Senin, 29 Agustus 2011

Daftar Waralaba Jasa Kurir, Laundry, dan Tour&Travel Minim Resiko

Untuk dapat mengetahui apa saja daftar waralaba di bidang Jasa Kurir, Laundry, dan Tour&Travel yang memiliki risiko bisnis rendah, bisa di download di sini

Selamat mencoba, salam sukses untuk kita semua! ^_^

Daftar Waralaba Hiburan Minim Resiko

Untuk dapat mengetahui apa saja daftar waralaba di bidang hiburan yang memiliki risiko bisnis rendah, bisa di download di :

http://www.ziddu.com/download/16215061/DaftarWaralabaMinimRisikoHiburan.docx.html

Selamat mencoba, salam sukses untuk kita semua! ^_^

Daftar Waralaba Otomotif Minim Resiko

Untuk dapat mengetahui apa saja daftar waralaba di bidang otomotif yang memiliki risiko bisnis rendah, bisa di download di sini

Selamat mencoba, salam sukses untuk kita semua! ^_^

Daftar Waralaba Kesehatan dan Kecantikan Minim Resiko

Untuk dapat mengetahui apa saja daftar waralaba di bidang kesehatan dan kecantikan yang memiliki risiko bisnis rendah, bisa di download di sini

Selamat mencoba, salam sukses untuk kita semua! ^_^

Daftar Waralaba Retail Minim Resiko

Untuk dapat mengetahui apa saja daftar waralaba di bidang retail yang memiliki risiko bisnis rendah, bisa di download di sini

Selamat mencoba, salam sukses untuk kita semua! ^_^

Daftar Waralaba Makanan-Minuman Minim Resiko

Untuk dapat mengetahui apa saja daftar waralaba di bidang kuliner (makanan dan minuman) yang memiliki risiko bisnis rendah, bisa di download di sini

Selamat mencoba, salam sukses untuk kita semua! ^_^

Minggu, 28 Agustus 2011

Memilih Usaha Waralaba Minim Resiko

Usaha-usaha dengan konsep waralaba berkembang pesat, di kota besar maupun di daerah. Hal ini disebabkan oleh mudahnya menjalankan usaha jenis ini, tak peduli berapa pun umur pihak terwaralabanya. Masih teringat di benak saya dulu sewaktu pertama kali masuk kampus, sekitar 3 tahun yang lalu, sedang booming status kewirausahaan di kalangan anak-anak muda. Sekarang, kalau ada anak muda bisa sukses berusaha sendiri, hal itu sudah lumrah malahan harus, karena dinilai oleh masyarakat bahwa semangatnya masih menyala-nyala. Namun lain halnya kalau sudah berusia 50+, yang notabene sering terkena post power syndrome atau lebih memilih untuk bersantai-santai setelah hampir separuh abad bekerja keras.

Beberapa pengamat yang berhubungan dengan usaha waralaba menyarankan beberapa hal, antara lain yang paling penting adalah kita harus mencari info dulu sebelum membeli merek, usaha sesuai minat agar menjalankannya dengan sepenuh hati, usaha terkait kebutuhan manusia sehari-hari, dan sebagainya. Jika dirangkum secara komprehensif, maka akan kita dapatkan guidelines sebagai berikut:


Sepuluh Kriteria Waralaba Yang Layak Dipilih dan Minim Risiko:

1. Usaha waralaba telah berumur lebih dari 5 tahun.
2. Memiliki lebih dari satu cabang dengan pembukaan gerai yang tidak terlalu ekspansif.
3. Terbukti menguntungkan, bisa dicek apa semua mitra happy dan tidak ada yang tutup.
4. Memiliki struktur organisasi yang lengkap.
5. Pemilik merek (pewaralaba) memiliki jurus-jurus marketing plan tahunan.
6. Memiliki brand yang kuat dan dikenal masyarakat luas.
7. Mudah dijalankan dan bisa dijalankan oleh siapa saja tanpa perlu keahlian khusus.
8. Bukan bisnis musiman sehingga bisnisnya berumur panjang.
9. Pewaralaba memberikan support penuh bagi Terwaralaba/Mitra (pembeli merek), baik bahan baku, pelatihan, promosi, hingga kunjungan ke gerai Mitra.
10. Memiliki Standard Operating Procedure (SOP), dan sistem komputerisasi yang terhubung anntara Mitra dan Pewaralaba secara online dan terbuka.



Nah, kini pertanyaannya adalah, usaha-usaha macam apa saja yang cocok dijalankan oleh kebanyakan berusia 50+ tahun?

1. Retail/Minimarket adalah salah satu contohnya, apalagi yang mereknya dikenal luas. Contoh: Alfamart, Indomaret
2. Kuliner juga bisa dijadikan pilihan. Namun jangan terjebak karena murahnya investasi yang ditawarkan, apalagi yang dapat dibilang usaha musiman. It’s high risk, man! Lebih baik anda membuka restoran dengan sajian makanan padang, sunda, mie, bakso, hingga kedai kopi yang menjanjikan usaha yang lebih tahan lama.
3. Usaha yang bersifat mulia dan membantu sesama, seperti apotek, klinik laboratorium, dan biro perjalanan haji dan umroh.
4. Salon kecantikan dan hiburan, seperti karaoke dan game center. Asalkan punya lokasi yang strategis seperti mal, pusat perbelanjaan atau berada di pinggir jalan, ruko dan dekat kompleks perumahan.
5. Laundry (pick up point), ticketing, atau jasa kurir, jika lebih ingin menjalankan usaha dari rumah.

Mau dapat info-info kontak ringkas mengenai ragam waralaba minim risiko tersebut? Anda bisa melihatnya pada postingan berikutnya. Stay Tuned! :D
_____________________________________________________
Sumber: Tabloid Waralaba Edisi Khusus, Edisi 003 Tahun III 2011

Jumat, 26 Agustus 2011

Value Enhancer - Transformational Service

Pada umumnya, service sering diartikan sempit sebagai sebuah bentuk pelayanan setelah pembelian. Mungkin karena sebagian hidup kita harus menservis motor tiap bulan kali ya? Nah, mau tahu tingkatan-tingkatan service yang oleh kalangan akademisi sering disebut sebagai Value Enhancer? Ayo kita simak dulu ulasan singkat yang sangat ringkas ini.

Berdasarkan penggabungan konsep buku-buku literatur kuliah manajemen dengan buku kontemporer dari Hermawan kartajaya, ada tiga jenis tingkatan service, yaitu Excellent Service, Experiential Service, dan Transformational Service. Harap diingat bahwa manfaat dari service adalah menjadi penambah daya saing atau nilai produk, karena meningkatkan kadar diferensiasi dan menjauhkan diri dari komoditisasi yang kelak akan dapat menjebak kita dalam price war.

Oke, langsung saja kita membahas tiga tingkat service tersebut:

1. Excellent Service

Konsep “pelayanan yang sempurna” ini banyak mengacu pada standar RATER (Reliability, Assurance, Tangible, Empathy, dan Responsiveness).
Manakala penyedia service telah mampu memenuhi standar RATER ini, apakah yang harus dilakukan? Kita harus memberikan service yang mampu menghasilkan diferensiasi yang lebih tinggi, yaitu Experiential Service.

2. Experiential Service

Merupakan tingkatan service yang sangat menyentuh dan sangat berbeda / unik dirasakan oleh pelanggan dengan kegiatan yang bisa menstimulasi lima panca indera (5 senses) anda begitu pelanggan masuk ke service stage. Berikut adalah ilustrasi modul stratejik experiential service dari buku Customer Experience Management, karangan Bernd Smith.



Contoh: Bagaimana pelayanan hotel dulu dibandingkan dengan sekarang?

3. Transformational Service
Merupakan service yang mampu memberikan solusi secara total atas masalah pelanggan; solusi atas produk-produk yang anda tawarkan. Bukan hanya memunculkan perasaan exciting saja sebagai tujuannya, namun lebih dari itu, Transformational Service ingin menghadirkan kesadaran dalam diri pelanggan. Intinya, Transformasi harus membuat Berubah.

Jadi, Transformational Service itu sifatnya sangat personal / pribadi. Ada pelanggan yang ter-transformasi setelah mengkonsumsi sebuah produk, namun ada juga yang menjadi manusia yang sama meskipun telah mengkonsumsinya berkali-kali. Semua hal yang telah disebutkan di atas merupakan sebuah introductional dari Transformational Service dimana Experiential Marketing dipakai sebagai basis fondasinya.

Senin, 01 Agustus 2011

Peringatan Pesta St. Ignatius Loyola


Sebagai alumnus dari SMA Kolese Loyola Semarang, saya nyaris saja melupakan tanggal peringatan nama Santo Ignatius Loyola yang menjadi santo pelindung sekolah tercinta saya tersebut, yaitu 31 Juli. Kemarin kalau saja saya tidak ke sebuah gereja katolik (notabene: saya seorang kristen yang terbiasa di lingkungan katolik) di Kebumen, mungkin saya tidak akan diingatkan akan hal ini. Nah, berhubung saya belum pernah menulis tentang Santo Ignatius Loyola, dan sebagai peringatan akan hari besar lokal ini, maka perkenankan saya mengisahkan riwayat singkat dari salah satu tokoh pencerah gereja katolik tersebut.

----------------------------------------------------------------------------------


Pendiri Serikat Yesus yang terkenal ini dilahirkan pada tahun 1491. Ia berasal dari keluarga bangsawan Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang perwira dan pahlawan perang bagi bangsanya. Di kemudian hari, ia sungguh mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran di Pamplona. Tetapi luka karena peluru meriam di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola. Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para orang kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.

St. Ignatius harus menderita banyak pencobaan dan penghinaan. Sebelum ia memulai karyanya yang hebat dengan membentuk Serikat Yesus, ia harus bersekolah untuk belajar tata bahasa Latin. Sebagian besar murid di dalam kelasnya adalah anak-anak, sementara Ignatius sudah berusia tiga puluh tiga tahun kala itu. Meskipun begitu, Ignatius tetap pergi untuk mengikuti pelajaran karena ia tahu bahwa ia memerlukan pengetahuan ini untuk membantunya kelak dalam pewartaannya. Dengan sabar dan tawa, ia menerima ejekan dan cemoohan dari teman-teman sekelasnya. Selama waktu itu, ia mulai mengajar dan mendorong orang lain untuk berdoa. Ironisnya, karena kegiatannya itu, ia sempat dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan juga dipenjarakan selama beberapa waktu. Namun, hal itu tidak menghentikannya. Ia pernah berkata, “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus.”

Ignatius berusia empat puluh tiga tahun ketika ia lulus dari Universitas Paris. Pada tahun 1534, bersama dengan enam orang sahabatnya, ia mengucapkan kaul rohani. Ignatius dan sahabat-sahabatnya, yang pada waktu itu msaih belum menjadi imam, ditahbiskan pada tahun 1539. Mereka berikrar untuk melayani Tuhan dengan cara apa pun yang dianggap baik oleh Bapa Suci. Pada tahun 1540, Serikat Yesus secara resmi diakui oleh Paus. Sebelum Ignatius wafat, Serikat Yesus atau Yesuit (SJ) telah beranggotakan seribu orang. Mereka banyak melakukan perbuatan baik dengan mengajar dan mewartakan Injil. Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi”. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus dan diberi gelar Santo pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.