Salah satu hal yang paling membuat saya terheran-heran pada diri saya sendiri adalah ketika bapak saya selalu mengeluh demikian, “Nak, kamu kok susah sih dibeliin apa-apa? Mau ditawari ini ga mau, mau ditawari itu juga ga mau”. Saya hanya menjawab, “Mendingan beli yang perlu-perlu aja, ntar boros”. Ayah saya berkomentar lagi, “Lha uang kita masih banyak. Sekali-kali menikmati hidup lah.” Saya menjawab lagi, “Ya bapak aja yang beli untuk diri sendiri. Buat saya kan cari uang itu susah, pak”.
Semakin sering saya mengingat salah satu dialog di salah satu mall besar di Semarang tersebut, saya semakin bersyukur akan apa yang telah saya jalani selama 19 tahun saya hidup di dunia ini. Terutama ada tiga hal yang benar-benar saya syukuri. Pertama, masuknya saya ke SMA Kolese Loyola Semarang yang selalu mengajarkan untuk mempunyai kepedulian, cinta kasih, dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk kepentingan ‘wong cilik’. Kedua, bergabungnya saya di salah satu perusahaan Network Marketing yang masih saya yakini sebagai salah satu MLM yang “asli dan benar”, meskipun saya sudah tidak aktif lagi. Mereka selalu menginspirasi, memotivasi dan, menguatkan saya untuk mengubah nasib di hidup ini. Ketiga, pertemuan dengan seseorang yang sangat saya sayangi, yang menjadikan saya mampu untuk menahan segala kepahitan dan kesulitan hidup dalam mencari uang, hanya demi bisa bersamanya (maaf tidak bisa saya sebutkan, rahasia negara! Hehehe...).
Intinya, saya menjadi seseorang yang sangat menghargai keberadaan uang, betapapun kecil jumlahnya. Mungkin anda melihat bahwa saya memang hanya kebetulan memiliki peristiwa yang tidak semua orang mengalami, sehingga saya bisa menghargai uang. Namun, saya mencoba menguraikan beberapa tips yang bisa membantu anda, khususnya untuk yang sudah berkeluarga, baik itu sudah mempunyai anak maupun yang belum. Tentu saja, kaum muda yang merupakan “calon bapak/ibu” harus menyimaknya dengan baik, siapa tahu malah lebih berguna banyak bagi hidup anda setelah ini. Berikut adalah tips-tips yang berguna:
1. Buatlah rekening tabungan bagi anak-anak, misalnya saat masuk SD. Diharapkan anak-anak akan terbiasa menabung sejak kecil. Sumber dana bisa dari uang saku yang diberikan sebaiknya jangan harian, dikhawatirkan si anak akan menganggap uang itu gampang didapat, melainkan secara berkala (sebaiknya seminggu sekali). Ajarkan untuk menyisakannya agar bisa menabung secara rutin. Uang dari kerabat lain juga diajarkan untuk ditabung saja. Kalau perlu, bisa juga diberi hadiah khusus jika tabungannya melampaui target yang ditentukan.
2. Berilah uang jajan secukupnya, jangan berlebihan. Maksudnya, jika mereka harus membeli sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang mereka, mereka “terpaksa” minta bantuan dari orang tuanya. Jadi mereka akan mengerti kalau uang itu susah didapat. Kalau memang hal tersebut terjadi, anda bisa memberikan uang tambahan untuk membeli kebutuhan tersebut, dengan syarat uang saku minggu depan akan dikurangi, entah itu secara langsung atau bertahap.
3. Beri penghargaan atas prestasi mereka di sekolah. Bentuknya tidak mesti harus uang, yang terpenting mereka akan mempunyai motivasi merit system – imbalan yang diperoleh sesuai dengan hasil perjuangan yang mereka lakukan.
4. Bantu anak-anak untuk membuat pembukuan pribadi, terutama arus kas keluar masuk. Biasakan untuk menetapkan jangka tutup buku setiap bulan agar mereka terbiasa berpikir jangka panjang juga. Dengan demikian, mereka akan sadar atas pola belanja mereka, dan berusaha untuk menekan pengeluaran agar bisa menabung lebih banyak.
5. Gunakan contoh nyata dengan cerita atau perumpamaan. Misalnya gaji seorang manajer restoran atau gaji teller, manajer, dan direktur sebuah bank. Dimaksudkan agar mereka bisa membandingkan dengan harga mainan, uang jajan, biaya sekolah atau keperluan lain yang harus dipenuhi orang tua. Maka, pemikiran kalau uang itu susah didapat akan semakin tertanam.
6. Ajaklah mereka bermain semacam financial games seperti monopoli atau sejenisnya, dimana paling tidak ada pelajaran bahwa pemenangnya adalah yang memiliki banyak aset di permainan tersebut.
7. Jangan meletakkan uang sembarangan, sebab akan menimbulkan kesan bahwa anda tidak menghargai uang dimata anak anda. Mereka harus diberi pengertian bahwa uang tidak sendirinya ada di dompet kita, sebagai orang tuanya.
Dari pengalaman dan pendapat pribadi saya, ada beberapa tips diatas yang tidak cukup hanya dijalankan saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan dari orang tua untuk mempu membangun pengertian keseluruhan mengenai uang, baik fungsinya maupun gunanya. Segala kebutuhan memang butuh uang, tapi tidak semua kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Apalagi kalau sampai salah menggunakan uang tersebut, yang mengakibatkan penderitaan orang lain.
Semoga bermanfaat, Salam Sejahtera!
==================================================================
After read this article, please comment to show that you participated in this blog's growth and development.
Rabu, 23 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar