Senin, 01 Agustus 2011

Peringatan Pesta St. Ignatius Loyola


Sebagai alumnus dari SMA Kolese Loyola Semarang, saya nyaris saja melupakan tanggal peringatan nama Santo Ignatius Loyola yang menjadi santo pelindung sekolah tercinta saya tersebut, yaitu 31 Juli. Kemarin kalau saja saya tidak ke sebuah gereja katolik (notabene: saya seorang kristen yang terbiasa di lingkungan katolik) di Kebumen, mungkin saya tidak akan diingatkan akan hal ini. Nah, berhubung saya belum pernah menulis tentang Santo Ignatius Loyola, dan sebagai peringatan akan hari besar lokal ini, maka perkenankan saya mengisahkan riwayat singkat dari salah satu tokoh pencerah gereja katolik tersebut.

----------------------------------------------------------------------------------


Pendiri Serikat Yesus yang terkenal ini dilahirkan pada tahun 1491. Ia berasal dari keluarga bangsawan Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang perwira dan pahlawan perang bagi bangsanya. Di kemudian hari, ia sungguh mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran di Pamplona. Tetapi luka karena peluru meriam di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola. Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para orang kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.

St. Ignatius harus menderita banyak pencobaan dan penghinaan. Sebelum ia memulai karyanya yang hebat dengan membentuk Serikat Yesus, ia harus bersekolah untuk belajar tata bahasa Latin. Sebagian besar murid di dalam kelasnya adalah anak-anak, sementara Ignatius sudah berusia tiga puluh tiga tahun kala itu. Meskipun begitu, Ignatius tetap pergi untuk mengikuti pelajaran karena ia tahu bahwa ia memerlukan pengetahuan ini untuk membantunya kelak dalam pewartaannya. Dengan sabar dan tawa, ia menerima ejekan dan cemoohan dari teman-teman sekelasnya. Selama waktu itu, ia mulai mengajar dan mendorong orang lain untuk berdoa. Ironisnya, karena kegiatannya itu, ia sempat dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan juga dipenjarakan selama beberapa waktu. Namun, hal itu tidak menghentikannya. Ia pernah berkata, “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus.”

Ignatius berusia empat puluh tiga tahun ketika ia lulus dari Universitas Paris. Pada tahun 1534, bersama dengan enam orang sahabatnya, ia mengucapkan kaul rohani. Ignatius dan sahabat-sahabatnya, yang pada waktu itu msaih belum menjadi imam, ditahbiskan pada tahun 1539. Mereka berikrar untuk melayani Tuhan dengan cara apa pun yang dianggap baik oleh Bapa Suci. Pada tahun 1540, Serikat Yesus secara resmi diakui oleh Paus. Sebelum Ignatius wafat, Serikat Yesus atau Yesuit (SJ) telah beranggotakan seribu orang. Mereka banyak melakukan perbuatan baik dengan mengajar dan mewartakan Injil. Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi”. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus dan diberi gelar Santo pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.

Tidak ada komentar: