Jumat, 12 November 2010

Team Building (Bagian Pertama)

Introduction

Agar perusahaan / organisasi dapat bertahan, bertumbuh, dan berkembang, maka haruslah terjadi simbiosis mutualisme yang baik antara produsen di satu pihak, customer maupun konsumen di pihak lain, serta masyarakat. Oleh karena itu, kita selaku pihak produsen ataupun pebisnis tidak dapat berpangku tangansaja. Kita harus lebih bersikap aktif dan antisipatif. Pertanyaannya adalah: “Mengapa kita harus bersikap demikian?”

Berikut ini adalah dasar antisipatif berdasarkan perkembangan dunia marketing yang terjadi sejak zaman dulu sampai sekarang:

Marketing 1.0

Pada model awal-awal marketing, produsen hanya membuat produk sesuai selera produsen dan dipasarkan ke pembeli. Apapun keadaan dan harganya, pembeli akan mengkonsumsinya. Misalnya saja ketika nomor seluler sewaktu satu dasawarsa yang lalu masih tergolong langka dimiliki banyak orang, Telkomsel melalui produk Simpati-nya bebas menetapkan harga yang tinggi. Kita yang membutuhkan alat komunikasi yang lebih efektif mau tidak mau harus menerima harga yang bisa mencapai 250 ribu rupiah, hanya untuk mendapat jenis sim card yang biasa saja dengan fasilitas layanan yang ala kadarnya.

Marketing 2.0

Pada model ini, perkembangan pasar sudah sedemikian pesat dan pembeli sudah memiliki kebebasan memilih alternatif produk. Maka produsen harus pandai menciptakan “needs” and “wants”. Maksudnya adalah tipe marketing yang memfokuskan pada inti strategi markting PDB—Positioning, Differentiation, dan Brand—sehingga kelak dapat memenangkan mind share (dengan segmentation, targeting, positioning  3 elemen strategi), kemudian market share (dengan marketing-mix, differentiation, selling  3 elemen taktik) serta akhirnya heart share (dengan brand, service, process  3 elemen value).

Marketing 3.0

Pada model paling akhir ini, perkembangan pasar semakin pesat lagi dan produsen harus mendekati dengan spiritual marketing yakni konsep pemasaran seutuhnya yang berbasis Human Spirit. Semangat melayani kepada semua orang menjadi satu poin penting yang perlu diperhatikan dan dikembangkan, untuk menarik simpati pembeli, yaitu orang-orang yang memiliki Desire dan Anxiety yang semakin kompleks dan spesifik. Oleh karenanya, cara-cara yang sekedar mengikuti asas service plus, apalagi hanya SOP, tidak akan banyak membantu lagi untuk menggaet hati para konsumen. Banyak perusahaan yang melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk mencapai kondisi Ideal Customer Satisfaction, atau bahkan Beyond Service.

Untuk dapat memberikan Customer Satisfaction dan bahkan Beyond service inilah, diperlukan adanya Team Work yang solid, dan salah satu proses pembentukannya melalui Team Building Training.