, kalo presiden SBY ternyata adalah jagoan kuliner yang cukup lihai! Beliau sangat ahli apalagi kalau urusan Soto-menyoto. Beliau mengaku bahwa soto kesukaannya adalah soto Kudus di Gandapura, Bandung dan beliau adalah langganan soto ini mulai dari letnan dua, jenderal bintang empat, bahkan sampai pensiun!

Apa beliau cuma bisa mengomentari makanan saja? Lihat lagi fakta yang satu ini.

Beliau menuturkan juga kalau beliau jago membuat rujak cingur. Menurut presiden, ada tujuh maacam bumbu yang harus ada di makanan ala Jawa Timur tersebut (yang hobi masak catat baik-baik yah :p). Yaitu cabe, kacang tanah, garam, asam, terasi, petis, dan pisang klutuk yang mentah dicampur gula merah.

Bahkan kabarnya, istri sang presiden, Ani Yudhoyono berkata kalau dia masih kalah hebat dari suaminya kalau sudah berurusan dengan rujak cingur buatan SBY.

Ada yang mau mencoba rujak buatan SBY ?? XD