Senin, 27 Juli 2009
Siraman Rohani - 2
Kekuatiran adalah kebodohan terbesar. Yoh 17:9 Aku berdoa untuk mereka, bukan untuk dunia Aku berdoa tetapi untuk mereka yang telah Engkau berikan kepadaku.
Motivation for Today - Andrie Wongso
Kita tahu dan percaya bahwa sebuah langkah kecil akan mendatangkan perubahan besar. Maka siapkan setiap hari dengan action! berbuat! Pasti perubahan besar akan terjadi!
Kamis, 23 Juli 2009
Motivation for Today - Andrie Wongso
Saat sahabat menggapai sukses, dan saat kita menjabat tangannya dan memberi ucapan selamat, sering kali di dalam hati kita bukannya ikut hepi, malah dongkol dan iri hati. Ingat, ingat! Sukses adalah HAK setiap orang!
Rabu, 01 Juli 2009
Tips Waralaba / Franchise
Bisnis waralaba atau franchise tumbuh subur laksana jamur di musim penghujan. Tapi jangan salah, tak semua franchise berpotensi mendatangkan untung besar. Jika tak pandai-pandai memilih jenis franchise, mimpi untuk menjadi pengusaha sukses lewat jalur pintas ini bisa terkubur.
Untuk itu berikut adalah beberapa panduan yang tepat untuk memilih sebuah franchise:
Terbukti Sukses
Dalam memilih franchise, sejarah usaha tersebut harus jelas, karena sangat penting. Disarankan agar memilih franchise yang memilik neraca keuangan stabil dalam lima tahun. Itu menunjukkan, konsumen sudah mampu menerima bisnis tersebut.
Unik dan unggul
Di tengah persaingan ketat saat ini, keunikan sebuah usaha bisa menjadi penentu kesuksesan. Contohnya, franchise restoran. Keunikan bumbu masak bisa menjadi kekuatan daya jual produk.
Brand sudah dikenal
Sebuah franchise minimal harus memiliki tiga cabang. Agar lebih gampang menjalankan usaha ini, sebaiknya kita memilih yang sudah terkenal. Dengan demikian ketika bersaing di pasar akan lebih mudah.
Ada standardisasi usaha
Sebuah franchise yang baik harus memiliki sistem pembukuan, dokumentasi, rekrutmen serta program pelatihan karyawan yang sudah baku dan terbukti bermutu. Melalui standardisasi ini kita bisa melakukan evaluasi atau perbandingan dengan yang lainnya, jika kemudian usaha kita kurang berhasil.
Pangsa pasar besar
Untuk mengurangi risiko pasar, sebaiknya kita memilih usaha yang menjadi kebutuhan banyak orang. Misalnya, bisnis makanan dan kebutuhan pokok lainnya, yang sudah dilakukan oleh Indomaret yang punya 3000-an gerai waralaba.
Prospek cerah
Agar tak sia-sia membayar franchise fee yang besar, kita juga harus melihat prospek usaha yang akan ia pilih. Sebab, jika potensi pertumbuhan usahanya kecil, jangka waktu balik modal akan semakin lama. Indikatornya bisa dari informasi mengenai kinerja cabang milik pewaralaba yang sudah ada. Misalnya apakah banyak yang tutup atau justru menuai kesuksesan?
Sesuai isi kantong
Untuk mengurangi risiko ketika terjadi kegagalan, sebaiknya kita mampu mengukur kemampuan modal yang kita miliki. Sebaik apapun sistem dan konsep franchise tersebut, hal tersebut tidak menjamin kesuksesan 100%. Jadi, akan sangat bijaksana kalau kita tidak menaruh semua kekayaan kita untuk suatu franchise. Ini tak ubahnya dengan berinvestasi saham. Lebih baik menaruh telur di beberapa keranjang, daripada di satu keranjang (prinsip diversifikasi). Kalau ada keranjang yang jatuh, masih ada keranjang yang lain.
Pelajari kontrak
Jangan terburu-buru, itu kuncinya! Jangan sampai ada kontrak usaha yang hanya merugikan kita sebagai rekanan.
Meskipun dibilang sebagai jalur cepat meraih kesuksesan, namun itu buknlah jaminan. Tanpa kerja keras dan pintar memanfaatkan peluang, jalan sukses itu akan semakin sulit dilalui. Untuk berhasil, kita harus rajin, tekun, penuh semangat, dan rajin melakukan survei pasar. Tanpa itu jangan berharap bakal bisa sukses.
Untuk itu berikut adalah beberapa panduan yang tepat untuk memilih sebuah franchise:
Terbukti Sukses
Dalam memilih franchise, sejarah usaha tersebut harus jelas, karena sangat penting. Disarankan agar memilih franchise yang memilik neraca keuangan stabil dalam lima tahun. Itu menunjukkan, konsumen sudah mampu menerima bisnis tersebut.
Unik dan unggul
Di tengah persaingan ketat saat ini, keunikan sebuah usaha bisa menjadi penentu kesuksesan. Contohnya, franchise restoran. Keunikan bumbu masak bisa menjadi kekuatan daya jual produk.
Brand sudah dikenal
Sebuah franchise minimal harus memiliki tiga cabang. Agar lebih gampang menjalankan usaha ini, sebaiknya kita memilih yang sudah terkenal. Dengan demikian ketika bersaing di pasar akan lebih mudah.
Ada standardisasi usaha
Sebuah franchise yang baik harus memiliki sistem pembukuan, dokumentasi, rekrutmen serta program pelatihan karyawan yang sudah baku dan terbukti bermutu. Melalui standardisasi ini kita bisa melakukan evaluasi atau perbandingan dengan yang lainnya, jika kemudian usaha kita kurang berhasil.
Pangsa pasar besar
Untuk mengurangi risiko pasar, sebaiknya kita memilih usaha yang menjadi kebutuhan banyak orang. Misalnya, bisnis makanan dan kebutuhan pokok lainnya, yang sudah dilakukan oleh Indomaret yang punya 3000-an gerai waralaba.
Prospek cerah
Agar tak sia-sia membayar franchise fee yang besar, kita juga harus melihat prospek usaha yang akan ia pilih. Sebab, jika potensi pertumbuhan usahanya kecil, jangka waktu balik modal akan semakin lama. Indikatornya bisa dari informasi mengenai kinerja cabang milik pewaralaba yang sudah ada. Misalnya apakah banyak yang tutup atau justru menuai kesuksesan?
Sesuai isi kantong
Untuk mengurangi risiko ketika terjadi kegagalan, sebaiknya kita mampu mengukur kemampuan modal yang kita miliki. Sebaik apapun sistem dan konsep franchise tersebut, hal tersebut tidak menjamin kesuksesan 100%. Jadi, akan sangat bijaksana kalau kita tidak menaruh semua kekayaan kita untuk suatu franchise. Ini tak ubahnya dengan berinvestasi saham. Lebih baik menaruh telur di beberapa keranjang, daripada di satu keranjang (prinsip diversifikasi). Kalau ada keranjang yang jatuh, masih ada keranjang yang lain.
Pelajari kontrak
Jangan terburu-buru, itu kuncinya! Jangan sampai ada kontrak usaha yang hanya merugikan kita sebagai rekanan.
Meskipun dibilang sebagai jalur cepat meraih kesuksesan, namun itu buknlah jaminan. Tanpa kerja keras dan pintar memanfaatkan peluang, jalan sukses itu akan semakin sulit dilalui. Untuk berhasil, kita harus rajin, tekun, penuh semangat, dan rajin melakukan survei pasar. Tanpa itu jangan berharap bakal bisa sukses.
Simpan, Tabung, atau Investasi?
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi dimana masih banyak orang yang punya persepsi salah mengenai keberbedaan tiga ‘mahluk’ di atas. “Saya sudah berinvestasi untuk masa depan anak dengan menabung di Bank A”, adalah pernyataan yang masih saya jumpai di kampung saya. Untuk itu saya mencoba menguraikan dengan sederhana, perbedaan paling pokok dari ketiga jenis strategi perencanaan keuangan tersebut.
Menyimpan, adalah kegiatan kita menimbun dana dengan suatu medium tertentu. Dari kegiatan ini kita tidak mendapati adanya perubahan kuantitas dana, namun justru perubahan nilai uang yang kita dapat. Contoh gampangnya: kita memindahkan dana kita sejumlah Rp 10 juta. Dana ini akan tetap ‘membeku’ sampai jangka waktu tertentu, tapi nilainya bisa berubah bahkan cenderung turun (tingkat inflasi dunia saat ini memungkinkan hal itu terjadi). Medium yang dipakai semacam celengan ayam, arisan, atau yang sedang marak adalah asuransi yang memberikan pengembalian pembayaran premi. Di sini uang premi dikembalikan sesuai jumlahnya namun nilainya sudah turun.
Menabung, adalah kegiatan mengembangkan dana dengan jumlah yang meningkat. Yang menjadi indikator pembanding adalah inflasi. Kalau hasil pengembangan dana masih dibawah inflasi, kegiatan ini sekedar menabung bukanlah investasi. Sebagai contoh adalah tabungan dan deposito bank. Perhatikan tingkat bunga yang diberikan dan bandingkanlah dengan tingkat inflasi yang ada. Kebanyakan dari contoh-contoh pasti memberikan hasil lebih kecil dari inflasi.
Investasi, terjadi bila kegiatan mengembangkan dana mampu memberikan hasil lebih tinggi dari nilai inflasi. Contohnya, kita beli semacam ruko sebesar Rp 600.000,00 per meter persegi pada tahun 2004. Tahun ini, harganya 1,2 juta rupiah per meter persegi. Selama lima tahun telah naik 100 % atau 20 % per tahun. Dengan inflasi sekitar 8% - 10% per tahun, investasi di properti seperti tanah meningkat lebih tinggi dari inflasi. Bisa dibilang investasi merupakan pilihan ‘cerdas’ dari semua opsi keuangan yang ada.
Lalu apakah menabung dan menyimpan itu salah? Tidak, saya katakan. Satu hal pokok yang menjadi titik ukur keputusan kita adalah Tujuan Keuangan kita. Misalnya untuk opsi menyimpan, dengan salah satu poinnya adalah asuransi yang sudah disebutkan diatas, kita memperoleh manfaat berupa jaminan asuransi itu sendiri, plus mendapat dana meski nilainya tak seberapa. Tabungan akan sangat berguna untuk jangka pendek dan dana darurat. Kedua tujuan ini membutuhkan likuiditas dana yang tinggi, sehingga imbal hasil bukan menjadi fokus utama menabung.
Jadi, siasati rencana keuangan anda dengan terlebih dulu menetapkan tujuan keuangan anda.
Menyimpan, adalah kegiatan kita menimbun dana dengan suatu medium tertentu. Dari kegiatan ini kita tidak mendapati adanya perubahan kuantitas dana, namun justru perubahan nilai uang yang kita dapat. Contoh gampangnya: kita memindahkan dana kita sejumlah Rp 10 juta. Dana ini akan tetap ‘membeku’ sampai jangka waktu tertentu, tapi nilainya bisa berubah bahkan cenderung turun (tingkat inflasi dunia saat ini memungkinkan hal itu terjadi). Medium yang dipakai semacam celengan ayam, arisan, atau yang sedang marak adalah asuransi yang memberikan pengembalian pembayaran premi. Di sini uang premi dikembalikan sesuai jumlahnya namun nilainya sudah turun.
Menabung, adalah kegiatan mengembangkan dana dengan jumlah yang meningkat. Yang menjadi indikator pembanding adalah inflasi. Kalau hasil pengembangan dana masih dibawah inflasi, kegiatan ini sekedar menabung bukanlah investasi. Sebagai contoh adalah tabungan dan deposito bank. Perhatikan tingkat bunga yang diberikan dan bandingkanlah dengan tingkat inflasi yang ada. Kebanyakan dari contoh-contoh pasti memberikan hasil lebih kecil dari inflasi.
Investasi, terjadi bila kegiatan mengembangkan dana mampu memberikan hasil lebih tinggi dari nilai inflasi. Contohnya, kita beli semacam ruko sebesar Rp 600.000,00 per meter persegi pada tahun 2004. Tahun ini, harganya 1,2 juta rupiah per meter persegi. Selama lima tahun telah naik 100 % atau 20 % per tahun. Dengan inflasi sekitar 8% - 10% per tahun, investasi di properti seperti tanah meningkat lebih tinggi dari inflasi. Bisa dibilang investasi merupakan pilihan ‘cerdas’ dari semua opsi keuangan yang ada.
Lalu apakah menabung dan menyimpan itu salah? Tidak, saya katakan. Satu hal pokok yang menjadi titik ukur keputusan kita adalah Tujuan Keuangan kita. Misalnya untuk opsi menyimpan, dengan salah satu poinnya adalah asuransi yang sudah disebutkan diatas, kita memperoleh manfaat berupa jaminan asuransi itu sendiri, plus mendapat dana meski nilainya tak seberapa. Tabungan akan sangat berguna untuk jangka pendek dan dana darurat. Kedua tujuan ini membutuhkan likuiditas dana yang tinggi, sehingga imbal hasil bukan menjadi fokus utama menabung.
Jadi, siasati rencana keuangan anda dengan terlebih dulu menetapkan tujuan keuangan anda.
Langganan:
Postingan (Atom)