Sabtu, 29 Mei 2010
Motivation for Today - Andrie Wongso
Selasa, 25 Mei 2010
Mobile Suit Gundam Unicorn
***
Genre : Mecha, Science Fiction, Action
Format : Original Video Animation (OVA)
Original Creator : Hajime Yatate, Yoshiyuki Tomino
Director : Kazuhiro Furuhashi
Music : Hiroyuki Sawano
Production : Sunrise
Released Date : February 2010
***
Sinopsis:
Univesal Century 0096; Tiga tahun telah berlalu semenjak perang Neo Zeon kedua berakhir (Mobile Suit Gundam: Char's Counterattack).
Sisa-sisa dari Neo Zeon, The Sleeves, menuju Side 4 Koloni Industri 7 untuk bertemu dengan pemimpin Vist Foundation, Cardeas Vist. Tujuan pertemuan itu adalah penyerahan sebuah 'kunci' yang dapat membuka sesuatu yang disebut Laplace Box, yang menyimpan rahasia besar mengenai asal mula dunia Universal Century dan konon memiliki kekuatan untuk merestorasi masa depan atau justru menghancurkan dunia.
Banagher Links adalah seorang remaja berumur 17 tahun yang merupakan siswa dari Anaheim Industry Technical School di Koloni Industri 7. Ia melihat perang seolah-olah sebagai sebuah cerita fiksi, karena ia lahir setelah peristiwa One Year War (Mobile Suit Gundam) berakhir dan tidak pernah merasakan isolasi perang seumur hidupnya. Namun sejak menolong seorang gadis bernama Audrey Burne, yang juga datang untuk menemui Vist untuk mencegahnya menyerahkan 'kunci' tersebut kepada The Sleeves, ia mulai terseret dalam suatu konflik yang dipicu oleh Laplace Box. Nantinya ia juga akan mendapati bahwa Cardeas Vist tidak lain adalah ayahnya sendiri yang dahulu berpisah dengan ibunya. Sebelum ayahnya menghembuskan nafas terakhir, ia dipercaya untuk menjadi pilot 'kunci' tersebut, Gundam Unicorn!
Score:
Story = 5/5
Tak perlu diragukan lagi, franchise gundam selalu menghasilkan karya dengan jalan cerita yang mengagumkan! Yang patut dijadikan pertimbangan lebih dalam memilih anime ini adalah bahwa tanpa menonton film seri2 gundam original pendahulunya, penonton pemula tidak akan mengalami kesulitan berarti dalam memahami jalan ceritanya.
Boleh jadi animasi adaptasi dari sepuluh light novel dengan judul yang sama ini akan mendulang kesuksesan yang lebih besar daripada Gundam 00, mengingat bahwa karya ini masuk dalam time line gundam original yang notabene memiliki sebagian besar penggemar yang loyal sejak lebih dari seperempat abad yang lalu. Gundam UC berhasil menggabungkan unsur dan ciri khas cerita Jepang dan Amerika dalam satu wadah.
Chara Development = 5/5
Potensi perkembangan diri masing-masing karakter dikupas secara bersamaan tanpa meninggalkan unsur penting yang dapat menentukan akhir cerita yang dipastikan dapat memuaskan semua pihak. Relasi antara Banagher dan Audrey patut menjadi pusat perhatian
Artwork = 5/5
Masterpiece! Benar-benar halus dengan tidak meninggalkan ciri khas Universal Century, terutama pada saat pertempuran menggunakan funnel yang memang merupakan bagian yang paling ditunggu-tunggu semua penggemar gundam di seluruh dunia!
Music = 5/5
Di sini ada sedikit keunikan di mana sebagian besar background music yang dipakai menggambarkan suasana eropa abad pertengahan dan mampu membangkitkan rasa mistis sekaligus kepahlawanan perang yang didambakan banyak orang, baik fans maupun bukan fans.
Humour = 4/5
Karena ceritanya lebih bersifat perang dan filosofis serta politik, humor yang tersedia mungkin tidak akan terlalu menjadi pertimbangan penonton dalam menyimak film ini.
Rabu, 19 Mei 2010
Keruntuhan Bisnis Konglomerasi ?? - Pemikiran dan Pertanyaan
Nah, di sini saya jadi mempunyai suatu pemikiran (atau lebih tepatnya kekhawatiran), apakah mungkin bahwa di kemudian hari bisnis konglomerasi akan runtuh dan tidak diinginkan lagi?
Kenapa saya berpikiran seperti ini? Pertama, kenyataan bahwa sebagian besar orang-orang yang mengunjungi mall adalah pengacara alias pengangguran banyak acara. Pengangguran di sini juga setidaknya ada dua arti: orang yang benar-benar tidak punya duit, hanya sekedar nongkrong eksis dan orang yang punya duit tapi bukan dari penghasilan sendiri. Oke, kita fokus pada tipe pertama saja, karena mereka yang punya pengaruh besar di balik kekhawatiran saya.
Berdasarkan ilmu antropologi, fenomena popular culture tersebut kebanyakan dipicu oleh kaum perempuan. Sejak dulu, di indonesia ini terutama, kaum perempuan selalu diplot untuk menjadi seorang shopper untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Namun itu dulu dan jika punya uang. Sekarang yang terjadi adalah perpaduan antara pergeseran paradigma dan ketidakmampuan untuk menghilangkan budaya patriakis tersebut. Kaum perempuan yang dipenuhi oleh semangat emansipasi berpikir bahwa hidup mereka bukan hanya sebagai 'pelengkap' saja. Ada kemungkinan itulah yang menyebabkan perpaduan sebagai berikut: mereka tidak bisa menghapus peran budaya sebagai shopper namun mereka bisa mengubah cara pikir mereka untuk tidak bershopping di mall-mall dan menggantinya sebagai tempat untuk ber-eksis ria. Oleh karenanya, ada uang atau tidak mereka akan tetap berkumpul bersama sobat-sobat mereka di tempat-tempat semacam itu. Dan tambahan lagi, kaum pria juga ikut-ikutan melakukannya.
Kedua, adalah terjadinya turn-over yang cukup besar dari beberapa gerai di berbagai mall. Sekedar mengingatkan, mall (seperti citraland atau matahari semarang) termasuk bisnis konglomerasi yang gampangnya, anda mempunyai sebuah lahan plus gedung yang besar dan luas, kemudian anda mengikat kontrak dengan berbagai jenis industri maupun bentuk usaha lainnya untuk membuka gerainya di gedung yang anda miliki agar terjadi proses jual-beli yang lebih modern dan mudah. Sekarang, jika para pengunjung kebanyakan hanya nongkrong disana, apakah terjadi transaksi pasar? Jawabannya, mungkin ya, tapi kebanyakan hanya pada gerai-gerai makanan. Yang lainnya? Hanya segelintir pengunjung yang masuk ke gerai mereka, itupun tidak menjadi jaminan bahwa mereka akan membeli sesuatu. Lihat contoh Ramayana Semarang yang tutup pada januari 2010 dan akan diganti dengan Ace Hardware & Index Furnishing karena sedikitnya kuota transaksi yang terjadi.
Ketiga, kecenderungan bahwa semakin banyak mall di suatu kota dan terpusat akan mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung di suatu mall yang lain. Untuk yang satu ini saya juga menemukan pola yang aneh. Ambil contoh Paragon City dan DP Mall di Semarang (maklum, kota kelahiran saya sih). Ketika Paragon City mulai dibuka banyak orang berduyun-duyun datang dan menyebabkan DP Mall menjadi lebih sepi. Padahal keduanya berada pada satu jalan yang sama! --> Meskipun letaknya ujung ke ujung. Sehingga, calon pengunjung yang mempunyai duit akan lebih leluasa berbelanja ke sana. Namun, sebuah mall yang sepi pengunjung, meskipun hampir pasti membeli, tetap tidak bisa menjadi tolok ukur bagi banyak gerai di sana untuk mempertahankan bisnisnya di sana. Sebuah mall yang kehilangan Crowd Spot-nya tidak bisa membangun sebuah citra sebagai pusat perbelanjaan yang potensial untuk bisnis dan berinteraksi dengan pelanggan yang lebih emosional.
Mungkin pembicaraan ini akan ngelantur ke arah konsumtivisme (saya tidak menggunakan istilah konsumerisme karena sebenarnya itu dipakai sebagai suatu istilah yang menunjukkan pengetahuan pemasaran terhadap konsumen mereka --> Satu lagi kelatahan bahasa kita yang akut), oleh karena itu saya akan hentikan sampai di sini. Apakah kekhawatiran saya cukup beralasan? Lalu meskipun tidak beralasan, apakah yang bisa menjadi counter meassure dari fenomena sosial ini bagi keselamatan bisnis sejenis ini?
Saya menunggu komentar anda ataupun usul dan kritik dari anda, apapun itu karena saya sendiri sangat gundah gulana dengan pemikiran saya ini. Sementara itu, saya akan mencoba mencari jawabannya sendiri dan siapa tahu saya akan menghadirkannya kembali pada anda.
Motivation for Today - Andrie Wongso
Resensi - Konfirmasi
Sekedar memberitahu, untuk yang selanjutnya saya akan meresensi memakai bahasa indonesia dan gaya penulisan yang lebih luwes. Ternyata meresensi formal bukan gaya saya yang sesungguhnya! >.<''
Oke, stay tuned di blog saya ini dan nantikan resensi-resensi selanjutnya.
PS: Mungkin kelak saya juga akan meresensi komik-komik asli indonesia yang layak anda coba baca.
Selasa, 18 Mei 2010
Fate / stay night ~ Unlimited Blade Works
***
Title : Fate / stay night ~ Unlimited Blade Works
Genre : Action, Romance, Supernatural, Thriller
Developer : Type-Moon
Production : Studio Deen (Japan)
Director : Yamaguchi Yuji
Writer : Sato Takuya
Released Date : January 23, 2010
***
Plot
Basically, this movie tells us about an idealist teenager’s life named Emiya Shirou who being dragged on a battle royal war between seven masters along with their each servants in order to obtain Holy Grail, a holy and legendary chalice capable of granting wishes. Ten years ago, Shirou became one of the victims in massive fire that consumed a large portion of Fuyuki City. As he was dying, a certain man found and save him. That man, Emiya Kisitsugu, decides to adopt him and then become his foster father. That’s why his family name is changed to ‘Emiya’.
Shirou really admired Kiritsugu—who also a magus (magic user)—because he always wanted to become ‘Hero of Justice’, a guardian of mankind who could protect the weak and innocent, even though he failed. Touched by his father ambition, Shirou intends to devote his life to achieve that distant ideal. And then Emiya Kiritsugu die in peace.
Entering his high school life, not knowing anything that will befall him, he accidentally stumbles upon the battle of two servants—Archer and Lancer—in the school courtyard. Even though he is killed by Lancer cursed lance, he is succesfully revived by Tohsaka Rin, the master of Archer.
The tension is not over. Knowing his prey still alive despite being stabbed in the heart by his lance, Lancer comes to Shirou house once again to hunt down him. Cornered in the shed, Shirou prepares the worst. But before Lancer can inflict another fatal blow, a young woman clad with armor with an invisible sword is summoned and block Lancer’s attack. Later on, she introduces herself as Servant Saber.
After their sudden meeting with Rin and Archer in the same time, they are going to one of Roman Catholic Church in neighbouring city to meet Kotomine Kirei, a person who becomes a supervisor of this war. Listening to all of his explanation about this war, Shirou decides to take a part as a master. However, he do not doing this in order to obtain that holy artefak, but to destroy it and stop this bloody and foolish Holy Grail War.
Hot Keys
It’s normal for a child to admire his/her parent, as Shirou do when he looked at Kiritsugu. But he is going too far. He thinks that other people happiness and safety is more important than his life. There will be a time when he will be forced to accept his own contradiction despite his fake believes. How could he manage anything when he has nothing he dreamed himself, but a borrowed one?
He knows he can’t save everyone. He knows there is no help without sacrifices. His ideal is just an excuse to cover up his ugliness. He knows reality is like that because he will become an adult. Then, is that ideal wrong? Is it a fake if it’s not him? Even if his wish is a fake, is it wrong and impossible for it to come true?
Moreover, when Archer reveals that he is the future Emiya Shirou who is betrayed by his ideal he fought for, and now he seeks to create a time paradox by killing his past self, also in act of mercy so that Shirou doesn’t need to see his ideals betray and crush him.
Fighting his own image is the most cruel thing, moreover after he sees by himself Archer’s dreadful destiny that being betrayed by his own ideal hundred times, thousand times, and for the eternal times over and over. Will Shirou’s feeling towards his ideal crumbling down and let him be killed by his future self? Or will he denied his own existence and fight for his ideal even if that is a very distant and unreachable utopia? What will be his answer for Archer, who is the result of that very ideal?
Appraisal
When first time released in January 30, 2004, Fate / stay night rapidly became one of the most popular visual novels in history, securing the title of “Highest Selling Visual Novel” in 2004 and second in 2007. To the japanese public, Fate / stay night was hugely appraised as the “Best Visual Novel Ever Made”. The popularity of its visual novel made Geneon Japan and Studio Deen produced a twenty four episode anime series based on the original story in 2006.
This 2010, Studio Deen released the animated movie version in international scale based on the storyline of the Unlimited Blade Works route as the main focus that differs this version from the storyline of the Fate route in its TV series version. With the staff from the anime television series and most of the voice cast reprise their roles, this fim will be able to sow great success and able to satisfy the fans all over world, considering that Unlimited Blade Works route is being seen by the fans as the best route among other two routes in its visual novel.
Score:
Story = 5/5
Secara keseluruhan, adaptasi dari visual novelnya sangat bagus. Hampir tidak ada unsur penting yang dilewatkan begitu saja.
Chara Development = 4.5/5
Fokus cerita pada Shirou dan Archer memang sangat kental. Namun, peran karakter yang lain jadi agak dibiarkan tanpa improvisasi. Mungkin karena pengaruh waktu tayang yang terbatas.
Artwork = 4.5/5
Great! Baru kali ini saya melihat kualitas animasi jepang yang seharusnya baru muncul dua tahun mendatang!
Music = 4.5/5
Yang paling menonjol mungkin adalah OST nya yang berjudul "Imitation". Benar-benar lagu yang membuatmu tak terkalahkan, bahkan oleh siapapun yang jelas-jelas lebih kuat darimu!
Humour = 3/5
Oke, untuk unsur ini memang sedikit. Karena sejak awal movie ini lebih bertema action, angst, sedikit romance, dan idealisme.
Sepuluh Kelirumologi Marketing
Dari Vinko Satrio Pekerti, kepada semua orang yang membaca artikel ini terutama semua awak Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kiranya terbuka wawasan dan pemahaman lebih terhadap dunia marketing bagi Anda sekalian.
Kesalahpahaman tentang Marketing
Bagi sebagian orang—atau bahkan mungkin sebagian besar—yang memiliki sedikit atau tanpa pengalaman nyata marketing sama sekali menganggap marketing sebagai studi tentang penjualan (selling). Mereka yang memiliki pengalaman profesional atau pengalaman akademis saja memandangnya sebagai marketing mix: product, price, place, dan promotion. Terlebih kesempitan cara pandang tersebut diperparah dengan ‘salah tafsir’ bagi para pelaku marketing yang baru (fresh graduate) yang tiba-tiba harus mengalami perpindahan dunia, dari dunia akademisi ke dunia para praktisi yang sekarang sangat dipenuhi chaos atau turbulensi—menjadikan semua ilmu yang dipelajari di kampus atau dimanapun seolah tak banyak membantu.
Sejauh ini—merunut dari apa yang pernah dibicarakan Hermawan Kartajaya pada penulis—ada sepuluh kekeliruan terhadap marketing yang disebut “Sepuluh Kelirumologi Marketing” yang masih melanda semua orang yang terlibat di dalamnya.
Keliru #1 Marketing = Selling = Persuasion = Cheating
Pemasaran itu bukan sekadar penjualan (selling), tetapi membuat pelanggan selalu berpikir tentang kita, membuat pelanggan jatuh cinta kepada kita. Sebelum jatuh cinta, tentunya kita harus membuat orang itu percaya kepada kita terlebih dahulu. Kepercayaan orang adalah fondasi dasar dalam berbisnis. Semakin percaya orang itu pada kita, maka semakin mereka bersedia menyerahkan segalanya kepada kita. Di tengah dunia yang semakin tidak pasti ini, integritas justru semakin penting. Ketika orang semakin meragukan banyak hal, maka kecakapan, profesionalitas, dan yang terpenting, kejujuran, akan menjadi hal yang dibutuhkan.
Keliru #2 Marketing = Promotion = Advertising = Bullshit
Di era keterbukaan ini, perusahaan tidak bisa lagi membual kepada pelanggannya. Informasi tidak bisa berjalan satu arah, dari perusahaan ke pelanggan lagi seperti dulu. Mereka sudah menjadi lebih kritis, tidak akan menelan begitu saja apa-apa yang diiklankan. Tiap produk saling berlomba jurus “kecap saya nomor satu”. Iklan pun jadi kurang dipercaya. Pelanggan akan lebih percaya pada omongan sohib-nya atau bahkan orang yang baru saja dikenal, yang penting sesama pelanggan, karena informasi ini relatif lebih jujur, apa adanya.
Keliru #3 Marketing = MLM = Motivational = Pushing
Tidak semua Multi-Level Marketing (MLM) jelek. Akan tetapi, ada persepsi di kalangan masyarakat bahwa orang MLM seringkali cuma bisa memaksa ketika jualan atau mengajak bergabung. Mereka sering lupa bahwa tidak semua konsumen atau calon frontline/downline sama dan bisa ditawari dengan cara sama. Tidak bisa disalahkan karena banyak MLM yang cuma memotivasi orang-orangnya tanpa diajarkan MARKETING yang sesungguhnya. Jadinya, sering kali over-motivated, tetapi tidak punya strategi (under-strategized). Jeleknya lagi, sering kali MLM yang seperti ini yang dianggap marketing. Padahal, MARKETING mengajarkan kita untuk menjadi ‘kekasih’ pelanggan satu demi satu dan menawarkan produk yang betul-betul diperlukan oleh mereka.
Keliru #4 Marketing = Price War = Discount = Buying More
Sering kali untuk bersaing, perusahaan hanya menawarkan produk yang sama dengan harga yang lebih rendah. Dampak sistemiknya, pesaingnya lalu ikut-ikutan menurunkan harga. Akibatnya, persaingan berdarah-darah1) tidak terhindarkan dan malah bisa memicu kehancuran perusahaan-perusahaan tersebut. Revenue yang diperoleh akan semakin menurun sampai tidak bisa lagi digunakan untuk menutup cost yang dikeluarkan. Selain itu, kita juga mengajarkan pelanggan kita untuk menjadi tidak loyal dan malah jadi switcher alias tukang selingkuh yang bisa pindah ke lain hati karena harga yang lebih murah.
Keliru #5 Marketing = Packaging = Covering = Illusion
Marketing sering disalahartikan sebagai memberi nuansa context pada produk sehingga sering dianggap sebagai kemasan yang menutup-nutupi kelemahan produk itu. Akibatnya orang berpikir bahwa produk jelek bisa laku asal kemasannya bagus. Padahal inti dari Marketing adalah diferensiasi, terdiri dari keunikan context, content, dan infrastructure. Context yang diantaranya termasuk kemasan hanyalah salah satu bagian. Content produk juga harus bagus dan harus ada infrastructure yang mendukung diferensiasi. 2)
Keliru #6 Marketing = Naming = Logo-ing = Designing
Marketing jangan dipahami sebagai proses yang cukup memberi nama, mendesain logo, dan memasangnya pada gedung kantor, produk atau alat komunikasi pemasaran perusahaan yang bersangkutan. Memang, jika berbicara tentang marketing tidak bisa dilepaskan dari sebuah identitas yang jelas. Namun, identitas yang jelas juga berarti adanya karakter dalam cara berinteraksi dengan pihak lain, seperti pelanggan, pemegang saham, pemasok, distributor, karyawan, bahkan juga pesaing. Nama dan logo hanyalah penggambaran dari karakter tersebut.
Keliru #7 Marketing is just for product
Marketing tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual mereka, layanan, ketersediaan barang di pasar, dan lain-lain. Marketing juga bukan sebuah aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan yang jualan produk saja. Marketing juga bisa diterapkan pada lingkup yang lebih luas: pemerintahan, yayasan publik, sekolah, daerah, bahkan ada istilah ‘jual diri’ alias Marketing Yourself. Siapa pun dan organisasi apapun, asalkan punya pesaing dan pelanggan, perlu marketing.
Keliru #8 Marketing is just for customer
Perusahaan mempunyai tiga stakeholder utama: Pelanggan yang menggunakan jasa atau produk yang ditawarkan perusahaan, Pemegang Saham yang menenamkan modalnya ke perusahaan, dan Karyawan perusahaan itu sendiri. Maka, pasar bukan hanya commercial market atau pelanggan itu sendiri, melainkan ada dua pasar lain yang vital juga: capital market dimana perusahaan bersaing mendapatkan modal dan competency market dimana perusahaan bersaing untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas.
Keliru #9 Marketing is just for a department
David Packard dan Bill Hewlett, yang mendirikan Hewlett-Packard (HP), pernah berujar, “Marketing is too important to be entrusted by Marketing Department”. Marketing seharusnya bukanlah menjadi nama sebuah departemen bagian dalam sebuah organisasi, melainkan harus menjadi disiplin setiap orang dalam organisasi. Everyone must be a marketer and become everyone’s soul. Konsep pemasaran harus menjadi ‘konsep payung’ untuk setiap proses lintas fungsional, ‘konsep direktif’ untuk sang direktur, dan ‘konsep profit’ untuk seluruh stakeholders.
Keliru #10 Marketing is just for big companies
Perusahaan kecil justru harus lincah bergerak setiap saat. Mereka harus berpikir secara cerdik dan berani mengambil langkah-langkah yang berbeda dari kebiasaan umum agar tetap survive. Jika sudah besar pun, tetaplah berpikir seperti perusahaan kecil. Itu akan membuat perusahaan melakukan marketing lebih lincah. Jika sudah menjadi nomor satu, tetaplah berpikir bahwa kita masih nomor dua.
Penutup
Sebagai seorang akademisi sekaligus praktisi, kekeliruan-kekeliruan di atas yang pernah melanda orang-orang yang penulis temui dan malah sering alami, membuat nama Marketing menjadi sesuatu yang jelek. Karena itu, penulis sangat merekomendasikan setiap orang yang membaca artikel ini untuk tidak hanya duduk manis mendengarkan ilmu-ilmu konvensional tanpa mau mempraktekkannya atau berusaha mencari sumber-sumber pembelajaran yang lebih valid digunakan di dunia nyata. Semoga tulisan ini bisa membantu Anda sekalian memahami marketing yang sebenarnya dan semakin mendekatkan diri pada kebenaran yang sejati. Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian. Amin.
Dikutip dari tulisan Hermawan kartajaya di buku Marketing On The Church
***
1) Merujuk pada isi buku Red Ocean Strategy yang menggambarkan pertarungan para pelaku bisnis yang saling merugikan pada akhirnya nanti. Untuk mengetahui solusi menghindarinya baca juga buku Blue Ocean Strategy.
2) Peristiwa yang bisa dijadikan contoh penyalahgunaan kesalahpahaman marketing yang sukses adalah adanya gerakan pencekalan buku komik Naburo di beberapa situs jejaring sosial (ex: facebook) yang oleh para penentangnya, termasuk penulis sendiri, dicap sebagai karya plagiat dari Naruto yang paling berpengaruh terhadap semakin jeleknya cap indonesia sebagai negara plagiatis. Anehnya, buku ini lolos dari pengawasan dan malah semakin bertambah jumlah pendistribusiannya.
SEMAR: Mobil Gendut nan Ajaib
Seiring perkembangan teknologi modern dewasa ini, istilah Go Green menjadi sesuatu yang kedengaran sakral dan krusial untuk dibicarakan. Di tengah maraknya isu pemanasan global yang disalahkan sebagai penyebab perubahan iklim yang drastis, sebuah penemuan teknologi dituntut untuk turut ambil bagian dalam usaha pencegahan bencana tersebut. Namun di Indonesia ini, terkadang untuk menghasilkan teknologi yang seperti itu diperlukan biaya yang besar untuk mengembangkannya. Belum lagi kecenderungan produk-produk Indonesia yang kalah bersaing di pasaran karena kurangnya efisiensi penggunaan bahan-bahan yang ada dan masih kurang ramah lingkungan.
Mobil SEMAR adalah salah satu produk asli Indonesia yang mungkin bisa menjadi salah satu contoh terbaik dalam menjawab segala permasalahan di atas. Hasil karya kreatif dua belas mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada ini merupakan salah satu penemuan yang cukup menggegerkan banyak pihak. Seperti apa sosok sebenarnya mobil gendut nan ajaib ini? Mari kita kupas lebih mendalam, bersama dengan seorang narasumber yang juga merupakan salah satu staff pembuatan mobil SEMAR, Teofilus Hartono (2007).
Salah satu alasan yang mendorong mereka berduabelas adalah adanya isu krisis lingkungan yang kebetulan juga dibarengi dengan krisis minyak dunia yang sempat menembus harga 100 dollar per barel pada pertengahan tahun 2009 lalu. Sejak saat itulah, mulai ada sebuah pemikiran untuk mulai berkumpul dan berkomitmen untuk menciptakan kendaraan yang seefisien mungkin dan ramah lingkungan.
Namun, cita-cita yang besar bukannya tanpa hambatan. Meskipun keinginan sudah ada, kepastian akan kelanjutan serta masa depan proyek mereka masih belum jelas. Kalau saja pada waktu itu tidak ada sebuah lomba otomotif antar universitas tingkat dunia pada regional asia (Shell Eco Marathon) yang diadakan oleh Shell di Kuala Lumpur, Malaysia, mungkin rencana ini tidak akan mendapat dorongan lebih untuk direalisasikan.
Lalu mengapa nama yang diberikan adalah SEMAR dan bukannya anggota Punakawan lainnya dalam lelakon wayang kulit Jawa? Saudara Teo menjelaskan pada awalnya mereka merencanakan sebuah nama yang unik, mudah diingat, serta benar-benar mempunyai ciri khas nama Indonesia yang membawa serta sebuah kebudayaan lokal. Pada awalnya, susah menemukan nama yang cocok untuk kendaraan ini. Akan tetapi, setelah prototype pertama selesai dikerjakan, barulah terbesit sebuah ide nama yang terinspirasi dari bentuk aerodinamis bodi mobil yang tercipta karena desain airfoil layaknya sayap pesawat terbang yang menggembung. Dari situlah nama SEMAR—salah satu tokoh dalam kisah Mahabarata yang merupakan ciptaan asli orang Jawa—muncul dan menjadi dikenal seperti sekarang ini.
Mereka membuat kendaraan inovatif ini secara bersama-sama di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin dan Industri. Proses pembuatannya dimulai dari riset yang terdiri dari pencarian bahan-bahan yang sebisa mungkin murah dan mudah didapat di Indonesia dan perancangan pola awal. Kemudian baru dimulai proses desain detail kendaraan yang nantinya diputuskan akan berupa mobil mini. Yang terakhir adalah proses merealisasikan apa yang sudah dikumpulkan, diperhitungkan, dan dirancang sebelumnya.
Saudara Teo juga menceritakan bahwa dalam proses pembuatannya tidak segampang yang dibayangkan. Banyak hambatan dan kesulitan yang menyebabkan lambatnya penyelesaian proyek tersebut. Misalnya saja dalam proses riset sendiri, mereka harus berusaha memutar otak untuk mencari-cari bahan yang ringan namun bisa mengakomodasi berbagai macam komponen dalam mobil tersebut (mesin mobil itu sendiri). Dari banyak macam pilihan, akhirnya ditentukanlah bahan bodi mobil yang terbuat dari apa yang disebut fiber-composite. Proses riset dan desain ini memerlukan waktu yang paling lama. Belum lagi, sering terjadinya ketidakcocokan aplikasi antara desain yang tersimpan dalam bentuk software dengan realisasi pembuatannya, menyebabkan sering terjadi bolak-balik pengerjaan di antara kedua proses ini.
Saudara Teo memaparkan tiga hal penting yang ada di dalam mobil SEMAR ini, yaitu: Mesin mobil itu sendiri dengan memakai sistem full injection programmed yang secara otomatis mengatur penggunaan bahan bakar setiap beberapa jarak tempuh, material-material yang diusahakan bisa didapatkan dan asli dari Indonesia, dan bentuk aerodinamis yang menunjang kecepatan laju mobil. Dari ketiga hal tersebut, yang menjadi pokok perhatian utama adalah bagian mesin yang memang akan menjadi bahan penilaian umum dalam lomba nantinya.
Sebagai satu tim, tentunya masalah-masalah di atas sering potensial menjadi akar perpecahan. Hal itu juga diakui oleh Saudara Teo, namun justru kuatnya tekad dan determinasi yang dimiliki semuanya itulah yang justru membuat ikatan tim diantara mereka semakin kuat.
Satu tim tersebut terbagi menjadi dua bagian: teknis dan non-teknis. Para staff teknis mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan proyek mobil SEMAR ini, sedangkan para staff non-teknis mengurusi hal-hal yang bersifat menunjang proyek ini keluar, misalnya dalam bidang marketing, administrasi, pengurusan passport, surat perizinan, dan lain sebagainya.
Ketika ditanya mengenai mau dibawa ke mana masa depan penemuan ini, Saudara Teo memilih untuk berpikir realistis. Daripada berniat untuk dibuat versi masalnya, ia lebih mengharapkan bahwa hasil-hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan pada proyek ini dapat diterapkan pada sektor industri dan menjadi sumber masukan yang berharga untuk kemajuan industri otomotif Indonesia.
Tentang harapan pada pemerintah terkait dengan penemuan ini, Saudara Teo mengaku masih agak kecewa dengan kenyataan di lapangan saat ini. “Banyak inovasi yang muncul, tapi selalu ter-stop di masalah dana,” tandasnya. Maklum, biaya untuk pembuatan prototypenya saja membutuhkan biaya sekitar seratus jutaan. Maka memang layak jika mereka berterima kasih pada Shell, UGM, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Dikti, dan pihak donor lainnya yang mendukung proyek mereka.
Mereka berharap bahwa dengan mengikuti lomba bertaraf internasional tersebut, paling tidak akan bisa menambah rasa percaya diri dalam diri mereka. Saudara Teo menambahkan bahwa sebenarnya kita ini bisa bersaing dengan negara lain yang kelihatannya lebih kuat dari kita. “Yang terjadi adalah kita selalu keder duluan kalau dengar peserta lain berasal dari negara-negara maju,” tutupnya. Harapan pribadinya adalah, kalau Indonesia sekarang bangga sebagai eksportir TKI, suatu saat nanti ia ingin agar Indonesia juga menjadi eksportir para engineer, manajer, maupun CEO yang juga bisa diperhitungkan di dunia internasional.
Pesan terakhirnya pada kami yang ditujukan untuk semua pemuda penerus bangsa sangat langsung dan simpel untuk dilakukan. “Lakukan saja yang terbaik yang kita bisa. Jangan menunggu-nunggu untuk melakukannya setelah bisa. Semoga bermanfaat!” ujarnya mantap.