Seiring perkembangan teknologi modern dewasa ini, istilah Go Green menjadi sesuatu yang kedengaran sakral dan krusial untuk dibicarakan. Di tengah maraknya isu pemanasan global yang disalahkan sebagai penyebab perubahan iklim yang drastis, sebuah penemuan teknologi dituntut untuk turut ambil bagian dalam usaha pencegahan bencana tersebut. Namun di Indonesia ini, terkadang untuk menghasilkan teknologi yang seperti itu diperlukan biaya yang besar untuk mengembangkannya. Belum lagi kecenderungan produk-produk Indonesia yang kalah bersaing di pasaran karena kurangnya efisiensi penggunaan bahan-bahan yang ada dan masih kurang ramah lingkungan.
Mobil SEMAR adalah salah satu produk asli Indonesia yang mungkin bisa menjadi salah satu contoh terbaik dalam menjawab segala permasalahan di atas. Hasil karya kreatif dua belas mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada ini merupakan salah satu penemuan yang cukup menggegerkan banyak pihak. Seperti apa sosok sebenarnya mobil gendut nan ajaib ini? Mari kita kupas lebih mendalam, bersama dengan seorang narasumber yang juga merupakan salah satu staff pembuatan mobil SEMAR, Teofilus Hartono (2007).
Salah satu alasan yang mendorong mereka berduabelas adalah adanya isu krisis lingkungan yang kebetulan juga dibarengi dengan krisis minyak dunia yang sempat menembus harga 100 dollar per barel pada pertengahan tahun 2009 lalu. Sejak saat itulah, mulai ada sebuah pemikiran untuk mulai berkumpul dan berkomitmen untuk menciptakan kendaraan yang seefisien mungkin dan ramah lingkungan.
Namun, cita-cita yang besar bukannya tanpa hambatan. Meskipun keinginan sudah ada, kepastian akan kelanjutan serta masa depan proyek mereka masih belum jelas. Kalau saja pada waktu itu tidak ada sebuah lomba otomotif antar universitas tingkat dunia pada regional asia (Shell Eco Marathon) yang diadakan oleh Shell di Kuala Lumpur, Malaysia, mungkin rencana ini tidak akan mendapat dorongan lebih untuk direalisasikan.
Lalu mengapa nama yang diberikan adalah SEMAR dan bukannya anggota Punakawan lainnya dalam lelakon wayang kulit Jawa? Saudara Teo menjelaskan pada awalnya mereka merencanakan sebuah nama yang unik, mudah diingat, serta benar-benar mempunyai ciri khas nama Indonesia yang membawa serta sebuah kebudayaan lokal. Pada awalnya, susah menemukan nama yang cocok untuk kendaraan ini. Akan tetapi, setelah prototype pertama selesai dikerjakan, barulah terbesit sebuah ide nama yang terinspirasi dari bentuk aerodinamis bodi mobil yang tercipta karena desain airfoil layaknya sayap pesawat terbang yang menggembung. Dari situlah nama SEMAR—salah satu tokoh dalam kisah Mahabarata yang merupakan ciptaan asli orang Jawa—muncul dan menjadi dikenal seperti sekarang ini.
Mereka membuat kendaraan inovatif ini secara bersama-sama di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin dan Industri. Proses pembuatannya dimulai dari riset yang terdiri dari pencarian bahan-bahan yang sebisa mungkin murah dan mudah didapat di Indonesia dan perancangan pola awal. Kemudian baru dimulai proses desain detail kendaraan yang nantinya diputuskan akan berupa mobil mini. Yang terakhir adalah proses merealisasikan apa yang sudah dikumpulkan, diperhitungkan, dan dirancang sebelumnya.
Saudara Teo juga menceritakan bahwa dalam proses pembuatannya tidak segampang yang dibayangkan. Banyak hambatan dan kesulitan yang menyebabkan lambatnya penyelesaian proyek tersebut. Misalnya saja dalam proses riset sendiri, mereka harus berusaha memutar otak untuk mencari-cari bahan yang ringan namun bisa mengakomodasi berbagai macam komponen dalam mobil tersebut (mesin mobil itu sendiri). Dari banyak macam pilihan, akhirnya ditentukanlah bahan bodi mobil yang terbuat dari apa yang disebut fiber-composite. Proses riset dan desain ini memerlukan waktu yang paling lama. Belum lagi, sering terjadinya ketidakcocokan aplikasi antara desain yang tersimpan dalam bentuk software dengan realisasi pembuatannya, menyebabkan sering terjadi bolak-balik pengerjaan di antara kedua proses ini.
Saudara Teo memaparkan tiga hal penting yang ada di dalam mobil SEMAR ini, yaitu: Mesin mobil itu sendiri dengan memakai sistem full injection programmed yang secara otomatis mengatur penggunaan bahan bakar setiap beberapa jarak tempuh, material-material yang diusahakan bisa didapatkan dan asli dari Indonesia, dan bentuk aerodinamis yang menunjang kecepatan laju mobil. Dari ketiga hal tersebut, yang menjadi pokok perhatian utama adalah bagian mesin yang memang akan menjadi bahan penilaian umum dalam lomba nantinya.
Sebagai satu tim, tentunya masalah-masalah di atas sering potensial menjadi akar perpecahan. Hal itu juga diakui oleh Saudara Teo, namun justru kuatnya tekad dan determinasi yang dimiliki semuanya itulah yang justru membuat ikatan tim diantara mereka semakin kuat.
Satu tim tersebut terbagi menjadi dua bagian: teknis dan non-teknis. Para staff teknis mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan proyek mobil SEMAR ini, sedangkan para staff non-teknis mengurusi hal-hal yang bersifat menunjang proyek ini keluar, misalnya dalam bidang marketing, administrasi, pengurusan passport, surat perizinan, dan lain sebagainya.
Ketika ditanya mengenai mau dibawa ke mana masa depan penemuan ini, Saudara Teo memilih untuk berpikir realistis. Daripada berniat untuk dibuat versi masalnya, ia lebih mengharapkan bahwa hasil-hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan pada proyek ini dapat diterapkan pada sektor industri dan menjadi sumber masukan yang berharga untuk kemajuan industri otomotif Indonesia.
Tentang harapan pada pemerintah terkait dengan penemuan ini, Saudara Teo mengaku masih agak kecewa dengan kenyataan di lapangan saat ini. “Banyak inovasi yang muncul, tapi selalu ter-stop di masalah dana,” tandasnya. Maklum, biaya untuk pembuatan prototypenya saja membutuhkan biaya sekitar seratus jutaan. Maka memang layak jika mereka berterima kasih pada Shell, UGM, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Dikti, dan pihak donor lainnya yang mendukung proyek mereka.
Mereka berharap bahwa dengan mengikuti lomba bertaraf internasional tersebut, paling tidak akan bisa menambah rasa percaya diri dalam diri mereka. Saudara Teo menambahkan bahwa sebenarnya kita ini bisa bersaing dengan negara lain yang kelihatannya lebih kuat dari kita. “Yang terjadi adalah kita selalu keder duluan kalau dengar peserta lain berasal dari negara-negara maju,” tutupnya. Harapan pribadinya adalah, kalau Indonesia sekarang bangga sebagai eksportir TKI, suatu saat nanti ia ingin agar Indonesia juga menjadi eksportir para engineer, manajer, maupun CEO yang juga bisa diperhitungkan di dunia internasional.
Pesan terakhirnya pada kami yang ditujukan untuk semua pemuda penerus bangsa sangat langsung dan simpel untuk dilakukan. “Lakukan saja yang terbaik yang kita bisa. Jangan menunggu-nunggu untuk melakukannya setelah bisa. Semoga bermanfaat!” ujarnya mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar